webnovel

RINDU YANG TAK DISADARI

Sementara itu di sisi lain, Aiden yang baru saja tiba di Amerika dan langsung melanjutkan keberangkatannya ke tempat meeting, merasa ganjil.

Pria tampan itu terus berpikir dan terus berpikir.

"Hmm? Apakah aku tanyakan saja padanya? Telepon atau kirim pesan singkat, yah?" Dia mencoba untuk memilih bagaimana cara dia untuk menghubungi Amelia di Indonesia.

Tiba-tiba, ketika dia sedang memutuskan apa yang harus ia lakukan untuk mendapatkan informasi terbaru dari Amelia secara langsung, dia pun sontak dihentikan oleh sekretaris pribadinya—Bella.

"Tuan!" Wanita itu mencoba untuk menghentikan tangan Aiden yang hendak menekan tombol panggilan pada ponselnya.

"Hmm? Ada apa?" Seketika pria itu pun langsung berbalik.

Untuk sesaat suasana pun terasa senyap. "Ya, apapun yang aku lakukan, semuanya demi masa depan dan juga cintaku pada Aiden. Aku tidak bisa tinggal diam saja ketika pria yang aku cintai terus-terusan memikirkan wanita lain tepat di hadapanku." Seketika ia pun langsung tersenyum. "Tuan, ini adalah kontrak yang sangat penting. Ada beberapa berkas yang harus kita bahas sekarang juga. Tuan, tidak keberatan, bukan?"

Mendengar apa yang baru saja Bella katakan padanya, sontak dia pun mengangguk. "Ah, bener juga apa yang kau katakan." Dia pun langsung berpikir di dalam hati sambil menaruh kembali ponselnya di dalam saku jasnya. "Baiklah, nanti saja baru aku telepon Amelia. Mungkin sekarang juga dia sedang sibuk, dan aku tidak boleh mengganggunya begitu saja."

"Baik, lanjutkan!"

Bella pun tersenyum. Dia telah mendapatkan apa yang ia mau saat itu. Dan mereka pun langsung membahas berkas yang sebenarnya sudah ia selesaikan.

***

Di sisi Amelia, wanita itu sedang berusaha dengan keras untuk menampilkan yang terbaik.

Namun, entah kenapa setiap gerak-gerik yang ia lakukan itu terus saja mendapatkan perhatian dari Jayden yang saat itu menyamar sebagai staff di sana.

"Aish! Aku sangat merasa tak nyaman dengan tatapannya. Kenapa pria itu terus saja menatapku? Apakah ada yang salah?"

Pria dengan baju casual, dan wajah tampan itu, terus saja memperhatikan Amelia. Bahkan pergerakan sekecil apapun pria itu rekam di dalam memori otaknya, karena saking tak bisa menghentikan rasa terpukau oleh kecantikan dan juga skill model Amelia.

"Walaupun wanita itu adalah wanita yang baru saja terjun di dunia permodelan, dan belum pernah mendapatkan job yang besar, tapi, ternyata dia lebih baik daripada apa yang aku bayangkan. Baiklah! Aku akan mencoba bertaruh untuk wanita ini. Dia, benar-benar sudah mencuri perhatianku."

Setelah beberapa saat kemudian, Amelia yang terus saja merasa bahwa tatapan mata Jayden itu terus saja menusuk punggungnya, pada akhirnya wanita itu pun memutuskan untuk bertanya saja padanya karena saking tak merasa enaknya.

"Baik, sampai di sini dulu untuk part pertama. Selanjutnya akan dilanjutkan setelah makan siang." Kata pemotret.

Tap. Tap. Tap.

Amelia dengan terburu-buru langsung saja melangkahkan kakinya dan mendekati sutradara itu.

"Hmm? Ada apa?" Dari jauh ketika pria tampan itu telah melihat langkah kaki Amelia yang berjalan dengan cepat menuju dirinya, tentu saja ia pun langsung bertanya sambil tersenyum seperti biasanya.

Amelia langsung saja bertanya. "Tuan, kenapa Tuan selalu menatap saya dari tadi? Tolong jangan mengelak lagi. Karena dari tadi saya bisa merasakan tatapan Tuan itu hanya menuju pada saya. Ada apa yah? Apakah ada sesuatu yang berbeda dari saya? Atau jangan-jangan, penampilan saya tidak cukup bagus?" Amelia mulai bertanya-tanya dengan apa yang terjadi saat itu. Namun, alih-alih menjawab apa yang Amelia tanyakan padanya saat itu, Jayden malah tertawa terbahak-bahak karena dia belum pernah diperlakukan seperti itu oleh seorang wanita.

"Pfft, apa? Bagaimana bisa kau mengatakan hal seperti itu? Tentu saja aku tidak bisa memberikan penilaian karena aku sama sekali bukanlah peringgi disini, Nona Amelia."

Amelia pun mengernyit. "Terus?"

"Yaa, apakah Nona Amelia sama sekali tidak mendapatkan jawaban lainnya dari tatapan saya yang terus saja tertuju pada Nona? Misalnya ..." Seketika ia pun menjeda ucapannya.

"Misalnya?"

"Yaa misalnya seperti ... Karena saya tertarik dengan wajah Nona yang sangat cantik?"

"Huh?" Seketika raut wajah Amelia pun langsung rusak. Dia tidak pernah mendengar kata-kata yang lebih menggelikan daripada apa yang dikatakan oleh Jayden saat itu.

"Cantik? Kau ... Sedang menggoda saya, yah?" Dia pun bermuka masam. Tidak pernah terbayangkan bahwa ada orang yang lebih tidak tahu malu daripada dirinya.

"Pfft, yah! Setidaknya pria ini lebih baik daripada aku yang langsung terlibat skandal dengan penjual roti tawar, kan?" Bisiknya dengan suara lirih sembari tersenyum tipis.

"Haha! Apakah kau ..." Tiba-tiba saja, Jayden langsung menarik Amelia dan terjatuh di dalam pelukannya.

"Huh?"

"Sama sekali tidak percaya padaku, Nona?" Lanjutnya, sambil tersenyum.

Semua mata saat itu tertuju pada mereka berdua yang seakan-akan sedang melakukan adegan dalam film.

Deg!

Deg!

Deg!

Amelia seketika berdebar. Namun, dia bisa merasakan dengan jelas bahwa debaran yang ada di hatinya saat itu sangat berbeda dengan apa yang ia rasakan ketika bersama dengan Aiden.

"Kenapa? Kenapa lebaran di dadaku ini sangat berbeda dengan saat aku bersama dengan pria itu? Sebenarnya ... Apa yang terjadi?"

Jayden semakin lama semakin mendekat pada Amelia. Dan mata seluruh staf lainnya yang saat itu sedang memandang mereka pun semakin dilebarkan seakan-akan bola mata mereka itu ingin keluar dari kelopak matanya.

"Astaga! Aku tidak pernah melihat boss kita se agresif itu dengan wanita. Bagaimana ini? Apakah benar boss kita akan menjadi saingan Tuan Aiden?" Tanya salah satu staf yang saat itu merasa senang akan tetapi juga merasa khawatir karena saingan dari bos mereka itu adalah Aiden Rhivano—CEO miliarder yang tampan dan juga memiliki banyak kekuasaan.

"Hey! Apakah kau sama sekali tidak percaya dengan skill yang dimiliki oleh boss kita ini?" Dia pun mendapat pukulan dari temannya.

"Aww! Sakit!"

"Kau, harus sedikit lebih mempercayai bos kita. Soal jodoh kan sama sekali tidak ada yang tahu."

"Yaaa mungkin saja. Tapi-"

"Yaaa, tapi ... Nona Amelia dan Tuan Aiden memang lebih cocok daripada dengan boss kita, sih?"

"Pfft!"

Jder!

Bagaikan tersambar petir, seketika Amelia pun langsung mendorong tubuh pria yang saat itu sedang mendekapnya, karena pada saat yang sama dia pun mendengar ponselnya itu berdering.

Tring!

"Tuan, tunggu!" Jayden benar-benar merasa terabaikan saat itu. Apalagi, ketika Amelia seakan-akan tidak memperhatikannya lagi dan langsung saja mengurus ponselnya.

"Huh?" Saat itu, Jayden sontak menyadari sesuatu. Waktunya itu masih sangat lama untuk menaklukkan wanita yang ada di hadapannya, karena dia sangat gembira untuk menerima sebuah telepon dari pria lain.

"Astaga! Ternyata ..." Amelia tersenyum tipis. "Halo!"

Next chapter