12 RATU OMONG KOSONG

Katy menatap sahabatnya itu bagaikan tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

"Apa? Oke, fine! Dia ganteng! Tapi ... Wajah ganteng juga tak berarti kau bisa memperlakukan seseorang dengan seenaknya. Pokoknya, aku tidak akan pernah bertemu dengannya ataupun berbicara dengannya lagi. Aku akan memutuskan seluruh hubungan antara-"

"Antara kau Dan dia?" Katy kembali menyela perkataan Amelia. "Berarti ... Bagaimana nasib hutangmu yang telah dia bayar sampai lunas? Hmm? Apakah kau bisa mengembalikan uang sebanyak itu padanya sekarang juga? Pikir Amelia, pikir! Astaga!" Katy sudah tak bisa lagi berbicara dengan Amelia saat itu.

Padahal baru saja ia memikirkan bahwa sebentar lagi mereka akan hidup bebas dari hutang, akan tetapi ternyata sahabatnya ini begitu bodoh sehingga melepaskan berlian yang sudah ada di depan mata.

"A-aku ... Ya, aku akan menjual bakso! Ya, jual bakso sampai-"

Plak!

Katy pun sekali lagi menyentil dahi sahabatnya yang begitu bodoh.

"Aww!"

"Sampai apa? Kau mau menjual bakso sampai kau tua? Dengan hutang sebanyak itu, aku bisa memastikan bahwa kau bahkan bisa menjual tua sampai kau sedang berbaring di liang lahat! Kau begitu ... Agggrrrhh!" Katy sudah tak bisa mengatakan apapun lagi kepada sahabatnya. Dia pun langsung duduk di atas sofa sambil mengangkat dagunya. Kemudian untuk sesaat dia pun mulai berpikir keras.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang?"

Amelia pun mulai berasa bersalah karena sudah membuat sahabatnya kembali berpikir dengan keras bagaimana caranya agar bisa membebaskannya dari hutang.

Ya, Katy adalah satu-satunya sahabatnya yang selalu membantunya dan juga menjadi penyemangat ya. Bahkan, ketika hanya dirinya sendirian menangis setelah kedua orang tuanya meninggal dunia, Katy menjadi satu-satunya sosok keluarga yang datang kemudian menyemangatinya. Bahkan wanita itu rela menjadi manajer abal-abal, karena percaya bahwa tampang dan juga pesona Amelia itu bisa membawa pundi-pundi rupiah baginya. Dan dengan uang yang berasal dari kerja keras Amelia sebagai model, mereka bisa membayar hutang Amelia hingga lunas dari lintah darat.

"Namun sekarang? Apa yang harus kau lakukan lagi jika kau sudah lari dari Aiden? Hmm? Sekarang kau sama sekali tak memiliki job. Tak hanya tak memiliki job, akan tetapi kau juga tak memiliki sponsor satupun. Bagaimana ini? Apakah kau tidak bisa menahan emosimu itu sedikit saja. Padahal aku sudah katakan bahwa kau harus bisa merayunya. Tapi apa? Kau malah pulang dengan-" tiba-tiba saja, belum belum sempat Katy menyelesaikan ocehannya itu, Amelia pun langsung menyala dengan wajahnya yang suram.

"Kau sama sekali tak tahu apa yang telah pria brengsek itu katakan padaku, Katy!"

"Memangnya apa? Hah!?"

"Dia mengatakan padaku bahwa aku bisa dibelinya dengan uang?"

"Hah!?" Amelia tahu, Katy akan membelanya apapun yang terjadi jika ia telah dibully seperti itu. Makanya, Amelia yang cerdik pun mulai menyusun kata-kata omong kosong, untuk membuat sahabatnya itu marah pada Aiden.

"Y-ya!" Amelia pun berpura-pura menangis saat itu, sambil duduk di samping Katy dan memeluknya. "Dia mengatakan padaku bahwa, selama ini aku hanyalah wanita murahan yang bisa ia dapatkan di manapun ia mau. Selama ini tidak pernah ada orang yang mengatakan hal seperti itu padaku, kan? Dia sudah membuatku sangat menderita di sana. Dia menyuruhku mencuci pakaian satu truk kemudian menyeterika pakaian itu dalam waktu satu jam. Tidak hanya itu, dia juga menyuruhku memasak untuk orang satu RT, kemudian setelah memasak dengan pinggangku yang hampir patah, dia langsung memaksaku untuk menyapu kemudian mengepel rumahnya yang bagaikan istana merdeka. Kau bayangkan saja ... Bagaimana aku tidak lari dari tempat yang bagaikan neraka itu, kan? Apakah kau sudah tak menyayangiku lagi Katy? Apakah kau tega membiarkan sahabatmu yang manis ini, mati karena kelelahan? Tidak kan?"

Mendengarkan cerita bohong Amelia, sontak Katy pun langsung bangkit dari sofa yang sedang dia duduki itu dengan wajah yang memerah karena kesal.

"Kurang ajar! Aku tidak pernah bertemu dengan orang yang kurang ajar lebih daripada dirinya. Padahal, sejak awal aku melihat wajahnya, dia terlihat seperti pria baik-baik yang bisa memperlakukan wanita dengan baik pula. Akan tetapi ternyata kau sama sekali tak bisa menilai orang dari casingnya saja. Dia adalah sebenar-benarnya iblis dalam wujud manusia tampan. Dasar!"

Melihat sahabatnya itu telah termakan omong kosongnya, Amelia sontak bangkit kemudian menambahkan bumbu dalam kebohongannya itu.

"Ya, benar! Aku juga pada awalnya berpikir bahwa dia adalah pria yang baik. Akan tetapi ternyata dia adalah sesosok brengsek, yang setelah memerintahkanku mengerjakan semua itu ... tanpa makan. Huwaaaaaa."

"Tanpa makan?!" Mata Katy terbelalak.

Bagaikan tersambar petir, Katy semakin kesal dan semakin mengutuk Aiden yang bahkan tak melakukan hal buruk itu.

"Kurang ajar! Ayo Amelia! Kita harus membalas apa yang sudah ia lakukan padamu! Ayo! Pokoknya kau tenang saja, apapun yang terjadi aku akan selalu berdiri di sampingmu. Ayo!" Katy pun menarik tangan Amelia yang sama sekali tak ingin mengikutinya.

"Celaka! Kenapa harus langsung pergi ke sana dan melabraknya? Kalau aku dan juga wanita pemarah ini pergi ke sana, pasti akan langsung ketahuan bahwa aku telah berkata bohong. Tidak, tidak! Pokoknya apapun yang terjadi aku harus mencari alasan untuk mengelak." Batinnya.

Mata Amelia pun mulai menelusuri seluruh sudut ruang tamunya, hingga pada akhirnya dia pun menatap sesuatu yang bisa mengeluarkannya dari bencana itu.

"Ya, itu adalah undangan untuk para model pendatang baru. Oke! Aku rasa ini pasti berhasil."

Amelia pun menarik-narik tangan sahabatnya. "Katy! Ayo! Daripada kita mengurus pria yang hanya modal tampang itu, lebih baik kita pergi ke pertemuan penting. Ini undangannya." Amelia pun langsung memberikan undangan pink yang ia taruh di atas TV, pada Katy untuk mengelabuinya.

"Apa? Pertemuan? Kenapa selama ini aku tidak pernah mendengar hal seperti itu? Kau mendapatkan undangan ini dari siapa?" tanyanya curiga.

Sambil melihat ke arah lain, Amelia pun menjawab pertanyaan sahabatnya sambil menggaruk-garuk kepala. "A-aku ... Ah! Waktu itu aku bertemu dengan salah satu sponsor. Kau tahu, Jade Marcela, kan? Dia adalah orang yang sudah memberikan dan mengundangku secara langsung dengan undangan ini. Ayo kita pergi!"

"Benarkah?" Katy saat itu masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Amelia padanya.

Jade memanglah seorang pria yang tergila-gila pada Amelia. Akan tetapi pria itu juga terkenal sebagai pria hidung belang yang menjadi dalang dari perdagangan para model-model cantik yang ingin naik daun dengan cepat.

"I-iya! Cepatlah! Ayo!" Ajak Amelia, sambil menarik tangan Katy.

"Kau, tidak dihasut olehnya, bukan?"

"Tidaakkk! Ayolah! Lihat, sebentar lagi acaranya sudah akan dimulai. Ayoo! Kita masih punya waktu 1 jam untuk bersiap-siap!"

Karena hutang, akhirnya Katy pun berusaha percaya pada pilihan Katy. Tentu saja ya sama sekali tak ingin menjerumuskan sahabatnya itu ke dalam neraka. Makanya di lain sisi dia juga selalu waspada terhadap orang-orang aneh yang mendekati Amelia.

"B-Baiklah. Kalau begitu, ayo!" Jawab Katy dengan ragu-ragu.

"Nah begitu! Ayo!"

***

Sementara itu di lain sisi, Aiden sedang kesal dengan pekerjaan bawahannya yang sama sekali tidak ada yang becus.

Apalagi ditambah dengan pertengkarannya dengan Amelia barusan, membuat kepala pria itu seakan-akan ingin meledak.

"Ck! Bodoh!" Decaknya.

Bella pun mendekatinya. "Tuan Aiden, malam ini ada acara pertemuan yang harus Tuan hadiri. Apakah Tuan mau pergi?" tanyanya, sambil menyerahkan surat undangan yang sama seperti yang diterima oleh Amelia tadi.

Aiden pun mengambil undangan itu, yang kemudian mulai ia baca dengan seksama.

"Hah!? Para model, yah?" Mata pria itu pun terbelalak ketika ia membaca tulisan 'model pendatang baru'

"Ada apa Tuan?" tanya Bella bingung, karena baru saja beberapa detik yang lalu Aiden terlihat kesal, akan tetapi setelah ia membaca undangan itu, dia pun tersenyum seperti sedang menyembunyikan sesuatu.

"Tidak ada apa-apa. Baiklah! Malam ini siapkan semuanya! Aku akan pergi ke pestanya."

"Baik, Tuan!"

avataravatar
Next chapter