5 05 - Kebodohan Celine

Bakal Slow update, dikarenakan Shin mau fokus sama kesehatan bayi Shin ya. Harap maklum 🙏🏻

Jangan lupa tinggalin jejak kalian di kolom komentar

Happy Reading ❤️

🔥🔥🔥🔥🔥

[ Flashback ]

Spencer, Gallagh, Arash, Lauren, Cailaen dan Debora sedang berada di kelab malam milik Alexander, ayah Spencer. Celine sendiri yang belum ikut berkumpul di sana karena masih sibuk melayani pelanggannya yang memborong beberapa gaun di butiknya.

Mereka semua berkumpul di sana, sesuai dengan agenda yang mereka buat. Mereka semua menyepakati untuk rutin berkumpul setiap dua bulan sekali. Semua itu dilakukan demi tetap menjaga rasa kebersamaan mereka semua meskipun sering disibukkan dengan pekerjaan masing-masing di negara berbeda.

Mereka semua sedari kecil tumbuh kembang bersama. Meskipun Debora adalah satu-satunya yang memiliki rentang usia cukup jauh dengan yang lainnya, tapi ia mampu mengimbangi sikap dan sifat para adik-adiknya itu.

Kegiatan rutin berkumpul ini, dijadikan ajang curhat mengenai kesibukan yang mereka jalani sehari-hari. Seperti halnya Arash yang kini tengah menceritakan perkembangan bisnis yang baru ia rintis di Thailand. Spencer mendengarkannya dengan tenang sambil merangkul seorang wanita yang tidak diketahui identitasnya, cukup cantik, tapi gaun yang dipakainya cukup sexy.

Berbeda hal dengan Cailaen yang asyik dengan wanita dipangkuannya. Wanita yang tentu saja adalah seorang jalang berpakaian minim yang sibuk meraba serta mencium playboy kelas kakap itu. Tidak jauh berbeda dengan Cailaen, Gallagher pun asyik memainkan rambut pirang wanita kekurangan bahan pakaian di sampingnya.

Sedangkan Debora hanya diam mendengarkan sambil memainkan gelas vodka di tangannya. Begitu pun Lauren hanya menyandar di bahu Arash dengan tenang.

Celine yang baru saja tiba di sana, mendadak geram. Ia ingin sekali mencekik wanita yang seperti lintah, menempel pada pria yang disukainya.

"Dasar playboy sialan!" gumam Celine dengan geraman tertahan.

"Celine... Hei! Kemari!" panggil Debora sambil menepuk kursi kosong di sebelahnya.

Wanita itu mau tak mau tersenyum terpaksa dan berjalan menduduki kursi di sebelah Debora. Matanya melirik ke arah pria yang sibuk berciuman santai tanpa memikirkan perasaannya.

Para pria sibuk dengan pasangan jalangnya masing-masing sedangkan Debora dan Celine hanya duduk berbincang bertukar kabar.

"Mau ke mana?" tanya Spencer ketika melihat Celine beranjak dari tenpat duduknya.

Celine melirik tajam, "Bukan urusanmu!" Wanita itu melangkah menuju lautan manusia di lantai dance.

Debora melotot tekejut atas tindakan yang dilakukan Celine itu. Ini adalah kali pertama wanita itu meninggalkan mereka semua dan memilih untuk berjoget di lantai dance. Celine juga terlihat mendekati beberapa pria yang cukup tampan di sana sembari meliuk-liukan tubuhnya mengikuti irama musik yang dimainkan DJ.

Seorang pria mencuri lirik atas apa yang sedang Celine lakukan. Pria itu akhirnya tidak tahan atas kelakuan Celine dan memilih untuk pamit sejenak berpura-pura hendak ke toilet, meninggalkan teman-temannya yang lain serta jalang yang menemaninya.

Tangan Celine disentak begitu saja oleh telapak tangan cukup besar. Wanita itu terkejut bukan main lalu seperkian detik dirinya mendesis kesal.

"Lepaskan aku brengsek!" desis Celine.

Mata pria itu menatap Celine lekat dan tajam. "Ikut aku!" perintahnya sambil mencekal lengan Celine.

Mau tak mau, suka tak suka, Celine menuruti apa yang dikatakan pria itu padanya. Mereka berdua berjalan menembus kerumunan orang-orang di sana.

Setelah sampai di pintu ke luar, Celine menghentakan pegangan tangan pria itu dan melayangkan tamparan keras di pipi kiri sang pria.

"Apa? Kenapa? Kau memang playboy brengsek!" desis Celine.

"Bukankah kau sendiri yang ingin jika hubungan kita disembunyikan dari semua orang?" tukas Gallagh.

"Tapi tidak dengan kau meraba bahkan berciuman di depan mataku, sialan!" geram Celine.

Gallagh mendesah mendengar ucapan Celine yang tepat sasaran.

"Aku minta maaf!" ucap Gallagh mengalah.

"Kau tahu? Aku merindukanmu, bodoh. Tapi kenapa kau mengecewakanku selalu seperti ini," kata Celine dalam dekapan Gallagh.

"Aku tidak bermaksud. Aku hanya tidak ingin semuanya curiga dengan hubungan kita," kata Gallagh.

"Aku juga tidak ingin Spencer tahu tentang ini," gumam Celine sambil menggigit kukunya terlihat cemas.

Gallagh melerai pelukan mereka dan menghapus airmata Celine.

"Kita pulang?" tanya Gallagh dan Celine mengangguk.

Tanpa mereka tahu, Spencer berdiri di balik tiang sambil mengepalkan kedua telapak tangannya.

"Bastard!" geram Spencer penuh emosi.

Spencer kembali masuk ke dalam kelab dan bersikap seakan tidak ada kejadian apapun yang ia lihat atau dengar baru saja.

[ Flashback End ]

Celine memukul setir mobilnya dengan keras. Air matanya meleleh begitu saja. Wanita itu menangis dalam diam di dalam mobilnya.

Dia sendiri tidak habis pikir kenapa mudah sekali memaafkan kelakuan Gallagh yang selalu saja membuatnya kecewa bahkan terluka. Sifat playboynya sama sekali tidak bisa enyah barang sedikitpun padahal sudah beberapa kali tertangkap basah oleh Celine.

Dan yang lebih bodohnya lagi, Celine seakan buta dan tuli tentang itu karena takut kehilangan Gallagh. Hatinya begitu luas untuk memaafkan segala kesalahan pria itu.

Ingin sekali ia mengeluh, tapi ia takut semua orang akan mencacinya. Maka dari itu, Celine memilih bungkam, tidak ingin berbagi masalahnya pada orang lain.

Wanita itu melajukan mobilnya kembali menuju penthousenya. Ia menghapus airmata yang meleleh tanpa kendali. Pikirannya berkecamuk, kesal, marah, sedih, dan takut menjadi satu. Entahlah langkah apa kali ini yang harus ia lakukan.

Sebelum masuk ke dalam rumahnya Celine memoles wajah cantiknya dengan make up tipis, guna menyamarkan sembab di matanya. Ia tidak ingin Spencer menceramahinya.

Celine menarik napas panjangnya sebelum masuk ke dalam rumah lalu menggumamkan kalimat penyemangat dirinya.

"Aku kuat, aku hebat!" gumam Celine.

Aroma alkohol menguar dari ruang tamu penthousenya, ada suara dua pria yang begitu ia kenali sedang berbincang santai.

"Hei, Kak. Kau sudah pulang? Tidak menginap?" sapa Cailaen membuat Celine memberikan tatapan tajamnya.

"Kenapa kau kemari?" tanya Celine pada adiknya. Spencer mengangkat wajahnya dan menelisik wajah Celine dengan tatapan dinginnya.

Cailaen menganga mendengar pertanyaan ketus yang ke luar dari mulut kakaknya tersebut.

"Oh, astaga Celine Ellinor Davinci, tega sekali kau melemparkan pertanyaan itu pada adikmu yang paling tampan ini," Celine berdecih mendengar ucapan adiknya yang sebelas dua belas dengan pacarnya.

"Kau pasti kehabisan uang, atau kartumu kembali di blokir oleh Daddy? Maka dari itu kau kembali ke sini untuk mengemis. Aku tidak akan memberikanmu uang," tuding Celine sambil berjalan menuju dapur untuk mengambil air dingin.

Cailaen begitu kehilangan kata. Ia bingung mengapa sikap Celine begitu ketus padanya, padahal ia tidak melakukan apapun.

"Ck! Lihat, kakakku berubah menjadi monster kejam. Astaga, dia jahat sekali menuduhku seperti itu. Jika ada tempat untuk melelang saudara, maka akan ku jual dirinya terlebih dahulu," gerutu Cailaen pada Spencer.

Spencer hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan kakak adik itu yang jarang sekali akur.

"Lebih baik aku tidur daripada mendapatkan omelan darinya lagi!" keluh Cailaen sambil berjalan masuk ke dalam kamar meninggalkan Spencer sendirian.

Spencer meletakan laptopnya ke atas meja dan berjalan menuju dapur. Pria itu bersandar di meja mini bar di sana sambil menatap Celine yang sedang berpegangan tangan pada wastafel sambil menghela napas berkali-kali.

"Tidak ada wanita lebih bodoh darimu yang pernah aku kenal sepanjang hidupku," sindir Spencer dan Celine melirik tajam.

"Kau menemui Gallagh, bukan?" tanya Spencer to the point.

Celine melipat tangannya di depan dada sambil menatap lekat Spencer dengan tajam.

"Kau sok tahu! Lagi pula itu bukan urusanmu," desis Celine.

Spencer melangkah mendekati Celine dan hanya memberi jarak satu jengkal tangan dari tubuhnya.

"Aku bukan sok tahu, tapi aku hanya berpura-pura tidak tahu. Semua akan menjadi urusanku karena kau dititipkan padaku," bisik Spencer.

"Ah-, satu hal lagi. Kau tidak lupa, bukan? Siapa kita!" desis Spencer sambil menatap tajam Celine.

Wanita itu hanya diam dan mengepalkan kedua telapak tangannya saat melihat Spencer berbalik dan melangkah meninggalkannya.

"Semuanya, brengsek!" umpat Celine.

🔥🔥🔥🔥🔥

Cerita ini tuh Shin akui rumit, karena banyak tokoh di dalem cerita ini. Terus beragam juga karakternya. Jadi, mikirnya agak ekstra biar gak membosankan!

avataravatar
Next chapter