6 5. Spring’s like Winter

Musim semi telah datang. Bunga-bunga telah bermekaran di sepanjang jalan saat Vika melintas menuju kampusnya. Bunga Sakura yang biasanya dia jumpai saat menonton drama, kini dia bisa jumpai di depan mata. Semua terlihat indah dan cantik.

Namun semua itu ta terlihat sama untuk Vika. Baginya musim semi tahun ini seperti musim dingin yang membuat hatinya menjadi beku. Tak dapat dia temukan senyuman yang biasanya akan muncul saat mendengar dan memandang nama kekasihnya tertera di layar smartphonenya. Semua berubah seratus delapan puluh derajat dan membuatnya cemas memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Musim semi yang seharusnya membuat siapapun yang melintas pasti akan tersenyum menatap indahnya bunga-bunga di musim semi. Tak dapat dia nikmati akhir-akhir ini. Ada kegelisahan yang melanda hatinya.

Sudah hampir tiga bulan Junho mengilang dan tak ada kabar. Komunikasi yang rutin mereka Padahal saat awal mereka kuliah di tahun pertama, Junho selalu memberi kabar Vika, entah itu telepon, video call maupun email. Vika sudah berusaha mencoba menghubunginya, namun ada jawaban atau balasan darinya. Semua komunikasi entah mengapa tiba-tiba putus begitu saja.

"Junho.. kamu kenapa sih tiba-tiba jadi seperti ini. Apa aku ada salah padamu." Ucap Vika sembari memandang semua chat darinya yang belum dibaca Junho.

Perubahan yang terlihat jelas dia rasakan semenjak dia melanjutkan studinya di London. Seorang kekasih yang telah bersamanya selama hampir tiga tahun, kini menghilang tak ada kabar. Sudah semua cara dia lakukan untuk berusaha menghubungi Junho. Namun semua tak berbuah hasil. Kini yang dia bisa lakukan adalah menunggu Junho memberinya kabar. Walau dia tak tahu. Apakah Junho akan memberinya kabar baik atau kabar yang tak ingin dia dengar dan akan terasa menyakitkan. PERPISAHAN.

©©©

Tahun ini merupakan tahun kedua Vika berkuliah di London. Dia telah menyesuaikan diri dengan baik dan semua kegiatan perkuliahan berjalan sangat lancar. Berbagai mata kuliah telah dia selesaikan dengan mendapat nilai ujian yang sangat baik. Selain mengikuti perkuliahan, dia juga aktif mengikuti kegiatan di luar kampus seperti klub olahraga.

Perubahan yang sangat signifikan karena saat SMA, kegiatan yang dia lakukan di luar sekolah hanya melukis di ruangan kecilnya di rumah. Dan sekarang, Vika telah mengikuti klub mahasiswa tenis meja yang diselenggarakan setiap akhir pekan di Student Stadium. Dia pun juga sering berkumpul bersama kedua sahabatnya di kampus, Valerie dan Sarah.

Dan kali ini mereka mengadakan pajamas party di apartemen Vika. Kegiatan yang sering mereka lakukan dua minggu sekali. Biasanya Vika dan kedua sahabatnya memakai pajamas yang matching dengan ketiganya. Perpaduan warna yang berbeda dengan motif yang sama di pajamas yang mereka pakai, membuat ketiganya terlihat seperti saudara kembar. Tak jarang mereka mengabadikan moment berkumpul di halaman sosial media pribadi ketiganya.

Tak seperti biasanya, Vika hanya terdiam sembari menatap makan siangnya di atas meja makan apartemennya. Sesekali dia memandang langit-langit apartemennya dengan penuh kekosongan. Di matanya terlihat jelas seperti ada sesuatu yang dia simpan.

"Vik..Are you okay? kamu nggak papa?" tanya Valerie yang cemas melihat sahabatnya yang diam saja sejak tadi.

"Coba ceritakan pada kita. Sapa tahu kita dapat membantumu." Sahut Sarah

"Valerie...Sarah..apa yang harus aku lakukan. " ucap Vika terlihat murung.

"Kamu kenapa Vik..ayo ceritakan pada kita." balas Sarah makin penasaran.

"sebenarnya ini mengenai pacarku yang sekarang ada di Korea. Pacarku sudah tiga bulan ini tak ada kabarnya. Apakah aku harus menyudahi semuanya atau bertahan menunggunya." Ucap Vika terlihat sedih.

"Tiga bulan?? Itu lama sekali.. bagaimana bisa dia tak menghubungimu selama itu, Vik? Dia tak pantas buat kamu. Sudah berapa lama kamu menjalin cinta dengannya?" Ucap Valerie kesal.

"Hampir tiga tahun. Aku berpacaran dengannya sejak kami kelas sepuluh di SMA. Dia tiba-tiba menghilang tak ada kabar. Aku sudah berusaha menghubunginya. Namun dia tak menjawab teleponku atau membalas pesan dariku." Ucap Vika yang tak kuasa menahan air matanya.

"Dia telah bersamamu selama tiga tahun dan sekarang sudah hampir tiga bulan telah menghilang?" tanya Sarah terlihat kesal.

"Iya.. aku juga tak mengerti apa salahku sebenarnya. Mengapa dia tiba-tiba menghilang." Jawab Vika yang tak kuasa menhaan air matanya.

Seketika itu, Valerie dan Sarah kemudian memeluknya erat. Mereka tak menyangka, Vika akan merahasiakan selama itu dari mereka.

"Jika dia memang masih menyisakan hatinya untukmu, dia tak mungkin membuatmu menunggu terlalu lama seperti ini. Masih banyak cowok di luar sana yang nanti akan peduli padamu Vik..buat apa memikirkan cowok yang nggak jelas seperti dia." Balas Sarah yang mencoba memberikan opininya.

"Mulai sekarang..tolong jangan simpan sendiri keresahan yang kamu rasakan ya Vik. Kamu bisa membicarakannya pada aku atau Valerie. Kamu nggak sendiri, Vik. Kita ada disini untuk kamu.." ucap Sarah sembari memeluk erat Vika.

"Iya Vik.. sebaiknya kamu renungkan kembali, Vik.. apakah dia memang masih mencintaimu atau dia adalah orang yang tak pantas menerima cintamu." Sahut Valerie sembari menatap Vika yang masih terlihat sedih.

"aku akan berusaha memikirkan hal ini kembali. Terima kasih ya guys.. kalian udah menghiburku..aku akan memutuskan hal ini dengan matang-matang." Balas Vika yang sedikit menjadi tenang karena kedua sahabatnya.

Beberapa hari kemudian...

Vika kembali dari latihannya bermain tenis. Dia pun segera menuju lemari es apartemennya untuk meminum segelas air mineral. Karena pikirannya yang terus-menerus memikirkan Junho, dia berlatih tenis sangat keras. Para senior dan beberapa temannya heran melihat Vika yang berbeda dari biasanya. Namun mereka hanya menyimpannya dalam hati karena tak ingin membuat Vika tersinggung karena hal ini.

Sekembalinya dia di apartement, Vika pun berpikir sejenak. Dia ingin mencari kejelasan mengenai hubungannya bersama Junho. Dan dia ingin tahu mengapa tiba-tiba Junho pergi meninggalkannya.

"Drrrrt...Drrrtt....Drrrttt..." tba-tiba smartphone Vika berdering.

"Halo Vik.. ada yang mau aku omongin sama kamu." Ucap Junho terdengar serius.

"Kamu ingin bicara mengenai apa Junho.." ucap Vika sedikit kesal mendengar suara Junho setelah sekian lama dia mengubunginya dan tak pernah ada jawaban.

"Vik..kita sudahi saja hubungan kita yaa. Maafkan aku. Aku tak bisa dengan hubungan LDR ini. Ini sangat berat buatku." Ucap Junho terdengar serius.

"Semua telepon dan pesan dariku tak pernah kamu baca. Jadi ini yang kamu mau bicarakan padaku setelah sekian lama. Baiklah Junho aku mengerti. Kita sudahi saja hubungan kita. itu saja yang kamu mau katakan? Aku akan menutup telepon ini." Balas Vika terlihat tegar.

"Tunggu Vik.. mengapa kamu langsung menyetujuinya?" ucap Junho yang terdengar kaget karena Vika langsung mengiyakan ajakannya untuk putus.

"aku tak bisa menahanmu lebih lama Junho. Bukannya kamu sendiri yang memintaku untuk putus. Aku sudah lelah menunggumu. Menunggu kabar darimu yang aku sendiri juga tak tahu kapan kamu akan menghubungiku. Kalau ini yang kamu mau. Lebih baik kita berpisah. Aku tak ingin hatiku terus-menerus terluka olehmu. Mungkin memang kita tidak ditakdirkan bersama." Jawab Vika berusaha menahan air matanya yang kembali menetes mendengar suara Junho setelah sekian lama.

"Maafkan aku Vika.." balas Junho pelan.

"Kalau sudah tak ada yang kamu ingin katakan, aku akan menutup telepon ini. Selamat tinggal Junho.."

"selamat tinggal Vika.." ucap Junho menutup teleponnya siang itu.

Hari minggu yang berbeda dari sebelumnya telah tiba. Kini dia harus menerima hari ini dengan tegar, meskipun tiba-tiba semua kenangan saat-saat Vika bersamanya datang dan kembali hadir di pikirannya. Dia harus merelakan semua itu dengan sekejap mata dan berusaha menerima jika perpisahan itu memang terjadi dan tak bisa dia hindari. Kekasih yang selalu ada saat suka dan suka. Kini hanya menjadi luka di hatinya.

©©©

avataravatar
Next chapter