1 Satu - Love Hate Celine & Spencer

(Buat pembaca baru, lebih baik kalian baca Real or Dream biar gak bingung sama isi di dalem ini, karena ini tuh cerita sequel Real or Dream! ROD sendiri udah dijadiin buku cetak + Ebook )

Seorang wanita dengan wajah semringah menekan salah satu kontak di dalam telepon genggamnya. Wanita itu sudah sangat tidak sabar menunggu panggilannya tersambung. Tanpa sapaan dan basa-basi, Celine dengan semangat mengatakan tujuannya pada si penerima panggilannya.

"Ada beberapa tas keluaran terbaru," kata Celine excited pada Spencer.

Tidak ada respon dari pria di seberang panggilannya.

"Tas yang benar-benar aku inginkan, Spencer," pekik Celine dengan wajah benar-benar cerah.

Wanita itu sangat yakin, jika dirinya meminta sesuatu pada orang yang tepat dan pasti akan dikabulkan.

"Lalu?" Pertanyaan dingin yang yang diucapkan sebagai balasan atas rasa excited Celine.

Wanita itu mengepalkan telapak tangannya, ia hanya harus menahan emosi pada lemari es bernyawa yang sedang berbicara dengannya, demi sebuah tas incarannya.

"Aku ingin kau membelikannya untukku," pinta Celine tanpa malu apalagi ragu.

Terdengar helaan napas kasar di seberang sana dan Celine hanya memilin-milin jemarinya berharap Spencer tidak akan memberikan ceramah padanya.

"Bukankah baru beberapa minggu yang lalu kau membeli tas? Hari ini, kau meminta tas lagi?" Pertanyaan Spencer sarat dengan sindiran pada wanita itu.

Celine mendesah dan bersiap meluncurkan jurus bujukan mautnya pada pria dingin itu.

"Ini adalah merk tas yang berbeda dan limited edition. Aku bisa saja meminta pada daddy untuk membelikannya, tapi mom Cla pasti akan murka padaku jika mengetahuinya." keluh Celine.

"Jadi, hanya kau satu-satunya harapanku. Aku janji, ini terakhir kalinya dalam bulan ini, aku memintamu untuk membelikanku barang, please. Ayolah, Spencer, kau adalah malaikat penyelamatku." Celine berusah keras membujuk pria itu agar memenuhi keinginannya.

"Kirimkan tagihannya padaku." Tanpa aba-aba Spencer mematikan sambungan telepon. Hal itu adalah sesuatu yang tidak begitu mengejutkan bagi Celine karena wanita itu sudah sering mendapatkan perlakuan seperti itu.

"Kebiasaan! Dasar lemari es berjalan!" Celine mengumpat kesal.

"But it's ok, yang terpenting saat ini, lemari es bernyawa itu membelikan tas keluaran terbaru untukku." Celine mendekap erat telepon genggamnya sambil melompat-lompat bahagia.

*

Celine Ellinor Davinci, wanita dua puluh tiga tahun. Anak sulung dari pasangan Augfar Andrea Davinci dan Clarista Salsabilla Biantoro. Wanita yang bekerja sebagai pemilik toko gaun pengantin hasil rancangan sang ibunda tercinta dan kadang kala menjadi asisten pribadi ayahnya ketika Augfar berada di London untuk melihat kinerja perusahaan cabang mereka. Wanita cantik terbiasa hidup dimanjakan oleh sang ayah, apa pun keinginannya dipenuhi sehingga ketika sudah dewasa, ia terbiasa hidup mewah dan glamor. Clarista adalah orang yang menentang keras tentang sifat hedon yang dimiliki oleh Celine, wanita paruh baya itu bahkan tidak ragu untuk memblokir kartu kredit Celine yang diberikan oleh Augfar agar anak sulungnya itu mulai menghentikan kegiatan belanja barang-barang yang tidak perlu.

Celine mewarisi sifat Danisha, sahabat baik ibunya. Akan tetapi, bukan Celine jika ia tidak memiliki cara lain untuk mendapatkan barang yang ia inginkan. Ia akan memanfaatkan sosok Spencer yang tidak akan menolak permintaannya. Pria yang sangat irit bicara dan juga dingin, memiliki julukan kulkas berjalan yang arogan dari Celine.

Celine begitu gila belanja barang-barang mewah. Ibunya sampai pernah menyita kartu kreditnya karena sudah melebihi batas wajar. Celine benar-benar mewarisi sifat Danisha.

Tidak ingin kartu kreditnya disita lagi oleh sang ibu, jadi Celine mencari cara untuk mendapatkan barang keinginannya minta dibelikan oleh Spencer. Pria yang sangat irit bicara dan begitu dingin, ia memiliki julukan kulkas berjalan dari Celine. Meskipun nanti ujungnya pria itu akan menyindirnya dengan bahasa yang cukup pedas.

Sifat jelek Celine yang sangat dibenci oleh Spencer terutama adalah ketika sudah mendapatkan barang yang diinginkan wanita itu akan bersikap tidak acuh dan bahkan mengabaikannya seperti orang tidak kenal.

*

Waktu sudah menunjukkan pukul 04.11 pagi hari. Wanita itu memasuki penthousenya dengan rasa letih dan juga sedikit merasa hangover akibat terlalu banyak minum alkohol.

Celine menghabiskan sepanjang malamnya di kelap malam bersama hingar bingarnya dentuman musik keras untuk merayakan ulang tahun salah satu teman semasa kuliahnya dulu.

Suasana gelap menyambut kedatangan Celine di dalam apartemennya. Ia berjalan meraba tempat saklar untuk menghidupkan semua lampu di sana. Namun, Celine terkejut mendapati seorang pria tengah duduk menyandar di sofa sambil melipat kedua tangan di depan dadanya dengan mata terpejam. Celine berjalan mengendap-endap, berusaha tidak menimbulkan suara apa pun agar pria itu tidak terjaga. Akan tetapi, sepertinya percuma saja. Pria itu tingkat kepekaannya luar biasa jadi, ia bisa dengan mudah mendeteksi keberadaan Celine.

"Dari mana saja kau?" tanya pria itu dengan tetap mempertahankan posisinya.

Celine berhenti berjalan dan memutar bola matanya mendengar pertanyaan yang diajukan oleh pria itu.

"Kurasa itu bukan urusanmu!" jawab Celine sekenanya.

Wanita itu kembali berjalan menuju kamarnya. Namun, tangan pria itu menyambar lengannya cepat.

"Apa yang kau lakukan!" bentak Celine.

"Spencer, lepaskan!" Wanita itu meronta minta di lepaskan genggaman tangannya.

"Kau belum menjawab pertanyaanku," ucap Spencer datar.

Celine terus memukul tangan Spencer agar pria itu melepaskan genggaman pada lengannya.

"Kenapa kau begitu menyebalkan, Spencer! Aku mau tidur, jadi lepaskan tanganmu!" desis Celine kesal.

"Tidak! Sebelum kau menjawab pertanyaanku," kata Spencer.

"Ck! Baiklah, jadi lepaskan tanganmu. Kau menyakitiku," Spencer segera melepaskan lengan Celine.

Celine menggosok lengannya sedangkan Spencer menatap Celine tajam.

"Aku pergi ke kelab untuk merayakan ulang tahun Claire. Aku terlalu larut dalam pesta, sampai lupa waktu, tapi aku tidak melakukan hal bodoh apa pun di sana. Aku hanya mencicipi tiga gelas vodka,"

"Bagaimana? Apa kau sudah puas dengan penjelasanku?" ketus Celine.

Setelah mendengar ucapan Celine, Spencer memilih untuk masuk ke kamar tamu dan melanjutkan tidurnya tanpa berpamitan sepatah kata pada Celine.

"Arrrgh! Dasar kulkas menyebalkan!" gerutu Celine.

Spencer James, anak semata wayang yang dimiliki oleh Alexander dan Grenda Debora. Usia Spencer lebih tua beberapa bulan dari Celine. Sifat Spencer begitu berbanding terbalik dari kedua orang tuanya. Pria itu lebih tertutup dan pendiam. Dingin dan sangat serius, terasa membosankan bagi sebagaian besar orang-orang di sekelilingnya. Tidak ada yang menyangka jika kedua orang tua Spencer adalah supermodel dunia. Di usia yang masih terbilang sangat muda, Spencer telah berhasil menjadi owner dari The Savire hotel, salah satu hotel bintang empat yang berada di London. Pria itu berhasilkan menjalankan bisnisnya berkat ilmu yang ditempuhnya saat kuliah dan juga pengalaman dari Augfar dan juga Gio, sahabat karib kedua orang tuanya.

Spencer dan Celine tidak tinggal bersama. Hanya saja Spencer memang lebih sering mengunjungi Celine di apartemen untuk mengawasi gerak gerik wanita itu. Celine sering kali bertindak bodoh dan ceroboh. Celine kerab mabuk sehabis pulang dari kelab malam dan melakukan tindakan bodoh dengan mencium orang sembarangan yang berada di dekatnya. Untuk itu Spencer harus selalu stand by menjaganya.

"Memangnya aku balita yang harus diawasi setiap saat! Aku melakukan hal bodoh itu karena aku tidak sadar saja, bisa dikatakan khilaf. Iya, tidak sengaja ... Hmm—yah benar, aku sering ceroboh! Ck ..." Celine bermonolog.

Tumbuh kembang sedari kecil bersama Celine membuat Spencer merasa berkewajiban menjaga wanita itu, lagi pula kedua orang tuanya sudah menitipkan Celine pada Spencer.

"Kenapa dia harus tahu semua apa saja yang aku lakukan? Kenapa pula Daddy menitipkanku pada orang kaku menyebalkan seperti dia," gerutu Celine.

"Hei ... Spencer James, kulkas berjalan. Jangan datang lagi ke apartemenku. Kau menyebalkan dan seperti hantu!" teriak Celine di depan pintu kamar yang ditempati Spencer.

Celine tersentak terkejut ketika pintu kamar tersebut terbuka dan Spencer muncul di depan pintu.

"Aku akan mengirimkan tagihan belanjamu bulan ini pada mom Cla, kurasa itu cukup untuk membungkam mulut cerewetmu!" ucap Spencer santai lalu menutup kembali rapat pintu kamar sebelum Celine menjawab ucapan terkutuk itu.

"Hei! SPENCER! Pria gila, aku akan membunuhmu jika kau mengadukannya pada mommy! Spencer, arrgh ... dasar sialan!"

"Spencer, ku mohon jangan lakukan itu! Aku minta maaf padamu. Oh- astaga! Aku akan melakukan apa pun asal kau tidak mengadukan masalah tagihan itu!" jerit Celine.

"Permintaanmu ditolak," jawab Spencer dari kamarnya.

"Kau memang iblis terkutuk! Aku membencimu," teriak Celine kesal.

avataravatar
Next chapter