webnovel

Pertemuan

-->Dewa

"Gimana liburan kamu nak?"

"Seru banget yah, rasanya jadi liburan terbaik Dewa saat ini."

"Emang kenapa?"

"Dewa liburan bareng gadis yang Dewa suka yah."

"Wawww, perasaan dia ke kamu gimana?"

"Belum tahu sih yah, Dewa belum berani bilang ke dia."

"Buruan! Nanti keburu diambil orang."

"Hahaha, iya yah."

Gue terdiam mengingat percakapan pagi tadi di meja makan bersama ayah. Gue yakin, bukan gue aja yang memiliki rasa ke Ara. Mengingat dia gadis yang ceria dan humble dalam ruang lingkup di kampus.

Tring, tring, bunyi dering ponsel.

*****

"Hallo Dit?"

"Kapan?"

"Yaudah, nanti sehabis sholat jumat ya?"

"Oke, nanti gue otw ke rumah lu."

Lalu sambungan terputus, karena Dito telah mengakhiri obrolan via telfon.

Setelah sholat jumat…

Gue bergegas berganti baju setelah selesai melaksanakan sholat jumat di masjid komplek dekat rumah. Gue memutuskan memakai kaos pendek putih di balut jaket abu-abu yang tidak terlalu tebal dengan memakai celana jeans panjang dan sebuah topi berwarna hitam bersarang di kepala.

"Mbok Jum? Aku jalan sekarang ya?"

"Iya mas, hati-hati!"

Gue melajukan mobil menuju rumah Dito, yang mana letak rumahnya lumayan jauh dari rumah gue. Sejak SMP, kita berdua sering saling menginap satu sama lain. Apalagi sejak gue tahu kalau Dito merasa kesepian karna kak Juna memutuskan kuliah di luar negeri.

Orang tua Dito udah seperti orang tua kedua bagi gue setelah ayah, begitu pun ayah gue bagi Dito.

Mobil sudah berada di depan gerbang sebuah rumah berpagar tinggi yang menjulang, gue sengaja tidak membunyikan klakson untuk meminta satpam rumah Dito untuk membukanya. Gue udah terbiasa menelfon pak Karno untuk meminta tolong membukakan pintu gerbang.

Pak karno adalah satpam yang sudah bekerja lama di keluarga Dito, dari pertama gue datang saat kelas 7, pak Karno sudah ada di sini.

"Siang mas Dewa?" ucapnya menyapa ramah.

"Siang pak Karno," balas gue, masih berada di dalam mobil yang kaca pintunya sudah gue buka full.

"Mau ketemu mas Dito ya mas?"

"Iya pak, saya masuk ke dalam dulu ya pak?" ucap gue berpamitan.

"Iya mas Dewa," jawabnya makin ramah.

Baru mau memasuki area rumah lebih dalam, tiba-tiba ada seorang lelaki yang gue kenal menghadang mobil gue dengan merentangkan kedua tangannya. Reflek gue menginjak pedal rem untuk menhentikan laju mobil dan sedikit mengumpat.

"Haissssh,"

Si lelaki langsung berlari menuju pintu mobil sebelah kiri dan meminta gue untuk membukanya. Setelah pintu mobil sudah tidak terkunci, si lelaki langsung membuka dan mulai duduk di samping gue.

"Kita langsung jalan aja Wa!"

"Ya orang mah bilang dulu kek! Jangan asal berhentiin mobil gitu aja Dit."

"Iya Wa sorry. Setelah ini, lu bakal berterima kasih sama gue kok."

"Berterima kasih?"

"Iya. Yaudah, ayo langsung jalan!"

Masih dibantu dengan pak Karno, gue memundurkan lagi mobil gue untuk keluar dari area rumah Dito.

"Makasih pak," ucap gue di dalam mobil sambil mengangkat tangan kanan untuk berpamitan dengan pak Karno.

"Iya mas Dewa, sama-sama."

Sudah fokus dengan jalanan, gue memutuskan menutup kembali kaca mobil dan mengunci semua pintu.

"Emang gue harus berterima kasih karna apa Dit?"

"Adalah pokoknya. Udah, lu fokus nyetir aja!"

Setelah menempuh perjalanan yang lumayan lama karna macet, akhirnya gue sampai di sebuah cafe yang cukup ramai. Melihat papan nama di depan tadi, cafe ini bernama cafe love milk.

"Mungkin lebih banyak menyediakan berbagai jenis kolaborasi berbagai susu kali ya?" pikir gue.

"Di sini, Dit?"

"Iya. Ayo turun!"

Gue mengikuti Dito yang sepertinya antusias banget buat dateng ke cafe. Sebenarnya, gue udah beberapa kali lewat depan cafe ini. Hanya saja, gue belum ada fell buat mampir dan masuk. seharusnya gue mampir lebih awal kalau tahu suasana cafe yang ternyata enak gini.

"Kita duduk di sana aja Wa," ucap Dito sambil menunjuk meja.

"Oke."

"Enak ya suasana cafenya?"

"Iya Dit, nyesel gue baru masuk sekarang."

Tak beberapa lama, ada seorang pengawai cafe menghampiri gue dari arah belakang gue duduk.

"Sudah bisa untuk pesan pak?"

"Bisa banget Ra," ucap Dito cengengesan.

"Ra?"

"Hai Wa?" ucapnya sambil tersenyum.

"Kok lu ada di sini?"

"Gue kerja di sini Wa, Dito gak ngasih tahu to?"

"Dasar kutu nih Dito. Ternyata ini toh yang dia maksud tadi," batin gue.

"Belum Ra."

"Kita pesen latte dulu aja Ra, dua ya!"

"Oke Dit," ditunggu ya!

"Siap Ra."

Setelah Ara menghilang dari pandangan kami berdua, gue mulai introgasi si Dito.

"Jahat lu gak ngasih tahu gue duluan."

"Surprise Wa."

"Kok lu tahu dia kerja di sini?"

"Dari kak Juna, dia gantiin temennya buat jadi manager sementara di sini."

"Oalah, pantesan."

"Kalau tahu Ara di sini, udah lama dah gue mampir ke ni cafe."

"Samma Wa," ucap Dito lirih.

"Sama apanya Dit?"

"Sama, buat ngajak lu ke sini Wa."

Kita berdua menghabiskan sejam lebih di cafe ini, dari yang awalnya hanya mau minum aja, sekarang udah selesai makan berat malahan. Di cafe ini, ada beberapa rak buku yang berisi beberapa novel dan majalah. Gak berasa ada di cafe deh kalau ke sini, suasananya berasa rumah milik sendiri.

Katanya, Ara selesai kerja di jam 5 sore. Pengen sih pulang bareng dia, tapi ya masa gue harus nungguin dia bareng Dito. Bisa bocor ke mana-mana karna ada Dito. Pukul 3 sore, kami berdua memutuskan keluar cafe. Gue mengantar Dito sampai depan rumahnya, lalu langsung melaju menuju rumah dengan pikiran yang penuhi Ara.

-->Dito

Akhirnya, gue bisa bersikap seperti biasa lagi ke Ara. Mungkin memang harus menggunakan Dewa supaya gue bisa kembali seperti dulu lagi ke Ara. Lebih baik gue bantu Dewa buat deket dan dapetin Ara. Karna gue tahu, rasa suka Dewa ke Ara jauh lebih serius ketimbang rasa suka gue ke Ara.

Selama gue kenal Dewa, dia gak pernah seperti ini jika sedang suka sama seseorang. Apalagi setelah kepergian si wanita licik itu. Cukup karna si wanita itu aja yang membuat Dewa down selama beberapa bulan lamanya. Jangan sampai mereka ketemu lagi.

Dewa memang tipikal penyuka wanita yang jauh lebih dewasa, mungkin karna dia tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu. Maka, sosok-sosok keibuan dia temukan di wanita yang lebih tua dari dia.

Gue harap, Ara bisa bikin hidup lu merasa bahagia Wa?

Perjuangannya untuk bangkit penuh dengan kejadian dramatis, gue gak mau dia kembali ke masa itu lagi.

Gue benar-benar mengutuk si wanita licik itu!!!

Next chapter