6 Glory Morning

"Liam!" tegur Soraya sambil menepis sentuhan bibir pria itu, tetapi percuma, tubuhnya sudah terperangkap dalam dekapan sang pria.

"Jangan bergerak," bisik Liam yang kemudian kembali meneruskan aksinya.

"Kamu benar-benar menjijikan, Liam!"

Tiba-tiba lelaki itu menghentikan aksinya, semakin mengeratkan dekapannya pada perut Soraya. "Kamu bilang apa barusan?"

"Aku berkeringat dan kamu ... Liam kamu benar-benar keterlaluan," sesal Soraya.

Liam mengendurkan dekapannya lalu berkata, "Aku cuma mau melanjutkan hal yang tertunda tadi malam."

Terdengar suara Soraya mengembuskan napasnya dengan kasar. Dia tidak menyangka jika lelaki itu bisa sebrutal ini, karena sebelum-sebelumnya selalu dia yang memanggil Liam. Meminta Liam untuk menghangatkan ranjangnya atau sekedar bermain nakal di dalam mobil.

"Aku harus kerja hari ini." Soraya beralasan, walaupun sebenarnya dia juga menginginkannya.

Kali ini Liam melepaskan dekapannya, dia tidak ingin memaksa Soraya untuk melakukannya jika wanita itu tidak menginginkannya. Liam melangkah melalui wanita itu dan duduk pada sebuah sofa di ruang televisi apartemen itu.

"Karena aku sudah di sini, mungkin lebih baik kalau aku yang nganterin kamu ke kantor. Lagi pula kita searah." Liam memberi usul sambil menahan nafsunya pagi ini. Ia memijit pelan ujung pangkal hidungnya, tanda jika kepalanya sedang pusing.

Soraya masih berdiri mematung melihat tingkah Liam yang seketika berubah. Dia juga tahu betul jika saat ini Liam sedang merajuk. Hanya saja, Soraya tidak ingin membuat Liam malu dengannya.

"Aku mandi dulu." Soraya langsung menuju kamarnya dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

***

Liam melirik jam tangannya, masih jam enam lewat beberapa menit. Ia langsung meraih remote televisi dan menyalakannya, mencari saluran khusus penayangan film-film Hollywood. Terkadang, Liam suka menghabiskan waktunya untuk bersantai di rumah saat weekend dan menonton beberapa film pilihan.

Namun itu dulu, saat ia masih sendiri hingga awal-awal berpacaran dengan Ceril. Sekarang dia sudah jarang menonton film, bahkan dia sudah tidak lagi mengikuti update terbaru tentang dunia perfilman. Semua itu karena Ceril, yang mana saat weekend selalu mengajak Liam untuk pergi ke mall atau berkumpul dengan teman-temannya. Sungguh membuat Liam jenuh.

Drrrt drrrt drrrt!

Getar ponsel Liam dari dalam saku celananya. Sebuah panggilan telepon dari Ceril. Secepat kilat Liam menerima panggilan itu. "Hallo?"

Di saat Liam sedang menerima panggilan telepon itu, tiba-tiba Soraya keluar dari kamarnya hanya dengan menggunakan sehelai handuk yang melilit di dadanya. Sehelai handuk lainnya melilit rambutnya yang sedang basah.

Liam tercengang melihat pemandangan itu, fokusnya seketika terbagi. Bukan, bukan terbagi melainkan teralihkan. Tidak lagi telinganya mendengar ucapan Ceril di ujung telepon itu, lalu perlahan ia melepaskan ponselnya dan menggeser tanda merah pada layar ponselnya. Liam memutuskan sambungan telepon dari kekasihnya.

"Jangan menggodaku." Liam menatap tajam mata wanita di depannya.

Mendadak, Soraya langsung duduk di atas pangkuan Liam dan menangkupkan kedua tangannya pada pipi lelaki yang masih sedikit terkejut itu dan akhirnya Soraya mengecup pelan bibir tebal Liam. Terdengar sedikit bebunyian dari kecupan itu, yang sengaja dibuat oleh Soraya.

Perlahan kedua tangan Liam menyentuh pinggul Soraya hingga terasa mencengkeram pada akhirnya. Liam sudah melepaskan ponselnya di atas sofa. Setelah beberapa saat, Liam sedikit mendorong tubuh Soraya lalu menyapu leher jenjang wanita itu dan menarik handuk yang menutupi kulit mulus Soraya.

Namun mendadak Soraya mendorong bahu Liam, lalu beralih mendorong kening lelaki itu hingga kedua mata mereka saling menatap. Soraya membiarkan handuk itu jatuh dan memperlihatkan tubuhnya pada kedua mata Liam yang berbinar.

Soraya tersenyum tipis lalu berkata, "Sudah jam tujuh, nanti aku terlambat. Kamu janji mau nganterin aku, 'kan?"

Liam mengembuskan napasnya dengan kasar lalu menganggukan kepalanya. Liam paham jika Soraya hanya menggodanya kali ini. Lagi dan lagi. Sedangkan Soraya hanya terkekeh geli melihat wajah Liam yang masam.

Sekali lagi, Soraya memberikan kecupannya di pipi Liam lalu beranjak dari pangkuan itu sambil menutupi tubuhnya lagi dengan handuk tadi. Dia kembali menuju kamarnya untuk segera bersiap-siap pergi.

avataravatar
Next chapter