"Hahahaha, iya, nanti Papa rubah."
Setelah beberapa orang mengomentari sikap ayahnya Juna. Kini, mereka saling berbincang, di lanjutkan menuju ruang keluarga. Mereka menonton acara televisi bersama. Tapi entah mengapa, Ara seperti tidak nyaman. Padahal, tadi, ia merasa baik-baik saja.
"Apa, aku masih kepikiran, tentang insiden jabat tangan tadi?" batin Ara, sambil menatap kosong, acara televisi.
Sebuah getar ponsel, yang ada di saku celana Ara, membuat Ara teralih. Ia memutuskan untuk ke toilet, karena tidak enak dan tidak sopan, jika bermain ponsel, disaat seperti ini. Walaupun, papanya Juna, memegangi ponselnya.
"Tante, Ara numpang ke kamar mandi, ya?" ucap Ara.
"Oh, iya, Nak. Ada di sebelah sana, ya!" ucap mamanya Juna, sambil menunjuk sebuah arah.
"Iya, Tante."
"Mau, aku anter?!" tawar Juna.
"Oh, gak usah Jun. Aku bisa sendiri, kok. Aku tinggal sebentar, ya?" ucap Ara.
"Iya, nanti, kalau ada apa-apa, telfon aku aja!" pinta Juna.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com