webnovel

SEKARANG WAKTUNYA KAU BERIKAN APA YANG KUBUTUHKAN

Deg!

Deg!

Deg!

Debaran pada jantung Amelia saat itu terasa semakin lama semakin cepat. Dia sama sekali belum pernah merasakan hal seperti itu sebelumnya. Bahkan, ketika dia jatuh cinta sedalam-dalamnya pada seseorang dari masa lalunya, hal itu saja tak sanggup untuk membuatnya merasakan hal yang sedemikian rupa.

"Oh astaga. Apakah aku Aritmia? Tidak, tidak mungkin. Semua itu sama sekali tak bisa terjadi sekarang. Aku belum bisa mati sekarang. Aku-" ketika Amelia hendak tenggelam dalam khayalannya itu, Aiden pun menyentil dahinya sampai dia tersentak dan refleks memegang dahinya yang sakit.

Tak!

"Awww! Sakit," katanya sambil menatap bingung Aiden.

"Kau kapan mau turun? Apakah kau pikir kesempatan seperti ini akan datang dua kali?" lanjutnya, hendak turun meninggalkan Amelia.

"Eh, Iya!" Amelia tersenyum kemudian merapikan rambutnya sekali lagi dengan gugup. "Mari kita masuk!"

Mereka berdua pun masuk ke dalam sana. Amelia sangat disanjung. Apalagi dengan posisi dan juga statusnya sebagai kekasih bohongan Aiden di mata para sponsor.

***

Beberapa jam kemudian, acara telah selesai. Para sponsor sudah menjanjikan bahwa Amelia akan menjadi brand ambassador atas produk terbaru mereka.

Setelah semuanya selesai, Aiden pun langsung mengajak Amelia pulang. Dan ketika merek pulang, saat itulah Aiden menagih sesuatu dari wanita itu.

CIIIIT!

"Amelia," panggilan dari Aiden ketika mereka masih ada di dalam mobil saat itu, membuat Amelia yang mau turun pun terhenti dan berbalik.

"Ada apa?" Tanyanya bingung.

Ck!

"Wanita ini pasti sudah lupa." Aiden pun mendekatinya sembari isyarat dengan jarinya agar sopir yang ada di kursi depan pun keluar meninggalkan mereka berdua.

"Baik, Tuan!"

Amelia sontak memandangi sopir yang keluar dengan satu gerakan jari dari pria yang ada di hadapannya. "A-ada apa?"

"Kau lupa?"

"Hah? L-lupa apa?" Amelia benar-benar tak paham dengan apa yang dimaksudkan oleh Aiden saat itu, hingga beberapa saat kemudian tiba-tiba saja suasana pun semakin memanas dengan Aiden yang semakin mendekat ke arahnya.

"A-ada apa?"

"Kau ... Aku telah memberikan apa yang kau inginkan. Sekarang, waktunya kau memberikan apa yang aku butuhkan. Itu baru adil, kan?" Kata Aiden yang refleks membuat Amelia pun semakin bergerak mundur.

"E-eh. Kau ... M-mau apa? Memangnya apa yang kau b-butuhkan?" Tanya wanita itu gagu.

Aiden sedikit mengerutkan dahinya saat itu. "Apakah kau benar-benar sudah lupa? Atau ... Kau sengaja melupakannya begitu saja? Amelia, kau harus memberikan apa yang aku butuhkan sekarang juga. SE-KA-RANG juga!" Tegas pria tampan itu dengan tubuh yang semakin mendekat pada Amelia.

"T-tidak! Sebenarnya apa yang ingin dilakukan oleh pria ini? A-aku ... Aku masih perawan. Jangan bilang kalau dia putus seseorang untuk menemani dirinya yang kesepian. Tidak! Aku tidak mau, sekarang juga aku harus kabur." Pikir Amelia di dalam hati, sambil berusaha untuk membuka pintu yang berada tepat di belakang tubuhnya itu dengan tangan kanannya.

"Kau!" Melihat Amelia yang berusaha kabur, Aiden pun menarik tangannya sehingga wanita itu seketika jatuh ke sisinya. "Kau mau lari ke mana? Apakah kau tidak terima dengan apa yang baru saja aku katakan?" Tatapnya.

Amelia menunduk sejenak. "Apakah seperti ini akhirnya aku harus merelakan keperawananku hanya karena uang? Tidak! Apapun yang terjadi semua itu sama sekali tak sebanding." Amelia pun mendongak ke atas. "Tidak! Kau sama sekali tak bisa melakukan hal itu! Aku ... Diriku lebih berharga daripada uangmu. TIDAk!"

"Huh!?" Aiden mengerutkan dahinya saat itu. "A-apa yang kau katakan? Aku tidak-"

"TIDAk! Pokoknya sekali ku katakan tidak, tetap tidak! Kau tak bisa memaksaku. Aku benar-benar akan melaporkanmu ke kantor polisi jika kau memaksaku. Ingat, sekarang orang yang melakukan pelecehan seksual, pasti akan membusuk di penjara. Ya, mungkin saja kau tidak karena kau punya banyak. T-tapi, aku pasti akan melakukan apapun agar kau bisa masuk ke sana dan tidak akan pernah keluar Lagiiiii!" Teriaknya, yang seketika membuat Aiden semakin merasa miris.

"A-apa? Hey!" Semakin Aiden untuk menjelaskan kepada Amelia yang sedang berpikir dengan pikiran sempitnya itu, wanita itu semakin menolak dan berusaha untuk melepaskan dirinya dari Aiden.

"Tidak!"

"Hey! Apakah kau tahu apa yang aku maksudkan? Aku tidak-"

"TIDAk! POKOKNYA APAPUN YANG TERJADI AKU TIDAK AKAN PERNAH MAUUUU!"

"HEYYYYY! DENGARKAN AKU!" Aiden menghentakkan tangan Amelia, sampai wanita itu pun berhasil untuk didiamkan.

"H-huh?!"

"DENGARKAN AKU, AMELIA!" Seketika wanita itu pun terdiam, dengan tangan yang digenggam erat oleh Aiden.

Tatapan mata dari pria tampan dengan hidung mancung dan juga rambut yang indah itu, perlahan-lahan membuat Amelia pun terpukau dan memperhatikannya.

"Kau ... Kau benar-benar perempuan yang sangat berisik, yah! Jika kau selalu berlaku seperti ini, maka aku yakin kau tidak akan pernah bisa mendapatkan pria yang kau sukai. Aku bahkan belum mengatakan sepatah kata pun dengan jelas padamu, tapi, kau malah mengartikan sesuai dengan apa yang kau inginkan. Ck! Kau benar-benar!" Aiden sudah tidak paham lagi kenapa dia harus berurusan dengan Amelia.

Padahal masih banyak wanita di luar sana yang mungkin bisa menyembuhkan penyakitnya. Namun, ketika pertama kali ia bersentuhan dengan Amelia, dia seperti merasakan ada sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang tak pernah ia rasakan dari wanita manapun yang pernah berada di sisinya.

Maka dari itu dia pun memutuskan untuk menjadikan Amelia sebagai penyembuh dirinya dari penyakit yang telah membuatnya tak bisa menjalin hubungan dengan wanita lain.

"Kau ... A-apa?" Amelia masih dengan tatapannya yang intens pada mata indah pria yang ada di hadapannya. "J-jadi kau m-mau bilang a-apa?" Selanjutnya bertanya sekali lagi.

"Kau ... Apakah kau sudah melupakan apa yang telah kita berdua sepakati? Kau kan harus selalu memberikan terapi itu padaku, agar situasi dan kondisi yang aku rasakan sekarang bisa berubah. Apakah kau benar-benar telah melupakan hal itu begitu saja? Seriously?" Aiden semakin mengeratkan genggaman tangannya pada Amelia, hingga pada saat yang sama mata wanita itu pun tertuju pada genggaman tangan dari pria yang ada di hadapannya.

"A-ah ... Benar juga apa yang kau katakan! M-maafkan aku!" Dan beberapa saat kemudian, akhirnya dengan kontak mata dari Amelia pada tangan yang sedang digenggam oleh Aiden, pria itu pun segera melepaskan tangan Amelia.

"M-maaf!"

"Hmm! Tak apa! J-jadi, apakah harus dilakukan sekarang? Disini?"

"Iya! Memangnya kapan lagi?" Aiden kembali menatap Amelia dengan tatapan sinisnya.

Ditatap kembali seperti itu membuat Amelia pun tersenyum malu. "A-hahahaha. B-baiklah! Kalau begitu ... Aku akan ..." Amelia kemudian mencoba untuk mengangkat tangannya dan memeluk Aiden perlahan.

Pada saat yang sama, Aiden juga berusaha untuk menikmati pelukan dari Amelia, agar dia bisa memastikan apa sebenarnya yang mengubah dirinya ketika ia sedang bersama dengan Amelia.

Deg!

Deg!

Deg!

"Perasaan ini? Hangat!" batin Aiden, sambil mengeratkan pelukannya tanpa sadar pada Amelia.

"Huh!? K-kau ...?"

Next chapter