webnovel

PERNYATAAN CINTA LEON

"Hhh!" Wanita itu seakan-akan kehilangan separuh jiwanya dan juga dadanya benar-benar sesak saat menatap nama yang tertulis di layar. "Leon?" Kali ini dia sama sekali tidak bisa mengangkat panggilan telepon itu, karena telah mati terlebih dahulu dan diikuti dengan sebuah pesan yang membuatnya benar-benar merasa takut.

"Amelia, aku menunggumu di taman biasa. Kumohon, datanglah!"

Saat membaca pesan singkat itu, Amelia sudah tak bisa berpikir dengan jernih lagi dan langsung saja berlari dengan tiba-tiba, meninggalkan semuanya.

Brak!

Dia tak sengaja menabrak beberapa staf yang ada di sana. Pada saat yang sama Jayden juga berusaha untuk menghentikannya karena merasa bingung dengan sikap wanita cantik itu.

"T-tunggu!" Pria Itu berusaha untuk meraih tangan Amelia, namun sayang, Amelia telah pergi begitu saja meninggalkannya dan sama sekali bahkan tak melihat ke belakang.

HHhh!

Pada saat yang sama, sekretaris pribadi Amelia yang saat itu diperintahkan oleh Aiden untuk mengikuti dan juga melayani Amelia, sontak langsung melaporkan hal itu pada tuannya yang ada di Amerika.

"A-apa? Kenapa dia berlari seperti itu? Apakah ada sesuatu yang terjadi padanya dan kalian sama sekali tidak mengetahui hal itu?" Pria itu berbicara dengan nada tinggi. Dia benar-benar terlihat kesal. "Apapun yang terjadi, kalian harus menemukannya dan juga membawanya pulang kembali ke rumahku. Paham?!" Dia pun langsung mematikan panggilan telepon itu, sembari mengusap kasar rambutnya yang telah berantakan.

"Sial! Sebenarnya apa yang dilakukan wanita itu sehingga ia berlari seperti itu meninggalkan tempat pemotretan? Cih! Aku sama sekali tak bisa bekerja dengan tenang kalau dia terus saja berulah!" Aiden sontak langsung mendapatkan panggilan dari Bella, yang saat itu mencari alasan agar dia bisa menjauhkan pria yang ia sukai itu dari Amelia apapun caranya.

"Tuan, mereka telah menunggu di ruangan meeting selanjutnya. Kita harus segera melakukan pembahasan secepatnya!"

Aiden hanya bisa melemparkan tatapan sinisnya pada Bella, namun di sisi lain Bella sama sekali tak bisa melakukan apa-apa, dan hanya mengikuti saja apa yang diinginkan oleh Tuan mudanya.

"Ya, walaupun kau menatapku dengan tatapan dingin seperti itu, akan tetapi aku akan pastikan kau akan memberikan tatapan yang sama pada wanita yang telah merayumu," ujarnya, melemparkan hinaannya itu pada Amelia.

***

Kemudian di sisi lain, ketika Amelia baru saja tiba, dia sama sekali tak bisa mempercayai penglihatannya.

Pria yang amat ia cintai selama bertahun-tahun, sekarang berdiri tepat di hadapannya.

Hhh!

Hhh!

Hhh!

Wanita itu tiba dengan nafasnya yang tersengal-sengal, dan juga jantung yang berdegup dengan kencang.

"L-Leon? B-Bagaimana bisa kau ada disini?" Sontak pandangan mereka berdua pun bertaut.

Pria itu terlihat berdiri beberapa langkah di hadapan Amelia, dan hendak mendekat dengan senyuman.

Tap.

Tap.

Tap.

"Amelia,"

Amelia pun masih terpaku disana. "L-Leon," ucapnya sekali lagi, dengan mata yang terbelalak.

Tap!

"Amelia ..." Pria tampan itu pun kemudian memeluk Amelia. "Aku, sangat merindukanmu. Kenapa kau tak pernah memberitahuku bahwa kau sudah pindah ke Indonesia?"

Deg!

Pelukan yang sama sekali tidak akan pernah berubah artinya bagi Amelia, diberikan oleh cinta pertamanya dengan begitu gampang.

Jantung wanita itu seakan-akan ingin keluar dari tempatnya, merasakan perasaan yang sudah berusaha di kubur, akan tetapi tetap saja keluar.

"Ahh!" Wanita itu sedikit bergumam merasakan kehangatan dari pelukan Leon—pria yang sama sekali tak pernah menganggap Amelia lebih daripada sahabat kecilnya. "Ah, ahahaha. A-a-aku ... Aku hanya tak ingin membuatmu menjadi khawatir, Leon," balasnya, sambil berusaha melepaskan pelukan pria tampan itu darinya.

Leon pun tersenyum. "Benarkah? Baguslah kalau seperti itu. Aku pikir ada yang telah terjadi pada keluargamu, makanya kau harus pindah ke Indonesia."

Amelia pun tertawa gugup mendengar perkataan yang keluar dari mulut pria itu. "Ah, hehehe. Tidak! K-keluargaku baik-baik saja." Untuk beberapa saat kemudian, Amelia pun melihat ke kiri dan ke kanan seakan-akan dia sedang mencari sesuatu. "Leon, dimana istrimu? Bukankah, kau telah menikah dengan-" belum sempat wanita itu menyelesaikan ucapannya, Leon pun langsung melemparkan senyuman manis yang begitu menyakitkan.

"Hehe," pria itu sontak melirik ke bawah sembari mempersiapkan ancang-ancang untuk memberitahu segalanya pada Amelia. "Sebenarnya, aku sudah bercerai dengannya sejak beberapa hari yang lalu. Aku, ternyata aku sama sekali tak mencintai dia. Aku, aku datang kesini untuk mendapatkan hatimu. Aku akan mencoba menerimamu dan bersamamu, Amelia. Aku, aku ingin cinta kita dimulai. Aku ingin mencoba untuk memulai hubungan denganmu."

Amelia hanya bisa mendengarkan saat itu tanpa bisa berkata sepatah kata pun sebagai jawaban.

Selama bertahun-tahun ketika ia menginginkan cinta dari pria itu, dia sama sekali tak pernah bisa mendapatkannya. Namun, kenapa baru sekarang Leon kembali padanya? Kenapa baru sekarang pria itu menyatakan bahwa dia ingin memulai sesuatu yang baru dengan Amelia?

Di sela-sela pemikiran yang begitu membuatnya pusing, tiba-tiba saja wajah Aiden pun terlintas dalam benaknya.

"HHhh!" Seketika wanita cantik itu pun tersentak, dan tanpa sadar menarik tangannya dari genggaman Leon.

"Ah, a-aku ... Aku ..." Untuk sesaat dia menjeda ucapannya, seperti sedang mencari kosakata terbaik untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi padanya yang sama sekali tak bisa ia jelaskan dengan kata-kata manapun.

Leon pun tersenyum. "Aku akan memberikanmu waktu, Amelia. Kapanpun, berapa lama pun waktu yang kau butuhkan untuk berpikir, aku pasti akan menunggumu. Sekarang waktuku untuk menunggumu, karena kau sudah menungguku belasan tahun. Aku akan hargai apapun keputusanmu. Tapi, kuharap, kau tak lama-lama berpikir."

Amelia pun hanya bisa tersenyum tipis pada pria yang sedang tersenyum juga padanya.

Hingga beberapa saat kemudian, ketika pembahasan mereka itu telah selesai dan sekretaris pribadi yang diperintahkan oleh Aiden untuk mengawal Amelia selama pemotretan menemukannya, mereka pun kembali ke tempat pemotretan.

***

"Leon!" Amelia memanggil pria yang saat itu terlihat sedang duduk dan menunggunya.

Pria itu pun mendongak, melepaskan sorot matanya dari ponsel yang saat itu sedang ia mainkan.

"Iya, apakah kau sudah selesai?"

Amelia pun mengangguk. "Iya, umm? Kau ... Mau tinggal dimana, Leon? Apakah kau memiliki keluarga di sini?"

Leon yang sebenarnya pergi tanpa memberitahukan sepatah kata pun pada keluarga besarnya, sontak menggeleng.

"Tidak, aku sama sekali tidak memiliki tempat di sini. Kalau bisa, apakah untuk sesaat aku boleh menumpang dulu di tempatmu?" Tanyanya, yang sontak membuat Amelia pun langsung mengangguk tanpa berpikir dua kali.

"Baiklah, kebetulan tempatku juga sedang kosong. Kau bisa tinggal di sana untuk beberapa saat."

"Terus, kau?"

"Aku ..." Seketika wanita itu pun menjeda kembali ucapannya. "Ah, benar! Aku sama sekali tak bisa memberitahu kepada Leon, bahwa aku sedang terikat dengan kontrak bersama Aiden. Bagaimana ini?" Wanita itu pun berpikir dalam-dalam.

"Hmm? Bagaimana kalau kita tinggal bersama saja seperti biasanya? Aku janji, takkan pernah melakukan sesuatu apapun padamu jika kau sama sekali tidak menginginkannya," cetusnya yang sontak membuat Amelia pun terkekeh.

"Hahaha! Kau ini! Mana mungkin juga akan terjadi sesuatu. Ya sudah! Kalau begitu kita langsung saja ke apartemenku."

Amelia pun melangkah terlebih dahulu.

"Amelia, kau masih sama saja seperti dulu. Wanita yang baik hati, yang sama sekali tak memikirkan dirimu. Bodohnya aku, baru sekarang aku menyadari perasaan ini," batinnya, sembari mengikuti langkah Amelia.

Next chapter