webnovel

The Beginning

Edward Gevanno terlihat sedang tersenyum sendiri sambil duduk kursi kerjanya dengan kedua tangannya memangku dagunya.

Berbagai macam hal terlintas di fikirannya. Namun terpusat pada satu inti yaitu, Xavier Zhan.

Edward Gevanno tak bisa membohongi hati, tubuh, dan fikirannya. Dia tertarik 100% pada Xavier Zhan ketika pertama kali bertemu dengan laki-laki yang menata bunga di ruang kerjanya.

Laki-laki tampan dan manis yang tingginya melebihi Edward Gevanno. Laki-laki yang terlihat indah luar dan dalam. Bisa Edward pastikan kalau Xavier satu-satunya laki-laki yang sanggup membuat Edward Gevanno berfikir kalau ketertarikan secara khusus bisa terjadi tanpa mengenal tempat, waktu dan gender.

Xavier Zhan adalah pengecualian dari semua petualangan cinta yang Edward Gevanno alami. Selama ini Edward Gevanno selalu berfikir, kalau cinta adalah sesuatu yang tak harus menjadi prioritas utama.

Namun hari ini pertemuannya dengan Xavier Zhan telah mengubah semua mind set Edward Gevanno tentang cinta. Apapun yang terjadi, Edward Gevanno ingin mempersempit sedikit demi sedikit jarak antara dirinya dan Xavier Zhan.

Edward Gevanno meraih telfon yang ada di ruang kerjanya.

"Shilla, segera dapatkan semua informasi tentang Xavier Zhan untukku." Pinta Edward Gevanno.

*****

Xavier Zhan terlihat sedang sibuk menata roti yang batu keluar dari oven di etalase. Toko roti yang ia miliki saat ini adalah impiannya. Sudah lama Xavier Zhan ingin memiliki usaha sendiri, dan toko roti ini adalah satu-satunya usaha di mana ia bisa menyalurkan hobi memasaknya terutama dalam membuat pastry bakery.

"Kak Vier, jangan lupa roti yang harus kita bawa untuk makan malam di rumah Kak Maria nanti." Kata Albert Wayne sembari mengingatkan.

"Iya, rotinya sudah ke pisahkan." Balas Xavier Zhan.

Walaupun toko roti ini adalah miliknya. Tapi Xavier Zhan juga sangat memerlukan bantuan Albert Wayne. Sejak awal toko rotinya di buka, Xavier Zhan mulai menjalani di bantu dengan dengan Albert. Tentu saja jika Maria senggang atau tidak sibuk, dia akan menghabiskan waktunya di toko roti milik Xavier Zhan. Mereka bertiga bersahabat dekat layaknya saudara kandung.

Derap langkah kaki masuk ke dalam toko roti. Albert Wayne dan Xavier Zhan menyapa pengunjung yang baru memasuki toko roti dengan ramah seperti biasanya.

"Nona Shilla Hills?" Ujar Xavier Zhan sedikit kaget dengan kedatangan sekretaris pribadi Edward Gevanno.

"Selamat sore, Kak Vier." Sapa Shilla Hills sambil tersenyum. Ia langsung mendatangi toko roti Xavier Zhan setelah pulang dari bekerja.

Bahkan Edward Gevanno membiarkan Shilla Hills pulang 1 jam lebih cepat dari seharusnya hari ini.

Albert Wayne mendekat ke arah Xavier Zhan. "Apa Kak Vier mengenalnya?"

"Tentu saja, dia adalah salah satu pelanggan kita."

Albert mengangguk. "Oo.. maaf. Aku tidak bisa mengingat setiap pelanggan kita seperti halnya Kak Vier."

Xavier Zhan mendekat ke arah Shilla Hills. "Ada yang bisa saya bantu lagi?"

"Kak Vier, bisa kita bicara secara pribadi. Ada hal penting yang harus aku sampaikan. Dan satu hal lagi, jangan panggil aku dengan embel-embel nona." Ucap Shilla Hills.

Xavier Zhan melirik Albert sambil memberikan tray yang ia bawa lalu kembali menatap Shilla Hills. "Baiklah. Ada coffee shop di dekat sini."

"Itu bagus. Kita bisa bicara di sana." Ujar Shilla Hills menyetujui tawaran Xavier Zhan.

"Albert tolong jaga toko sebentar ya. Kabari aku jika kau perlu bantuan." Pinta Xavier Zhan

Albert Wayne mengangguk mengerti. "Baik, Kak."

*****

Dua cangkir Latte tersaji di meja. Shilla Hills menyesap latte miliknya. Bisa di lihat kalau ia menyukai latte yang di sajikan di coffee shop delat dengan toko roti milik Xavier Zhan.

"Apa Kak Vier sering kesini?"

"Aku biasa membeli kopi di sini."

Shilla Hills mengangguk.

"Jadi.. apa yang ingin dibicarakan?" Tanya Xavier Zhan kembali pada topik awal ketika Shilla Hills datang ke toko roti miliknya.

Shilla Hills mulai berkata. "Begini Kak, Mr. Edward Gevanno adalah atasanku. Dia sangat menyukai bunga yang Kak Vier awa dan tata di ruang kerjanya."

"Saya hanya membantu yang saya bisa. Lagipula nona membutuhkan bantuan saya." Ucap Xavier Zhan.

Tentu saja Xavier Zhan tetap merasa berterima kasih karena apa yang ia lakukan menghasilkan dampak yang baik bagi orang lain.

"Kak Vier, sudah kubilang... jangan memanggilku dengan embel-embel nona." Shilla Hills terlihat merengut.

Xavier Zhan tersenyum canggung. "Maaf, saya hanya belum merasa terbiasa."

"Jadi intinya, Boss ingin Kak Vier membawakan bunga yang sama dan sekaligus menata bunga di vas yang sama setiap hari. Dan lakukan di jam yang sama juga."

Xavier Zhan cukup kaget dengan permintaan Edward Gevanno yang menurutnya klise. Ia terdiam dan berfikir sejenak.

"Bagaimana, apa Kak Vier bersedia?"

"Tapi.."

"Aku akan transfer uang mukanya sekarang. Kami akan membayar extra untuk itu." Sambung Shilla Hills.

Ia berharap kalau Xavier Zhan akan bersedia dan menerima tawarannya. Karena Shilla Hills tidak bisa menerima kegagalan dalam hal ini. Jika Xavier Zhan menolak dan bersikeras untuk tak ingin melakukannya, maka hal itu akan berdampak buruk bukan hanya pada dirinya.

Xavier Zhan masih terdiam dan berfikir.

Shilla Hills menatap Xavier Zhan lebih dekat. "Kak Vier.."

"Baiklah, saya bersedia." Kata Xavier Zhan akhirnya sambil tersenyum lembut.

Shilla Hills bisa bernafas lega. Setidaknya ini akan menjadi kabar yang sangat baik untuk ia sampaikan kepada Edward Gevanno.

"Jadi.. yang harus kulakukan setiap hari hanya membawa mawar cream untuk di tata di ruang kerja Mr. Edward Gevanno?"

"Iya. Jangan lupa, di jam yang sama. Jika ada hal lain yang Boss inginkan, dia akan mengatakannya secara langsung. Kak Vier tenang saja, Boss tidak akan meminta hal yang berlebihan."

"Saya mengerti." Kata Xavier Zhan.

*****

Di malam harinya. Edward Gevanno berdiri di balkoni kamarnya dengan secangkir green tea hangat di tangan kanannya. Dan tangan kiri yang memegang ponselnya.

"Bagaimana, Shilla?" Tanya Edward Gevanno.

"Semuanya berjalan lancar Boss. Xavier Zhan bersedia membawakan bunga mawar cream dan menatanya di ruangan boss seperti tadi pagi." Jawab Shilla Hills.

"Setiap hari?" Tanya Edward Gevanno lagi memastikan.

"Benar Boss. Setiap pagi, setiap hari, di jam yang sama."

Edward Gevanno menunjukkan smirknya yang membuatnya semakin tampan. Ia begitu puas dan senang mendengar kabar yang sangat baik kalau ia akan bertemu Xavier Zhan setiap hari, di pagi hari. Melihatnya membawakan mawar cream, dan menata di vas bunga kesayangannya.

"Bagus kalau begitu."

"Apa Boss perlu hal yang lain?"

"Tidak ada. Terima kasih atas kerja kerasmu, Shilla."

"Sama-sama Boss. Kalau begitu selamat malam."

"Hm."

Edward Gevanno mengakhiri panggilan telfonnya. Ia menyesap green tea hangat sambil menikmati pemandangan malam yang menurutnya malam ini terlihat berbeda dan lebih indah.

*****

"APA???!!!!" Teriak Maria Dale dan Albert Wayne bersamaan.

Tentu saja setelah mendengar cerita Xavier Zhan tentang permintaan Edward Gevanno. Menghadirkan tanda tanya besar di kedua sahabatnya itu.

"Edward Gevanno memintamu melakukan hal seperti itu? Setiap pagi?" Tanya Maria tak menyangka.

Xavier Zhan hanya mengangguk membenarkan. Awalnya ia berfikir kalau itu adalah hal yang aneh. Namun semakin ia berfikir lebih dalam permintaan Edward Gevanno masih terbilang normal dan dapat di mengerti oleh akal sehat.

Albert Wayne melirik ke arah Maria Dale, "Kak, apa kita mempunyai pemikiran yang sama?"

Maria Dale menatap Albert Wayne dan mengangguk. "Sepertinya begitu."

Xavier Zhan hanya menatap bingung dan bergantian ke arah Albert Wayne dan Maria Dale.

"Apa yang sebenarnya kalian fikirkan? Bukankah itu permintaan yang normal? Lagipula mereka membayarnya." Ucap Xavier Zhan sekaligus menjelaskannya.

Maria Dale kini menatap lebih dekat ke arah Xavier Zhan yang diikuti oleh Albert Wayne yang duduk di sebelahnya.

"Kak..." Ucap Xavier Zhan semakin canggung.

"Vier, kenapa aku merasa kalau Mr. Edward Gevanno... tertarik padamu?" Ucap Maria Dale mengutarakan apa yang menjadi perkiraannya.

TBC 💚❤️

Next chapter