4 CH 4 : God Of Seduction

Siang telah berganti malam, suasana yang ramai kini berubah sunyi, hanya tersisa suara nyanyian jangkrik di rerumputan. sora terus berjalan menyusuri pepohonan menuju rumahnya, sambil mengingat-ingat kejadian yang dialaminya hari ini.

-flashback on-

"sudah sudah, kenta berhenti menggoda daichi" ucap perempuan yang berdiri di samping michi. perempuan dengan rambut putih dikuncir dua dengan poni rata ke depan. memakai gaun panjang berwarna putih dan selalu membawa kitab anemo power ditangannya. rantai perak yang panjang menjuntai dari leher ke dada nya. dengan buah rantai berbentuk seperti patung dewa anemo yang ada di windfellows.

sora melirik ke sumber suara itu, Chiasa. perempuan religius yang sangat mencintai dewa anemo. ia tinggal di gereja sekaligus menjadi kepala suster disana, banyak yang menyukainya karena meskipun ia masih muda tapi ia sangat pintar dan baik hati. perempuan bernama chiasa itu juga menjadi pemimpin upacara suci 'Wind soul' bersama penduduk desa yang diadakan setiap minggu digereja.

sora beralih melihat michi, perempuan yang selalu bersemangat. ia dijuluki sebagai outrider karena hobby nya yang suka berpetualang diluar desa. bahkan ialah yang menemukan harta tersembunyi di reruntuhan stormliars, tempat dimana dewa anemo membantu vanessa, manusia pertama dari kaum pyro yang menerima berkat langsung dari dewa anemo. kalo sora pikir-pikir. lucu juga bahwa nenek moyang dari kaum pyro itu sendiri, dulu menerima berkat dari dewa anemo dan menciptakan desa yang damai atas perintah dewa anemo. vanessa sang pahlawan yang mengalahkan naga jahat itu juga menyembah dewa anemo. tetapi sekarang yang terjadi justru sebaliknya. para kaum pyro memisahkan diri dari penduduk lain dan tinggal jauh dari desa. bahkan kini mereka menyembah dewa phrase. dewa yang sudah mati. tapi mereka tetap meyakini keberadaannya. memikirkan hal itu sora langsung beralih menatap daichi. merasa sepasang mata menatapinya, ia menatap balik ke kedua pasang mata emas itu. pandangan mereka bertemu tapi hanya suasana diam yang terjadi. karena rasa segan. sora pun tersenyum yang siapapun juga tau bahwa itu dibuat secara paksa. sedangkan daichi hanya memutar bola matanya bersikap dingin. suasana menjadi canggung antara sora dan daichi, sampai suara michi akhirnya membuat mereka berdua sama sama menatap ke perempuan yang dijuluki sebagai outrider hunter

"menurut kalian makhluk apa yang dapat membuat lubang sebesar itu" ia melipat tangannya menunggu balasan dari anggota lainnya

"sudah kubilang itu pasti ulah fatui" balas kenta dibarengi dengan hela nafasnya yang panjang bertanda bahwa ia sudah lelah membicarakan topik ini

"organisasi hitam itu? tapi untuk apa?"michi kembali membalas

"tujuan mereka ya hanya satu, untuk mengalihkan kita. selagi kita sibuk berdiskusi tentang siapa pelaku yang membuat lubang itu, lalu mereka akan masuk dan leluasa mencari kelemahan dari desa kita ini" semua orang terdiam menatap kenta, seraya mencerna kalimat yang barusan laki laki bermata satu itu katakan

"mungkin... tapi hanya 0,00000001% benar itu terjadi" ketus si laki laki pyro dengan dinginnya. michi menghela nafas panjang, sambil memijat keningnya. sedangkan kenta kembali bergerutu kepada pria dingin yang berdiri disampingnya.

"sora, apa kau menemukan sesuatu yang aneh? setahuku rumahmu dekat sana" seketika seluruh mata memandangi laki laki berambut dan bermata emas itu. bagaimana ia harus menjawab, apakah ia harus menceritakan kejadian dramatis ketika midori menemukan hinata. tapi mereka akan Menginterogasi hinata karena mencurigakan. memang ia mencurigakan tapi... midori adiknya akan sedih bila hinata sampai dibawa.

"oh.. a-aku tidak melihat petunjuk apa apa, semalam juga aku menjaga midori yg ketakutan tidak mau ditinggal" dengan sedikit gugup sora memalingkan pandangannya ke jendela, ia takut bahwa teman temannya akan curiga bahwa dia sebenarnya menyembunyikan sesuatu. mendengar jawaban sora, michi kembali menghela nafas panjang, gadis yang aktif itu mulai patah semangat

"kalau begitu.. kita harus kesana mencari beberapa petunjuk yg bisa ditemukan" ucap sang kapten, kenta. yang kadang tidak dihormati oleh anggota nya.

"bagaimana jika kita pergi besok saja? aku tidak bisa pergi sekarang.." chiasa menundukkan kepalanya merasa tidak enak kepada teman temannya.

"um! tentu saja chiasa, kita akan pergi besok!" balas michi perempuan dengan rambut panjang dark brown sepinggang, dengan kacamata terbang yang ia pakai di atas kepalanya.

"eh?! kenapa kau yang memutuskan?! aku kapten nya!" ujar kenta tak terima sambil menghentakkan kakinya ke lantai. namun semua anggotanya tidak ada yang menggubris. mereka semua berjalan ke arah pintu. michi bahkan tertawa membicarakan sesuatu dengan chiasa. tidak ada yang memerhatikan sang kapten. melihat itu sora menepuk bahu kenta sambil menutup mulutnya dengan telapak tangan, ia menahan tawanya.

"tsk! ah baiklah.." mereka bertiga daichi kenta dan sora akhir nya pergi meninggalkan markas mereka. dengan lemas kenta berjalan di belakang sora dan daichi yang sedang berpamitan dengan Katherine.

mereka berlima berpisah di depan pintu, melakukan rencananya masing masing. belum lama sora berdiri diluar, beberapa penduduk langsung memanggil sora. mereka sudah biasa jika ada masalah yg susah, laki laki berparas bagai bangsawan itu akan membantu mereka. dan mereka juga akan memberikan upah kepadanya. benar benar hubungan yang mutualisme bagi sora. begitulah sora menghabiskan waktunya di desa. demi mentraktir adiknya midori.

-flashback off-

kejadian hari ini tidak begitu melelahkan. tapi ia kebingungan, bagaimana jika besok teman temannya menemukan sesuatu yang mencurigakan dan akhirnya keberadaan hinata terbongkar. lagipula.. ia bahkan belum tahu siapa sebenarnya hinata.

"aku juga merasakan energi elemental padanya. pasti orang itu mempunyai kekuatan vision" sambil berjalan sora terus berpikir dan berbicara sendiri. tenggelam dalam masalahnya.

vision adalah berkat dari dewa yang diberikan hanya untuk orang orang tepilih. bisa diberikan saat manusia itu baru lahir. ataupun sudah dewasa. terdapat 7 elemen di dunia ini. semua elemen itu manusia berikan nama sesuai nama nama dari para dewa yang memiliki elemen itu sendiri.

angin adalah anemo. karena angin adalah kekuatan elemen yang dimiliki oleh dewa anemo. air adalah hydro. kerena dewa hydro memiliki elemental air. dan begitupun dengan dendro, electro, geo, cryo juga pyro. karena kaum pyro memiliki kekuatan mengendalikan api maka ia dijuluki sebagai kaum dewa pyro. kaum pyro dan keturunannya akan terus diberkati oleh dewa pyro, tentu saja itu ada Keterkaitanya dengan nenek moyang pertama mereka, lady vanessa. sebelum bertemu dengan dewa anemo.

tanpa sora sadari, ternyata ia sudah sampai di depan rumahnya. kakinya berpijak pada anak tangga yang menuju pintu rumahnya. pintu pun terbuka dengan perlahan. ia menemukan adiknya midori sudah tertidur. tapi tidak ada laki laki itu. sora memutar bola matanya mencari sosok laki laki yang menurutnya cantik itu.

sora kembali menuruni anak tangga. menuju halaman belakang rumahnya, ia terkejut dengan apa yang ia lihat. bayangan seseorang menghadap membelakanginya, berdiri diam di sana. tapi yang membuat sora aneh adalah, orang itu memiliki sayap putih bagai malaikat. bulu bulu dari sayap itu terlihat sangat lembut seperti selimut. rasanya mungkin sangat nyaman bila disentuh. sayap itu terbuka lebar, ia mulai mendekati seseorang itu perlahan agar tidak diketahui. sambil mengendap-endap sora menjentikkan jarinya dan sebuah pedang muncul dari tangannya. ia sudah memasang kuda kuda, menurunkan tubuhnya agar tidak ada bayangan yang terlihat. tetapi semua yg dilakukannya sia sia.

'krek'

'sial' umpatnya dalam hati. suara ranting yang terinjak membuat seseorang yang terlihat bagai malaikat dari belakang itu terkejut dan segera menoleh kebelakang.

ia melihat laki laki yang tak asing menatapnya dengan aneh. laki laki dengan mata emas itu tiba tiba lebih terkejut setelah melihat seseorang yang memiliki sayap itu adalah hinata. dengan pakaiannya yang berubah seperti pakaian kuno milik dewa. tubuh yang indah serta kulit pucat dan mulus yang ia miliki itu hanya tertutup beberapa helai kain putih yang bercorak emas. terdapat tanda biru aneh yang menyala diperut rampingnya. ia terlihat seperti...

"anemo?" rambut kepang birunya semakin bersinar setelah mendengar namanya dipanggil

"emmm... aku bisa jelaskan, hehe" ia menggaruk pipinya yang tak gatal. begitulah kebiasaan hinata ketika merasa malu.

"hinata, kau adalah dewa anemo?" sora berjalan semakin mendekat. hinata hanya tersenyum menatap sora yang semakin mendekat. sora mengangkat tangannya mencoba untuk menyentuh dada hinata. namun hinata mengangkat tangannya juga dan meraih tangan laki laki berwajah bangsawan itu, sehingga mereka melakukan interlocking finger.

sora menatap wajah hinata yang tidak berubah. matanya bulat dan masih berwarna biru sebiru lautan dengan bulu mata yang lentik. pipi yang mulus, hidung bangsir dan bibir mungil nan berisi tersenyum manis dihadapannya. rambut kepangnya yang bersinar tertiup angin malem membelai wajahnya yang cantik.

ditengah tengah pujian dalam hatinya sora, tiba tiba angin bertiup sangat kencang. pakaian yang dikenakan serta rambutnya ikut tertiup berantakan, bahkan hampir menerbangkan sora. interlocking finger mereka semakin erat. pepohonan sampai miring tertiup angin kencang. daun daun yang berterbangan mengibas wajahnya.

"hentikan kumohon!" teriak sora sambil mempererat genggamannya

"aku menyalurkan kekuatanku padamu sora" ucap sang dewa sangat lembut dan tenang hampir tak terdengar olehnya

"apa?!"

seakan waktu berhenti, tiupan angin kencang pun berakhir. bahkan hampir tak ada daun yang bergerak. sora kembali membuka matanya dan melihat seorang laki laki yang ia kenal sedang memegangi kepalanya dengan raut wajah sedikit meringis. sayap di belakang nya pun hilang. dan tak lama kemudian laki laki itu ambruk ke pelukan sora

"hinata?! apa kau tidak apa apa?!" ia terduduk dan memposisikan kakinya untuk menopang kepala hinata yang terbaring.

mata yang bulat miliknya mulai terbuka dan menunjukan warna yang indah itu kembali

"ehe~ hanya sedikit kelelahan, sudah lama aku tidak memberikan berkatku secara langsung. itu sangat menguras energiku" ia bicara sambil tersenyum sayu menatap sora

"kenapa kau melakukan itu?" sora melepas jubah lusuh yang ia pakai untuk menutupi tubuh hinata yang hanya dibalut sedikit oleh kain putih, apakah pakaian dewa seperti ini? ucap sora dalam hati.

"karena aku memerlukan bantuanmu" ia berbicara sedikit berbisik sehingga sora mendekatkan wajahnya sedikit agar dapat mendengarnya

"bantuan? bantuan apa?" laki laki cantik yang masih lemas itu memiringkan tubuhnya.

"ermm.. ada perseteruan para dewa yang tidak biasa terjadi di celestia.." ujar hinata sambil membenamkan wajahnya keperut sora. kedua tangannya merangkul badan sora kebelakang menikmati tubuh sora yang hangat.

"perseteruan para dewa? apa itu buruk?" kali ini sora tidak menghiraukan apa yang dilakukan hinata, ia hanya fokus pada masalah yang terjadi padanya sekarang. tentu ini masalah. karena ia merasakan sesuatu yang kuat merasuki tubuhnya. apa dia setara dengan lady vanessa sekarang? maksudnya sang dewa memberikan berkatnya secara langsung bukan melalui perantara. itu tercatat dalam sejarah yg dialami oleh lady vanessa. dan sekarang olehnya. semakin kuat manusia semakin berat tanggung jawab manusia tersebut. bukankah itu sangat merepotkan. apalagi sekarang dia terlibat dalam permasalahan para dewa. disaat sora sedang sibuk dengan pikirannya. suara yang lembut sedikit berbisik itu membuatnya tersadar

"sora... apa kau tau tempat hangat yang bisa kita gunakan selain rumahmu?" sora mengernyitkan dahinya merasa bingung apa yang dimaksud dari perkataan dewa cantik ini. tapi tanpa berpikir lagi, ia segera mengangkat tubuh ringan yang ramping bagaikan perempuan itu dengan kedua tangannya, segera hinata mengalungkan leher sora dengan lengannya.

sepanjang perjalanan mereka hanya terdiam. tubuh ringan miliknya diangkat oleh kedua tangan yang lebih besar daripadanya membuat dewa angin cantik itu tersipu malu tak tahu harus bicara apa. mereka berdua berjalan kedalam desa dan berhenti di sebuah bangunan kayu dengan gaya kuno yang lumayan besar, bertuliskan 'dandelion tavern'

"tempat ini..." sebelum hinata menyelesaikan kalimatnya sora bicara sambil berusaha mendorong kedua daun pintu itu dengan punggungnya. karena kedua tangannya sibuk memapah tubuh dewa anemo yang lebih terlihat seperti perempuan itu.

"ini adalah kedai minum. dilantai dua terdapat kamar yang bisa kita gunakan untuk bicara"

saat mereka berdua masuk. suasana yang ramai dan berisik seketika menjadi sepi. seluruh mata disana menatapnya tajam. sang bartender yang berdiri dibelakang meja bertanya kepadanya sedikit berteriak karena posisi mereka yang masih diambang pintu

"ada apa? apa kalian perlu sesuatu?" sora tertawa canggung berusaha tak terlihat mencurigakan. sedangkan hinata tetap menundukan kepalanya bersembunyi di tubuh laki laki tampan itu.

"hehe boss, apa ada kamar yang belum di sewa?" ucapnya malu. mendengar pertanyaan sora, sang bartender terbatuk menutupi keterkejutannya. orang orang disana yang lebih cenderung adalah pria dan wanita dewasa tertawa kecil mendengar apa yang dikatakan sora juga. seakan mereka tau apa tujuan sora dan hinata meminta kamar. apalagi postur tubuh hinata yang digendongnya terlihat seperti perempuan. rambut kepang dan kulit putih pucat nya juga terlihat seperti perempuan.

"ehem! pintu nomor 3 kau bisa menggunakannya. biayanya perjam"

"baik boss. terimakasih" sora segera melangkah dengan cepat menuju tangga. seorang pria yang terlihat mabuk berceletuk ketika sora melewati mejanya

"anak seumuran kalian tidak boleh bermain terlalu lama, nanti menghambat pertumbuhan hahaha" celetukannya disambut tawa oleh orang orang disana.

mereka berdua tidak peduli dan langsung naik ke lantai dua. mencari daun pintu yang terukir angka 3. ketika mereka menemukannya sora langsung mendorong pintu itu dengan punggungnya lalu masuk dengan cepat. ia membaringkan tubuh hinata diatas tempat tidur dengan sangat hati-hati dan lembut. tangannya sedikit gemetar. entah karena sebab apa.

"sora.. maaf ya" laki laki cantik itu menatapnya segan, raut wajahnya sedih merasa tak enak hati kerena telah merepotkan nya

"apa dewa selemah ini? saat ku angkat saja kau benar benar ringan seperti angin" balasnya sambil menutupi tubuh sang dewa angin dengan selimut tebal berwarna cokelat yang sudah disediakan di tepi tempat tidur

"ehe~" sora memijat keningnya mendengar balasan hinata yang hanya tersenyum tak mengelak.

ia duduk di tepi tempat tidur dengan muka serius. sora masih penasaran tentang apa yang terjadi pada para dewa di celestia

"jadi... apa yang sebenarnya terjadi?" hinata menganggukan kepalanya dan berusaha duduk untuk bicara. ia menyandarkan punggungnya. menoleh ke arah laki laki yang baru saja ia berkati dengan kekuatannya.

"kau ingin tau kenapa aku selemah ini?" sora melihat raut wajah hinata berubah, ia menundukan kepalanya menatap selimut yang menutupi bagian tubuh bawahnya. lalu ia menghela nafas panjang dan lanjut bicara

"aku kehilangan gnosis ku, dan para dewa yang lainnya juga"

"gnosis? apa itu?" sora mengernyitkan dahi, mata nya menyipit bingung melihat ke arah sang dewa

"hehe anggaplah itu seperti tanda pengenal ku, bahwa aku adalah salah satu dari ke tujuh archon, benda itu juga yang menghubungkan kekuatan ku dengan celestia" jelas sang dewa cantik dengan senyuman dibibirnya yg mungil

"ohh sepertinya aku paham. kenapa bisa?"

"belum ada yang tahu, tapi para dewa berasumsi bahwa yang mengambil gnosis mereka itu harbingers Snezhnaya. bawahan cryo" hinata mengangkat bahunya ia kembali tersenyum dan mendekatkan wajahnya ke laki laki berambut emas itu.

"tapi masalahku sudah beres sekarang ehe~"

dengan kedipan satu matanya yang menggoda, sora menelan ludah dan menjaga jarak. apalagi dengan pakaian archon yang dikenakannya, membuat badan putih mulus milik sang dewa terpampang dimatanya. seraya meminta sora untuk menyentuhnya.

ia menahan tubuh hinata yang semakin mendekat

"tu-tunggu sebentar! a-apa maksudmu sudah beres? kau sudah menemukan gnosis mu?" mendengar pertanyaan sora, hinata kembali manarik dirinya menjauh, raut wajahnya terlihat kecewa

"aku sudah mendapatkan gnosis baru" ia melipat kedua tangannya dan tatapannya menoleh kearah yang berlawanan dari sora.

"hah? mana? boleh kulihat? sejak kapan?" sang dewa cantik anemo itu tertawa sampai mengeluarkan air di ujung matanya. sontak membuat sora kebingungan, entah apa yang ia tertawakan.

"bodoh, gnosis ku itu kau anak manusia" ucapnya sambil menyeka ujung matanya yg basah

"oh.. aku.." wajah tenangnya berlangsung tak lama sampai ia mulai tersadar apa yg dikatakan dewa cantik itu. "hah?!" tawa kembali pecah diruangan yang sepetak dari sang dewa

"oy oy sudahlah, kenapa bisa aku? jelaskan!" tegas sora menahan pundak si anemo dan mengguncangkan nya.

"haha haduh perutku sakit. sora kau lucu sekali" mendengar ucapan hinata membuat pipinya memerah, wajahnya terlihat kesal

"cepat jelaskan!" sudah jengkel rasanya. habis kesabarannya. sora mendorong tubuh si dewa cantik itu hingga terbaring dikasur. tubuhnya berada diatas, tangan besarnya ia letakan disamping kepala hinata, posisi dewa itu benar benar terpojok sekarang. hanya ada wajah tampan dengan sorot penuh ancaman seakan bicara, menunjukan kepada orang yang berada dibawah tubuhnya itu untuk 'jangan macam macam'

alih alih merasa takut, hinata justru membuat ekspresi genitnya dengan menggigit bibir bawah mungil yang berwarna merah muda itu. dengan sedikit tersenyum ia Merangkul Kan lengannya ke leher laki laki yang sedang menindihnya itu.

"oyaoya... kau sepertinya sedikit tidak sabaran. apa kau tipe yang lebih suka bermain cepat dan kasar?"

avataravatar