webnovel

SITUASI KIKUK

Buk!

Bak!

Buk!

Bak!

Amelia menendang tubuh Aiden bagaikan sedang menendang bola saat itu.

"Hey, hentikan! Hey! AMELIA!" Ketika mendengarkan teriakan dari tuan muda yang saat itu sedang berusaha sekuat tenaga untuk menahan tendangan dari Amelia, wanita itu pun tersadar dan langsung menghentikan tendangannya itu sambil menutup mulutnya rapat-rapat.

"HHhh? A-astaga! A-Aiden?" Mata Amelia langsung melek ketika ia menyadari bahwa dia telah menendang Tuan muda yang bahkan tak pernah ditendang oleh siapapun itu.

Di sisi lain, Aiden yang merasa bahwa tak ada seorangpun yang pernah melakukan hal sehina itu, sontak bangkit dengan wajah yang terlihat benar-benar marah.

"Hey! Apakah kau sudah gila? Sebenarnya apa yang ada di dalam pikiranmu itu? Hah!? Kau sinting, yah? Kenapa kau menendangku seperti itu?" Pertanyaan dari pria yang sedang marah-marah di hadapannya, tiba-tiba saja membuat Amelia teringat kembali dengan kejadian yang sudah merenggut ciuman pertamanya.

"Apa? Apa kau bilang?" Amelia tak bisa tinggal diam saat itu. Dia merasa bahwa dia juga harus marah karena Aiden telah melakukan sesuatu hal yang diluar kehendaknya.

Tap. Tap. Tap.

Sambil menunjuk dada pria yang sedang memegang tubuhnya yang terasa masih sakit, Amelia pun mulai mengoceh tanpa henti.

"Heh! Kau sudah gila? Apakah orang kaya zaman sekarang itu semuanya mesum seperti ini? Kau tahu aku ingin tinggal di sini karena apa? Karena aku mendapatkan tawaran dengan hadiah yang setimpal darimu. Tapi, kalau kau malah ingin merebut kesucianku, haha! Cih! Sampai mati pun aku tidak akan pernah bisa membiarkan kau mendapatkannya."

"Hah!? Apa yang kau katakan? Aku? Merebut kesucianmu? Hahahahaha!" Aiden tak bisa menahan tawanya lagi saat itu. Dia tertawa terbahak-bahak karena dia benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang ada di dalam pikiran Amelia.

"Hey! Bisa-bisanya kau mengira bahwa aku akan melakukan hal seperti itu padamu. Hey! Mimpi itu saat tidur! Kalau kau sadar seperti ini maka jangan bawa mimpimu itu ke alam nyata, Nona Amelia!" Cibirnya.

"Hah!?" Amelia juga tak mau kalah. "Kau bilang apa? Mimpi? Jelas-jelas tadi aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Kau dan bibir merahmy itu ..." Amelia menuju ke arah bibir Aiden. "Telah menyentuh bibirku yang suci. Kau benar-benar pria yang sangat menjijikan, Aiden! Aku pikir kau itu adalah pria berkelas yang kaya raya dan juga tampan. Haha! Tapi ternyata aku salah! Kau hanya tampan dan kaya raya saja tapi kau sama sekali tak berkelas."

"HHhh! A-apa?" Sontak Aiden pun memegang kepala belakang yang terasa berdenyut karena mendengarkan ocehan dari Amelia.

Selama hampir 35 tahun dia hidup di dunia ini, tidak pernah ada seorang wanita pun yang memperlakukannya dengan kasar dan juga tak beradab seperti itu.

"Wanita ini benar-benar gila. Mungkin aku harus berpikir seribu kali lagi untuk membiarkannya tinggal di sini dan menjadikannya terapis pribadiku. Sial! Akan tetapi dia sudah mengetahui semua rahasia yang selama ini aku simpan. Cih! Sial!" Namun pada saat yang sama, ketika pria tampan itu sedang berpikir di dalam hatinya sambil menatap Amelia yang juga sedang menggerutu terus tanpa henti itu, dia mulai berpikir entah kenapa dia bisa melakukan hal seperti itu dan mencoba untuk menyentuhkan bibirnya pada Amelia.

"Kenapa aku bisa melakukan hal seperti itu? Apakah aku ternyata-" ketika ia ingin melanjutkan ucapannya, tiba-tiba saja seseorang pun mengetuk pintu.

"Siapa malam-malam begini?" Aiden terlihat sangat kesal sembari melangkahkan kakinya dan hendak membuka pintu itu.

Pada saat yang sama, setelah mengatakan segala hal yang ada di kepalanya kepada Aiden, Amelia sontak memegang dadanya.

"Astaga! Bisa-bisanya aku mengatakan hal seperti itu padanya. Amelia, kau benar-benar sangat berani, tapi keren! Hahahahaha kyaaaa!" Wanita itu sontak tertawa sambil membanggakan dirinya sendiri. Dia sama sekali tidak tahu bahwa sebentar lagi akan ada drama baru yang menyeret dirinya lebih dalam lagi dalam kehidupan Aiden.

"Siapa yang-" baru saja pria tampan itu membuka pintu dan ingin marah-marah, seketika ekspresinya pun membeku ketika ia melihat wanita paruh baya yang seharusnya tidak datang ke rumahnya tengah malam, malah berdiri tegak di depan pintu rumahnya.

"Hmm? Apakah kau mau marah pada mama?"

Deg!

Seketika Aiden pun membanting pintu itu dan membiarkan mamanya di luar tanpa masuk.

"M-Mama?" Pria itu bertanya dengan gugup. Ya, tentu saja dia sangat gugup. Apalagi jika mamanya itu mengetahui bahwa di rumahnya ada seorang wanita, pasti mamanya akan memaksa Aiden untuk langsung menikahi wanita itu.

"Sial! Kenapa Mama harus ada di sini sekarang? Bisakah situasi bertambah buruk lagi?" Pria itu menjerit di dalam hatinya dengan wajah kesal.

Mamanya bisa melihat dengan jelas ekspresi kesal pada wajah putranya itu, yang seakan-akan mengatakan bahwa mamanya harus pulang sekarang juga dan jangan pernah kembali lagi malam itu.

"Kenapa wajahmu seperti itu, Aiden? Dan ... Kenapa Mama harus berdiri di luar sini tengah malam? Semakin lama kau semakin berubah menjadi anak durhaka, yah!" ketus mamanya, sambil melihat kiri dan kanan yang sudah gelap gulita.

Aiden pun sontak menangkap tangan sang ibu, sambil berusaha untuk menjelaskan kepadanya apa yang sedang terjadi tanpa membuat mamanya curiga sama sekali.

"Ma-Mama? Kenapa Mama datang ke sini malam-malam? Kan, mama bisa menyuruhku untuk menjemput mama. Mama kan bisa-" tiba-tiba saja, Aiden pun berhenti berbicara ketika melihat mata sang Mama sama sekali tak tertuju padanya.

Sontak pria itu pun menoleh ke arah tatapan mata mamanya. "Sebenarnya mama lihat ap- shit!" Kejadian naas pun terjadi. Padahal pria itu mencoba dengan sepenuh tenaga yang ia miliki untuk menghindari mamanya dan juga Amelia bertemu, namun ternyata takdir berkata lain.

Amelia yang polos dan juga kikuk itu, sama sekali tak bisa membaca situasi dan langsung menampilkan wajahnya dari balik jendela satu arah itu.

"Shit! Shit! Shit!" Umpat Aiden dengan suara lirih sambil melihat ke arah Amelia yang tersenyum-senyum tanpa bisa melihat keluar.

"Astaga, siapa wanita cantik di sana?" Mamanya sontak melemparkan tatapan penuh dengan keingintahuan pada Aiden. "Kau, ternyata selama ini kau menyembunyikan wanita secantik itu di rumahmu sendiri? Pantas Mama tidak pernah melihatmu berjalan dengan siapapun. Ternyata selama ini kau sudah memiliki seorang wanita di dalam, yah! Hahahaha! Luar biasa! Kau sangat luar biasa, Aiden." Mamanya sontak melangkahkan kakinya dan hendak masuk ke dalam rumah, akan tetapi pada saat yang sama Aiden pun menghentikan langkah kakinya itu dengan menarik tangan mamanya.

"Mama, mama mau kemana?"

"Hmm?" Mamanya bingung. "Loh, tentu saja Mama ingin bertemu dengan calon mantu mama. Kenapa? Tidak boleh?"

"Hah? Calon apa?" Aiden terbelalak.

"Iya, calon mantu Mama!"

Next chapter