webnovel

Jangan Bermain Api (3)

-- Kosan Levia --

"Halo sayang." sapa seorang laki-laki bernama Rio ketika Levia membukakan pintu kamarnya. Dia mengenakan kaos bergambar tengkorak yang dipadukan dengan jaket dan celana jeans.

"Hai, honey. Masuk dulu sebentar. Kenapa jam segini kamu udah datang?" tanya Levia.

"Aku sengaja datang lebih cepat karena aku udah nggak sabar ketemu sama kamu." kata Rio.

Levia tersipu malu. "Kamu memang paling bisa membuat aku senang." kata Levia, "Tapi aku belum siap sama sekali. Tunggu sebentar ya, aku ganti pakaian dulu."

Rio mengangguk. Levia mengambil kaos lengan pendek berwarna hitam dan celana jeans, lalu membawanya ke kamar mandi. Setelah beberapa menit kemudian dia keluar dari kamar mandi.

Levia lalu mengambil peralatan make-up nya. Setelah selesai memoles wajahnya, Levia dan Rio pergi menggunakan motor.

Levia memeluk Rio dengan erat ketika mereka berkendara. Mereka pergi menuju salah satu pusat perbelanjaan di kota ini. Setibanya disana mereka bergandengan tangan dan berjalan ke dalam mall tersebut.

Lalu mereka pergi menuju bioskop dan membeli dua buah tiket Captain Marvel. Disana banyak pasangan muda-mudi lainnya yang ingin menonton film ini. Setelah masuk ke dalam teater, Levia dan Rio duduk di barisan kedua dari atas.

Saat duduk, Rio meraih tangan Levia dan memegangnya dengan erat. Mereka sangat menikmati film dan kebersamaan mereka. Setelah film selesai, mereka keluar dari ruangan teater.

"Kamu mau kemana lagi, Lev?" tanya Rio.

"Bagaimana kalau kita makan?" tanya Levia.

"Ok, apapun yang kamu mau sayang." kata Rio sambil mencium tangan Levia.

Mereka pergi ke salah satu restoran Korea dan memilih tempat duduk. Pelayan restoran mengantarkan menu kepada mereka.

"Kamu mau makan apa, Lev?" tanya Rio.

"Aku mau tteobboki sama chikin." kata Levia sambil menunjuk ke daftar menu.

"Minumnya?" tanya Rio lagi.

"Strawberry milkshake."

"Ok. Mba pesan tteobboki 1, chikin 1 dan bulgogi 1. Untuk minumannya lemon tea ice 1 dan strawberry milkshakenya 1 ya." kata Rio kepada pelayan tersebut.

"Baik, mas. Harap menunggu." pelayan itu pun pergi meninggalkan mereka.

Kira-kira 20 menit kemudian, pelayan yang lain datang mengantarkan pesanan mereka. Mereka pun mulai menyantap makanan tersebut sambil berbincang-bincang.

"Lev, Putra tau kamu keluar malam ini?" tanya Rio.

Levia mengangguk.

"Apa dia tahu kamu jalan sama aku?"

"Ya, nggak lah. Kamu pikir aku udah gila dengan memberitahu hal itu?" jawab Levia sambil tertawa.

"Lev, kamu tau kan, aku sayang sekali sama kamu?" tanya Rio serius sambil memegang tangan Levia, "Aku bersedia memberikan apapun yang aku miliki dan memenuhi semua yang kamu inginkan."

"Aku tau, sayang." kata Levia.

"Lalu, kapan kamu akan mengakhiri hubungan kamu dengan Putra? Bukankah hubungan kalian udah mulai merenggang?" tuntut Rio.

"Sayang, sabar ya. Aku lagi menunggu waktu yang tepat untuk mengakhiri hubungan kami. Aku masih membutuhkan dia untuk menyelesaikan projek kuliah. Setelah itu aku janji aku akan segera memutuskan hubungan dengannya. Kamu bisa menunggu lebih lama lagi kan?" Levia membelai pipi Rio dengan lembut.

"Kalau memang itu yang kamu mau, aku setuju. Tapi kamu harus janji ya sayang setelah projek kalian selesai, kamu harus meninggalkan dia. Aku nggak mau kita terus-menerus bersembunyi seperti ini. Aku ingin seluruh dunia tau bahwa kamu adalah milikku." pinta Rio.

"Aku janji sayang. Kamu tau sesuatu?" tanya Levia.

"Apa itu?"

"Kamu beribu-ribu kali lebih baik dibandingkan Putra. Kamu selalu memperlakukan aku layaknya seorang Putri. Dan kamu selalu membuat aku semakin jatuh cinta sama kamu setiap harinya." jawab Levia.

"Putra itu hanya laki-laki bodoh yang selalu menganggap bahwa dia bisa memiliki wanita manapun yang dia mau dengan mudah. Dia pikir waktu itu aku menerima dia karena aku udah terpikat dengannya. Dia bahkan sampai hati memutuskan hubungan dengan Syahira pada saat itu. Padahal aku hanya ingin memanfaatkan dia aja. Apakah dia pikir dia begitu tampan dan mempesona sehingga semua wanita akan terpikat padanya?" sambung Levia sambil tertawa.

Rio terlihat senang dengan apa yang dikatakan Levia dan baginya ini semua sudah cukup. Dia yakin suatu hari nanti Levia akan menjadi miliknya.