15 Benar-Benar Menghabisi

Soraya mengaduh kesakitan. Bungkusan kotak makan pesanannya telah jatuh ke lantai bersamaan dengan gamparan tadi. Untung saja tidak tumpah. Kemudian dia menoleh untuk mencari tahu siapa pemilik tangan yang begitu sembarangan merusak pipi mulusnya itu. Salah satu asset semua wanita di muka bumi ini.

Betapa terkejutnya dia, begitu melihat sosok seorang wanita yang dikenalinya sebagai kekasih teman lelakinya. Siapa lagi kalau bukan Ceril?

Raut wajah wanita di depan Soraya itu terlihat geram. Gemeretak giginya begitu jelas terdengar di telinga Soraya. Menandakan bahwa wanita itu sungguh sedang diselimuti amarah. Namun tetap saja membuat Soraya bingung. Apa yang membuat wanita itu menampar Soraya?

"Apa-apaan ini?" tanya Soraya tetap tenang, menatap tajam pada wanita yang masih berdiri kaku di depannya.

"Jangan pernah deketin Liam lagi!" hardik Ceril dengan suara lantangnya, membuat beberapa orang di sekitar mereka melirik. Wanita itu sungguh pintar mencari cara untuk menjadi pusat perhatian.

Soraya menghela napasnya, dia tidak menyangka jika Ceril akan datang ke kantornya dan mempermalukannya. Tunggu ... tunggu dulu, tahu dari mana dia jika Soraya bekerja di tempat ini?

"Jadi, elu cari tahu tentang gue cuma buat gampar trus ngomong itu?" ucap Soraya dengan percaya dirinya.

Bagaimana tidak percaya diri, jika tiba-tiba saja Ceril tahu di mana kantor Soraya bekerja. Padahal mereka berdua baru pernah bertemu satu kali, itu pun secara tidak sengaja. Itu artinya Ceril memang sengaja mencari tahu semua tentang teman kekasihnya itu.

"Dasar cewek murahan!!" seru Ceril lagi dan kalimat itu sukses membuat Soraya seketika naik pitam.

Plak!!

Kali ini dengan sekuat tenaga Soraya meninggalkan jejak telapak tangannya di pipi wanita angkuh itu. Sekejap Soraya sadar kesalahannya yang bermain dengan kekasih Ceril, hanya saja dia tidak terima jika dikatakan sebagai wanita murahan. Dan bukankah hubungan badan itu hanya Soraya dan Liam yang tahu?

Tiba-tiba Ceril menjambak rambut ikal Soraya, begitu pun sebaliknya, dengan spontan Soraya menarik rambut pirang Ceril itu hingga membuat keduanya terjatuh ke lantai. Mereka bergelut di lantai. Bergantian saling menindih, membuat beberapa orang yang ada di sekitar sana tersentak lalu bergegas berusaha melerai pertikaian itu.

"Dasar pelakor!"

"Jangan sembarangan ngomong!"

"Itu kenyataan!"

"Heh! Dia temen gue! Dan kalian belum nikah!"

"Tapi gue pacarnya!"

"Gue temennya! Jaga omongan lu!"

Mereka saling melemparkan kata-kata kasar, dengan tangan yang memukul, manjambak serta mencakar. Beberapa orang berhasil menangkap tangan keduanya dan memisahkan mereka yang kini sudah terlihat acak-acakan. Hingga seorang satpam dengan tegas mengusir Ceril dari kawasan gedung kantor itu. Sedangkan Soraya kini menatap geram pada wanita yang berhasil masuk ke dalam mobilnya itu dan berlalu pergi.

Soraya berusaha kembali menstabilkan pernapasannya yang tersengal, dengan beberapa orang karyawan lain yang membantunya duduk pada sebuah kursi tunggu. Beberapa orang itu masih ribut semgan mulut dan pemikirannya masing-masing. Soraya belum bisa menanggapi mereka yang melontarkan pertanyaan beraneka ragam.

"Mbak Aya, ini dompet sama ponselnya." Seorang lelaki menyodorkan temuannya yang beberapa saat lalu sempat Soraya lupakan.

"Oh, makasih, Pak," ucap Soraya sembari menyambut ponsel dan juga dompetnya. Lalu dengan tertatih dia berusaha masuk, kembali ke ruang kerjanya. Setelah beberapa karyawan lainnya dia minta untuk pergi meninggalkannya sendiri.

***

Brak!!

Ceril memukul kemudi setirnya dengan begitu kuat. Kepalan tangannya terasa sakit saat itu, tapi tidak sesakit hatinya.

"Sialan! Kep*rat! Anj*ng!" Ceril melontarkan caciannya dengan emosi yang masih menggebu.

Andai saja tidak banyak orang yang mengusirnya, mungkin Soraya akan benar-benar habis dihajar olehnya. Dan mungkin, Ceril tidak akan segan untuk melukai wajah cantik nan manis milik Soraya. Atau mungkin, Ceril benar-benar akan menghabisi teman wanita dari kekasihnya itu.

avataravatar
Next chapter