6 JATUH CINTA

Malam ini Yuanita berencana akan memasak untuk John suaminya sebagai tanda permintaan maaf. Ia tidak peduli bagaimana nanti rasa dari masakan buatannya itu, terpenting ia sudah memasak sesuatu untuk Suaminya.

Saat ini ia sedang mengiris bawang dengan asal-asalan, lalu menggorengnya kedalam wajan bersama bahan yang lainnya. Satu tangannya ia gunakan untuk menutup hidungnya itu karena tak terbiasa dengan bau masakan.

Selama ini Yuanita hanya pergi shopping bersama teman-temannya. Tak lupa juga pergi ke Salon untuk perawatan dirinya sendiri. Untuk urusan seperti ini tentu bukan keahliannya sama sekali, karena bagi Yuanita hanyalah uang.

Ia tak henti-hentinya tersenyum sembari melihat beberapa hidangan yang telah tersaji dimeja makan dengan rapi. Namun senyumannya itu luntur dan berganti dengan wajah lesu sembari menopang dagu dengan sebelah tangannya karena terlalu lama menunggu Suaminya.

Ia melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 21.00 malam. Mengerutkan keningnya karena merasa ada yang janggal. Ia langsung mengecek ponselnya dan tidak ada satu pun pesan dari Suaminya, John.

"Kok, dia belum pulang sih, padahal udah hampir tengah malem. Biasanya juga jam 19.00 udah pulang," gumamnya sembari memainkan ponselnya dengan lesu, "Apa dia kerja lembur, ya?"

Akhirnya Yuanita pun memutuskan untuk menghubungi John berkali-kali, namun tak ada satu pun yang diangkat. Ia menjadi kesal dan pikirannya mulai berkeliaran tentang Suaminya itu yang mungkin saja bisa berbuat sesuatu.

Ia lalu kembali menghubunginya lagi dan hasilnya tetap sama. "Ck! Kemana sih kamu, Mas?! Sengaja banget ya telepon dari aku gak diangkat, awas aja kamu kalau pulang!"

Perlu kalian ketahui umur Yuanita dan John itu terpaut cukup jauh, 10 tahun. Yuanita yang kini berumur 29 tahun sedangkan John sudah berumur 39 tahun.

Namun membuatnya tak jadi penghalang karena memang niatnya sedari awal mendekati Suaminya itu adalah demi kebutuhannya sehari-hari.

Dahulu ia bekerja sebagai Sekretaris karena ingin mendapatkan uang yang banyak, tetapi setelah melihat Suaminya itu ia menjadi tersadar bahwa John begitu kaya. Bisa dibilang Suaminya adalah seorang CEO dan juga sosok yang dingin dan sulit untuk disentuh wanita mana pun, begitu setia pada Istrinya terdahulu.

Usaha ternyata membuahkan hasil, ia bisa mengambil hati Pria dewasa yang dingin itu dengan caranya sendiri. Senang sekali rasanya jika mengingat semua itu bagi Yuanita.

Namun itu tak berangsur lama karena kini pertengkaran demi pertengkaran terus terjadi, perihal Suaminya yang ingin memiliki keturunan. Sedangkan Yuanita tak ingin hamil karena takut tubuhnya tak indah lagi.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 malam. Ia melirik masakan buatannya itu dengan cemberut, mungkin saja masakannya itu sudah dingin dan rasanya juga pasti tidak enak.

Karena penasaran ia pun mencoba semua masakannya, ia langsung membulatkan matanya dan berlari menuju kamar mandi yang dekat dengan dapur untuk memuntahkannya.

"Huekk, rasanya aneh banget. Gak lagi deh gue masak begini, mending juga gofood yang udah pasti gak perlu susah payah masak dan buang-buang waktu."

Ia pun mengusap bibirnya dengan selembar tissue, kemudian berkacak pinggang memikirkan sesuatu.

"Kok, gue bisa jadi bego gini, ya? Sampe bela-belain masak buat si tua bangka itu. Gak mungkin kan kalau gue mulai jatuh cinta sama si tua bangka itu," ujarnya dalam hati, raut wajahnya pun berubah menjadi bergidik ngeri, "Jangan sampe gue jatuh cinta sama dia." Lanjutnya lagi.

Membuang tissue nya lalu setelah itu menaiki tangga untuk menuju kamarnya berada tanpa berniat membereskan yang ada diatas meja makan.

Setelah sampai dikamar ia pun langsung menuju kamar mandi untuk melakukan kegiatan wajibnya itu sebagai seorang wanita. Kemudian Yuanita pun langsung merebahkan tubuhnya diatas kasur empuknya itu.

Rasa kantuk mulai menyerangnya dan perlahan-lahan ia pun sudah terlelap dalam tidurnya. Sebuah notifikasi masuk dari ponselnya, tetapi tak membuatnya terusik dari tidurnya. Sepertinya Yuanita benar-benar sudah masuk ke alam mimpinya.

Saat ini John sedang menuju hotel. Malam ini ia memutuskan untuk tidur dihotel saja, karena sejujurnya John sedang malas bertemu dengan Istrinya itu. Tiba-tiba ponselnya berbunyi dan ternyata itu adalah Calvin, sahabatnya.

"Halo, Vin."

"Lo dimana?" tanya Calvin, seperti ada yang janggal John pun mengerutkan keningnya.

"Ada apa?" tanya nya tanpa basa-basi.

"Gapapa, gue cuma kepikiran aja soal omongan lo waktu di Warteg tadi siang."

John menghela nafasnya, "Oh, kirain ada apaan."

"Lo udah sampe rumah?" tanya Calvin sedikit menjahilinya. Karena Calvin tahu pasti Sahabatnya itu jika sedang bertengkar tak pernah ingin pulang ke Rumahnya sendiri, melainkan mencari hotel yang bisa menenangkan dirinya sendiri.

"Pulang lewat mana?" John menyeringai.

"Santai, Bos! Canda doang, elah." John terkekeh, "Gue juga," ujarnya singkat membuat Calvin yang disana merasa kesal dan tak lama langsung dimatikan sepihak.

John menggelengkan kepalanya sembari menyimpan ponselnya di dashboard. "Calvin... Calvin... absurd lo gak hilang-hilang ternyata."

Setelah mendapatkan kamarnya ia pun langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang lengket. Untung saja John selalu membawa baju cadangan dimobilnya sehingga ketika sedang dibutuhkan ia tak perlu susah untuk pulang terlebih dahulu.

Berendam dimalam hari dengan air hangat sangat membantunya menghilangkan kepenatan seharian ini. Memikirkan Yuanita istrinya yang tak pernah berubah, masih kekanak-kanakan bagi seorang wanita seusianya. Tetapi ada juga yang sudah dewasa meskipun diusia yang masih muda.

John sangat mengerti tentang sikap Istrinya itu. Tetapi ia juga menjadi merasa bahwa usahanya selama ini untuk menikahi wanita itu hanya sia-sia jika Istrinya tak bisa memberikan apa yang ia inginkan. Sudah lama ia menginginkan seorang anak, namun Istrinya selalu menolak padanya.

Menghela nafas sebentar, "Maafkan Mas, Yuanita. Maaf kalau suatu saat Mas berubah pikiran," ujar John lalu setelah itu memejamkan matanya yang saat ini tengah berendam dengan air hangat dibath up.

Menggosok rambutnya yang basah dengan pinggang yang dililit handuk, ia melihat ponselnya yang berada dimeja. Mengeceknya sebentar dan terdapat beberapa riwayat panggilan dari Istrinya, Yuanita.

Dengan malas ia kemudian mengetikkan sebuah pesan untuk Istrinya itu. Kemudian menyimpan ponselnya asal bahkan tidak peduli jika rusak.

John pun langsung merebahkan tubuhnya setelah menggunakan pakaiannya. Ia berharap besok pagi akan ada petunjuk atau kabar bahwa temannya itu menemukan mantan Istri dan anaknya.

Ia ingin melihat anaknya, pasti anaknya itu dididik dengan sangat baik mengingat mantan Istrinya itu sangat menyanyangi anak-anak.

Seketika John tersenyum kecut merasa bodoh telah menyia-nyiakan mantan Istrinya itu, bahkan begitu kejam menceraikannya ketika mantan Istrinya itu sedang berjuang melahirkan anaknya sendiri.

Maka dari itu John tidak pernah tahu apa jenis kelamin dari anaknya sendiri. Ia ingin bertemu dengan anaknya, nalurinya sebagai seorang Ayah sudah tak bisa disembunyikan lagi.

"Dimana kalian sekarang?" batin John setelah itu memejamkan matanya karena kantuk yang mulai menyerang.

Mungkin karena banyaknya masalah dan juga urusan kantor yang membuatnya pusing, menjadikannya lelah akan semua hal yang terjadi. Setidaknya tidur dihotel dengan menyendiri seperti ini bisa sedikit menenangkan pikiran dan juga tubuhnya yang lelah.

avataravatar
Next chapter