3 03 - Tidak Pernah Menduga

Hi, Shin muncul buat update cerita ini!

Ya udah deh, Happy reading ❤️

Jangan lupa komenin isi ceritanya yah 🥰

🔥🔥🔥🔥🔥

Meskipun Celine sudah berusaha keras untuk menutupi ekspresi kekesalannya terhadap informasi yang baru saja diketahuinya, tetap saja tidak luput dari pengamatan adik angkatnya itu, Lauren. Lauren mengerutkan dahi, mencoba menebak pikiran Celine, tetapi segera ia tepis jauh.

Di dalam hati Celine, wanita itu terus mengumpati Gallagher yang datang ke London tanpa memberitahunya. Apalagi pergi ke pesta bersama Lauren. Sungguh, kekesalan Celine sudah hampir mendekati ambang batas. Lauren yang tidak tahan, akhirnya memberanikan diri untuk bertanya pada Celine. "Kak Cel, kenapa kau terlihat begitu kesal? Apa ada sesuatu yang mengganggumu?" Celine gugup. Menelan saliva susah payah.

Wanita cantik itu berdeham lalu menjawab dengan sesantai mungkin. "Nothing. Mari kita pilih gaun di sana!" Celine mencoba mengalihkan topik pembicaraan. Wanita berkaki jenjang itu berjalan mendahului Lauren menuju salah satu lemari pajangan yang berisikan gaun pesta. Celine mencoba memfokuskan diri pada apa yang menjadi tujuannya saat ini. Kedua bola matanya menelisik dengan teliti setiap gaun yang ada dan akhirnya, tersenyum lebar.

Celine mengulurkan tangan untuk mengambil sebuah gaun hitam. Gaun yang panjangnya di atas lutut terlihat sangat sederhana, tetapi juga glamor karena terdapat bebatuan indah menghiasi sekitar dada. Tidak terbuka dan juga seksi merupakan poin penting. Celine yakin, Lauren tidak akan menolak gaun itu.

"Apa kau menyukai ini?" Celine memperlihatkan secara utuh gaun pilihannya pada Lauren.

Kedua bola mata Lauren tampak berbinar, mulutnya tidak sungkan untuk memberikan pujian pada Celine. "Woah, ini sangat cantik. Aku sangat menyukainya, Kak. Kau memang paling tahu bagaimana seleraku." Lauren meraba perlahan gaun itu.

Sesuai dengan dugaan Celine, Lauren menyukainya.

"Syukurlah jika kau menyukainya. Aku yakin, kau akan terlihat semakin cantik dan memukau mengenakan gaun ini." Ucapan Celine membuat senyum Lauren semakin lebar dan rasa percaya dirinya meningkat pesat.

"Kau terlalu memujiku, Kak." Namun, ekspresi wajah Lauren seketika berubah menjadi lesu. "Sayang sekali karena aku akan memakai gaun secantik ini ke pesta yang sama sekali tidak aku ketahui." Lauren mengeluh.

Celine mengelus pundak lauren untuk menenangkannya. "Kau tidak perlu bersedih, setidaknya gaun ini tetap akan dilihat orang banyak nantinya. Lagi pula, aku yakin jika Gallagh tidak akan mencelakaimu dengan mendatangi pesta sembarangan. Dia akan menjagamu dengan baik. Jika dia mengesalkanmu, kau bisa adukan pada mom Gisel atau Dad Gio. Easy! Buang pikiran negatifmu, pergilah bersenang-senang nanti." Celine mencoba memberikan nasihat bijaknya pada Lauren dan gadis itu mengangguk patuh.

"Baiklah. Terima kasih, Kak. Kau memang yang terbaik. Kau selalu bersedia untuk direpotkan." Celine tersenyum dan merangkul Lauren mengajaknya berjalan kembali ke ruangannya untuk membungkus gaun pilihan mereka tadi.

"Tidak perlu sungkan, Adik kecil! Aku tidak pernah merasa direpotkan."

🔥🔥🔥

Ekspresi wajah Celine sangat tidak bersahabat. Wanita itu terlihat jelas sedang merasa kesal. Kedua sorot matanya menatap lekat pria yang berdiri di ambang pintu, menyambut kedatangannya.

"Jelaskan padaku, kenapa aku harus tidur di sini malam ini? Kau harus memberikan penjelasan detail agar aku bisa menerima alasan itu, jika tidak? Aku akan pulang sekarang juga." Celine segera menodongkan pertanyaan pada Spencer tanpa basa-basi terlebih dahulu. Wanita itu melipat kedua tangannya di depan dada menanti penjelasan pria pelit ekspresi itu.

"Kau tidak ingin masuk terlebih dahulu? Haruskah berbincang di ambang pintu seperti ini?" Wanita cantik itu segera melangkahkan kaki jenjangnya masuk ke dalam apartemen Spencer.

Waktu menunjukkan pukul 22.35 waktu setempat. Celine melemparkan tasnya sembarangan ke atas sofa dan berjalan menuju dapur. Wanita itu memilih duduk di atas meja dapur ketimbang di atas kursi. Di sebelahnya terdapat satu gelas jus jeruk yang sepertinya baru saja dituangkan oleh Spencer. Tanpa permisi, Celine meneguk minuman itu hingga tandas. Wanita cantik itu kehausan dan kelelahan mengurus butik barunya. Spencer menyandar di tembok dapur memperhatikan sikap Celine yang seenaknya. Pria tampan itu hanya bisa menghela napas dan tidak ingin berkomentar apa pun.

"Apakah kau bisu? Kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku?" Celine kembali menyindir Spencer dengan kata-kata ketus.

"Kau masih sibuk dengan duniamu." Celine memutar bola mata mendengar jawaban Spencer.

"Aku sudah selesai dengan semua urusanku. Kau bisa mulai menjelaskannya padaku. Kenapa kau menyuruhku untuk menginap di sini? Ada apa dengan apartemenku?" Celine menaikkan sebelah alis menunggu jawaban Spencer.

Dengan santai Spencer berjalan menuju sofa dan menumpuh sebelah kakinya ke kaki yang lain, duduk dengan elegan untuk menjawab pertanyaan Celine. Pria itu yakin, setelah ia memberikan jawaban, Celine akan berteriak sekencang mungkin padanya.

"Aku meminjamkan apartemenmu pada Gallagher untuk beberapa hari ke depan." Jawaban tenang yang diucapkan dengan wajah tanpa ekspresi itu berhasil membuat Celine terbelalak.

"What?! Bisa kau ulangi lagi ucapanmu?" pinta Celine dengan suara rendah.

Spencer mendengkus. "Aku pikir, telingamu masih berfungsi dengan baik. Kau pasti sudah mendengar jawabanku tadi. Aku tidak akan mengulangnya lagi." Spencer terlihat kesal.

"Spencer James, apa kau sudah gila?! Oh, shit! Itu apartemen milikku, kenapa kau memberikan izin tanpa sepengetahuanku? Kenapa dia tidak meminjamnya langsung padaku? Kalian memang sialan!" umpat Celine. Wanita itu meledak. Celine marah.

Spencer menatap Celine dan berkata santai, "dia ingin meminjam apartemenku, tapi aku menolaknya. Aku menyarankan agar dia meminjam apartemenmu saja. Aku tidak ingin apartemenku dinodai olehnya dan juga 'temannya'." Celine benar-benar tidak kuasa untuk meluapkan kemarahannya pada Spencer.

"Kau benar-benar sialan, Spencer James! Bagaimana mungkin kau bisa melakukan semua ini? Kau tahu, dia seorang DJ terkenal di dunia. Apa dia sudah bangkrut, kekurangan uang untuk menyewa hotel sendiri? Jika tidak, kenapa kau tidak memberikan kamar gratis di hotelmu untuknya? Shit, kau memang pria idiot yang menyebalkan!" Celine melemparkan salah satu bantalan sofa ke arah Spencer dengan sekuat tenaga.

Spencer mengelak dan menaruh bantal sofa di sebelahnya. Pria itu terlihat begitu tenang menghadapi sifat bar-bar Celine. Spencer sudah cukup kebal menghadapi Celine yang seperti itu.

"Apartemenmu hanya apartemen biasa yang tidak akan dicurigai oleh paparazi sehingga bisa memudahkan semua aktivitasnya di sana." Ucapan Spencer sarat makna.

Celine diam sejenak, mengolah penjelasan Spencer. Kedua bola mata wanita itu melirik Spencer tajam seolah ingin mencabik-cabik pria tampan itu. "Jadi, maksudmu adalah memudahkan semua kelakuan berengseknya tanpa dicurigai orang lain terutama, paparazi? Termasuk kegiatan olahraga ranjangnya dengan para jalang?" ucap Celine dengan suara pelan hampir terdengar sebagai gumaman.

"Berengsek! Aku tidak akan membiarkan apartemenku dinodai oleh kelakuan mesumnya!" bentak Celine marah.

Wanita itu segera menyambar sling bag dan memasang kembali high heels-nya dan segera meninggalkan kediaman Spencer. Pria tampan itu hanya memperhatikan punggung Celine yang menghilang di balik pintu. Spencer berjalan santai dan tetap terlihat sangat tenang menuju dapur untuk mengisi kembali jus jeruk yang sebelumnya dihabiskan oleh Celine.

"Ironis!" gumam Spencer lalu terkekeh miris.

🔥🔥🔥

Gallagher Joel, anak tunggal dari pasangan Giovanni Putra dan Gisella Ford. Pria berusia dua puluh empat tahun itu, saat ini berprofesi sebagai seorang Disc Jockey atau DJ. Namanya sudah terkenal di seluruh dunia. Musik yang dimainkannya begitu diminati hampir semua orang yang menyukai gemerlapnya dunia malam. DJ satu ini sering kali tersangkut skandal hubungan tanpa status pada beberapa wanita. Ia terkenal dengan julukan Playboy dunia malam. Sifat Gallagh begitu mirip dengan Alexander, sahabat ayah dan ibunya.

Gallagh hidup berpindah-pindah sesuai dengan kontrak kerjanya. Saat ini, kedatangannya ke London pun, untuk suatu pekerjaan dan memenuhi undangan pesta ulang tahun sahabatnya. Di dalam pikiran Gallagh, hanya Lauren yang cocok untuk menemaninya datang ke pesta karena gadis itu tidak begitu suka minum alkohol, ketus dan bisa menjadi tamengnya di sana saat malas meladeni wanita-wanita yang pasti akan menggodanya.

Saat ini, Gallagh sudah bersama Lauren. Keduanya bersiap untuk melangkah masuk ke dalam sebuah rumah besar dan ketika pintu dibuka lebar maka akan terdengar dengan sangat jelas suara hingar bingar pesta di sana. Gallagh sengaja merangkul pinggang Lauren posesif. Puluhan pasang mata menatap lekat ke arah mereka. Lauren sendiri sama sekali tidak terganggu dengan pandangan orang-orang sekitar. Gadis cantik itu tetap berjalan dengan dagu terangkat tinggi, wajah tanpa ekspresi, mengabaikan semua hal di sekelilingnya.

"What's up, Bro!" Seorang pria bermata biru, bertubuh tegap bak seorang model, seusia Gallagh datang menghampiri mereka dan menyapa ramah. Gallagh melepaskan rangkulannya pada Lauren dan balas menjabat tangan ala pria pada orang asing yang tidak dikenal oleh Lauren.

"I'm great!" jawab Gallagh singkat.

Pria asing itu menunjuk Lauren dengan gerakan dagu pada Gallagh. "Siapa wanita cantik di sebelahmu? Apakah dia kekasih barumu? Whoa, sepertinya tidak perlu diragukan lagi tentang seleramu, kau sangat piawai dalam urusan wanita cantik," kata pria bernama Cullen.

Gallagh terkekeh terpaksa. "Perkenalkan, namanya Lauren." Hanya pernyataan singkat diberikan Gallagh, sama sekali seperti tidak ingin menjawab pertanyaan lain dari Cullen.

"Welcome, Lauren. Selamat bersenang-senang di sini." Lauren hanya menanggapi ucapan Culen dengan sikap dingin, Gallagh sendiri melirik sekilas ke arah Lauren lalu tersenyum geli.

Sang pemilik acara mendekati Gallagh dan memeluk pria itu sekilas. "Wow, kau benar-benar menepati janji ternyata. Luar biasa sekali, pestaku kedatangan DJ dunia sepertimu."

"Selamat ulang tahun, Raffael! Bukankah sudah ku katakan, aku akan menepati janjiku. Bagaimana mungkin teman baikku berulang tahun, aku tidak hadir? Kau pasti akan sangat marah padaku," kelakar Gallagh.

"Mulutmu memang benar-benar manis. Bersenang-senanglah, Teman. Kau bebas melakukan apa pun di sini." Raffael menepuk bahu Gallagh dan mengkode lewat mata tempat para wanita berkumpul.

Mereka menyempatkan diri untuk berfoto bersama sambil menegak beberapa gelas alkohol di sana. Raffael pamit untuk menyambut tamu lainnya yang baru saja hadir meninggalkan Gallagh dan beberapa temannya yang lain. Lauren menempel seperti lintah pada Gallagh. Satu per satu wanita di sana berusaha keras untuk menggoda DJ terkenal itu untuk berjoget bersama mereka di lantai dance, tetapi semuanya seolah menahan diri akibat tatapan tajam Lauren.

"Apa yang kau lihat? Kenapa kau terus menatap priaku? Perhatikan pandanganmu jika kau ingin matamu tetap pada tempatnya," ketus Lauren pada seorang wanita yang menatap Gallagh penuh minat.

Gallagh menoleh sekilas lantas mengecup puncak kepala Lauren singkat. Sebuah sikutan dihadiahkan Lauren pada perut Gallagh.

"Jangan menciumku sembarangan, Berengsek! Aku akan meninggalkanmu," desis Lauren membuat Gallagh terkekeh melihat ekspresi kesal adik kecilnya itu.

"Kau terlalu menggemaskan," ucap Gallagh setengah berbisik.

Lauren melirik tajam ke arah Gallagh lalu mendengkus. "Sial! Ucapanmu menggelikan. Kapan kita akan pulang? Aku sudah bosan," keluh Lauren dan Gallagh segera berdiri lantas mengulurkan telapak tangannya ke depan tubuh Lauren.

"Ayo, pulang! Aku juga lelah. Aku ingin tidur cepat malam ini." Keduanya berpamitan pada teman-teman Gallagh dan si empunya acara lalu segera melangkah meninggalkan tempat itu.

Sepanjang perjalanan Lauren dan Gallagh memilih untuk menutup rapat kedua mulut mereka. Namun, Lauren merasa bosan dengan situasi mereka, lantas memilih untuk membuka obrolan lebih dahulu pada Gallagh.

"Kau tidak memberitahu yang lain tentang keberadaanmu di sini? Kak Celine terlihat sangat shock ketika aku memberitahunya jika kau berada di London." Lauren melirik Gallagh untuk melihat ekspresi pria di sebelahnya itu.

Ekspresi Gallagh mendadak dingin. "Tidak. Aku tidak sempat memberitahu yang lainnya."

Lauren menatap Gallagh secara terang-terangan dan memutar posisi duduknya. " apa kau sedang bertengkar dengan kak Celine? Kenapa tampaknya dia sangat kesal mendengar kau mengajakku ke pesta?" Lauren mencoba memancing Gallagh demi menguatkan analisisnya.

Gallagh terkekeh geli dan mengulurkan tangan untuk mengacak puncak kepala Lauren. "Apa kau sedang mewawancaraiku? Kau seharusnya meminta izin managerku terlebih dahulu sebelum melakukannya, Anak kecil."

"Holyshit! Jangan memanggilku anak kecil, Gallagher Joel! Usia kita hanya selisih satu tahun. Jika bukan karena mom Dani menyuruhku membiasakan diri untuk memanggilmu dengan embel-embel 'Kak', aku juga tidak akan sudi melakukannya," gerutu Lauren membuat Gallagh tertawa lepas.

"Kenapa kau tertawa? Berhenti menertawakanku, Gallagh. Lebih baik kau jawab saja pertanyaanku tadi," protes Lauren dengan ketus.

Gallagh memilih menutup rapat bibirnya dan menatap lurus pandangan ke depan. Mengabaikan keinginan Lauren.

"Hei! Kenapa kau membawaku ke sini? Apa kau sudah gila?!" maki Lauren. Gadis itu menyadari jika Gallagh mengantarnya bukan ke rumahnya melainkan ke tempat yang tidak ingin Lauren datangi.

"Aku sudah menghubungi Arash dan meminta tolong padanya untuk mengantarmu pulang. Cepat turun dan pindah ke mobil kekasihmu! Aku ingin segera mencicipi kasur empukku." Lauren mendengkus sambil melepas seatbelt dengan kesal. Wanita itu bergegas turun dan menutup pintu mobil dengan kencang lalu berjalan menuju sebuah mobil sport berwarna merah yang sangat dirinya kenali, yang terparkir tidak jauh dari mobil Gallagh.

Mobil yang dikendarai Gallagh melaju kencang meninggalkan Lauren dan Arash. Lauren menatap kepergian mobil itu dengan pikiran yang bercampur aduk. Arash merangkul bahu Lauren lalu menyunggingkan senyum manis membuat Lauren mendengkus.

"Berhenti cemberut, Sayang. Kau akan terlihat jelek. Ayo, masuk! Aku akan antarkan kau pulang." Arash membukakan pintu mobil penumpang untuk Lauren. Wanita itu mencebikkan bibir sebelum kakinya melangkahkan kaki ke dalam mobil.

🔥🔥🔥

Gallagh sudah memarkirkan mobilnya dengan sempurna di parkiran khusus penghuni apartemen Celine. Gallagh tadinya ingin menumpang menginap di apartemen Spencer, tetapi ditolak mentah-mentah oleh pria itu. Spencer memberikan alternatif untuk Gallagh menginap di apartemen Celine. Dengan berat hati, Gallagh menyetujuinya. Bukan tidak bisa membayar mahal hotel untuk menginap, hanya saja Gallagh ingin menghindar sejenak dari kejaran para fans fanatiknya dan juga paparazi.

Gallagh memasukkan password unit apartemen Celine yang sudah diberitahu oleh Spencer sebelumnya. Di London, Gallagh memilih untuk tidak melakukan kebiasaannya dengan menghabiskan malam bersama jalang. Baginya, London bukanlah tempat yang tepat untuk dirinya melakukan semua itu.

Suasana gelap gulita menyambut kedatangan DJ tampan itu. Gallagh menekan tombol penerang ruangan dan betapa terkejutnya pria itu saat kedua matanya beradu pandang dengan seseorang yang ingin ia hindari.

"Aku tidak akan membiarkan jalang masuk ke dalam apartemenku. Jika kau memiliki keinginan untuk membawanya ke sini, maka aku tidak segan akan menjambak rambutnya dan menyeretnya keluar secara paksa." Celine memberi peringatan dengan nada rendah dan sarat ancaman.

Gallagh menghela napas beratnya. Pria itu menatap Celine sekilas dan melangkah melewatinya begitu saja tanpa berucap sepatah kata pun. Bagi Gallagh, ucapan Celine hanyalah ucapan tidak masuk akal yang tidak perlu ia pedulikan. Namun, berbeda dengan Celine, wanita itu sangat marah dengan sikap Gallagh yang mengabaikannya.

Celine mencekal lengan Gallagh dengan kuat agar pria itu berhenti dan berbalik menatapnya. Namun, ekspetasi Celine tidak terwujud.

"Apa yang kau lakukan, Baby!" Gallagh membentak Celine karena tindakan yang dilakukan wanita itu padanya. Secara spontan, Celine melepaskan cekalannya dan mundur satu langkah ke belakang sambil menatap Gallagh penuh rasa kecewa. Celine tidak menyangka jika Gallagh akan membentaknya. Wanita cantik itu benar-benar terkejut.

***

They don't know what we do best

That's between me and you, i'll little secret

They don't know about us

People say we shouldn't be TOGETHER

but i say they don't know what they talk talk talkin' about

(lirik lagu One Direction)

***

avataravatar
Next chapter