6 Genderang Perang

Azmya kembali ke kelas dengan hati yang berbunga-bunga. Senyuman merekah sepertinya terus akan menghiasi wajahnya beberapa hari ke depan. Betapa tidak dia tanpa sadar telah mengecup bibir Jun. Hal yang paling gila dia lakukan selama dia hidup. Dia sudah berani bertindak seperti itu tanpa pikir panjang. Hal yang dia sama sekali belum pernah dia lakukan. Dan hari ini, dia melakukanya dengan Jun. Bahkan dia tidak sama sekali melihat reaksi Jun karena dia langsung meninggalkannya tanpa sempat melihat wajah Jun yang kaget melihat serangan dadakannya.

Ketika dia sampai di pintu kelasnya. Yan sudah berdiri di depan pintu kelasnya. Sepertinya dia sudah menunggunya. Azmya langsung menghampirinya dan menampar wajah Yan. Yan yang tidak mengira Azmya langsung datang menamparnya hanya meringis kesakitan.

"Gue rasa loe itu pengecut, tukang ngadu dan cuma bisa bersembunyi di belakang kekuasaan bokap loe!"umpat Azmya marah.

"Loe nggak apa-apa kan, gue denger loe dikunci sama Iren?"tanya Yan tidak menggubris ocehan Azmya. Dia justru terlihat seperti kuatir.

"Maksud loe mungkin, kenapa gue masih baik-baik aja, padahal loe berharap gue kenapa-kenapa kan?"semprot Azmya.

"Beneran, gue nggak tahu apa-apa soal kejadian loe tadi, ini juga gue taunya dari anak-anak kalo Iren yang ngunci loe."Penjelasan Yan tidak membuat Amzya langsung percaya.

"Gue nggak butuh versi loe. Sekarang gue cuma minta loe jangan berurusan lagi sama gue. Dan masalah ini gue nggak mau perpanjang lagi,"sahut Azmya sambil hendak meninggalkan Yan. Namun dengan cepat Yan menarik tangan Azmya dan menariknya pergi dengan paksa. Azmya meronta mencoba melepaskan cengkraman tangan Yan.

"Kalo loe nggak percaya, sekarang loe ikut gue!" seru Yan tetap menarik tangan Azmya.

Azmya pun akhirnya mengalah dia pun menurut.

"Gue ikut loe, tapi lepasin tangan gue!" pinta Azmya.

Kemudian Yan melepasnya. Dia pun meminta Azmya mengikutinya. Azmya pun sedikit waspada. Jangan-jangan ini juga bagian dari rencana Yan untuk berbuat hal jahat lagi padanya. Dengan perasaan yang sedikit curiga Azmya mengikuti langkah Yan di belakangnya. Tapi kenapa Yan melangkah ke arah kantin. Azmya heran kenapa Yan mengajaknya ke kantin untuk menjelaskan apa. Di kantin masih sepi, cuma ada beberapa siswa yang berlalu lalang. Karena ini belum jam istirahat. Yan pun mendekati beberapa

siswi yang duduk cekikikan. Sepertinya mereka bolos dan malah ada di kantin. Ketika

mereka melihat kedatangan Azmya dan Yan mereka sedikit terkejut. Dan yang paling terkejut adalah siswi yang paling cantik dengan rambut tergerai bermata

bulat dan kulitnya putih. Dia seperti seorang artis saja. Dan Azmya baru tahu namanya setelah Yan memanggil nama cewek itu.

"Ren, sekarang loe jelasin siapa dalang dari tersebarnya berita gue dan Azmya berantem. Dan kejadian kenapa Azmya bisa dikunci di ruangan studio!"ucap Yan tegas.

"Mm - maksud loe apa?"tanya Iren gelagapan.

"Jangan pura-pura dan bohong, bilang kalau loe di balik ini semua!" bentak Yan membuat semuanya ketakutan. Sementara Azmya hanya bengong dan bingung apa yang mereka bicarakan.

"Yan, kenapa sih loe sampai segini nya sama gue?" jawab Iren.

"Karena loe udah keterlaluan sama dia"jawab Yan emosi. Azmya kaget melihat perubahan sikap Yan kepada Iren. Kenapa dia jadi seperti itu. Jadi, sebenar nya dalang ini semua siapa. Yan atau Iren.

"Gue tahu, loe udah nggak suka lagi sama gue, tapi kenapa loe buat malu gue seperti ini?" lirih Iren.

"Gue sudah bilang kan , ini bukan urusan gue masih suka atau nggak sama loe, tapi loe udah melewati batas yang seharusnya loe nggak lakuin!" jawab Yan.

"Gue kecewa sama loe!"ucap Iren pergi meninggalkan Yan. Iren melihat Azmya yang sedang kebingungan. Kemudian dia mendorong Azmya yang menghalangi jalannya. Azmya sempat melihat tatapan menusuk dari mata Iren.

Yan pun terdengar seperti menarik napas panjang. Azmya hanya melihat Yan seperti orang yang bingung dan marah. Kemudian Yan meminta maaf padanya atas apa yang sudah terjadi. Bahkan Yan sempat bilang kalau dia akan mulai memperhatikan Azmya.

Mendengar itu Azmya semakin tambah bingung dengan Yan. Sebenernya apa yang terjadi. Dan kenapa dia harus berada di situasi seperti itu. Azmya pun tidak mau kalau dia cuma jadi korban mereka berdua. Tukang bully dan jahat sekali.

"Neng, kamu yang namanya Azmya ya? Tanya seorang ibu sepertinya dia salah satu pedagang di kantin menghampirinya.

"Iya bu," jawab Azmya heran. Kenapa ibu itu tahu namanya. Apa namanya sudah terkenal sampai jagat kantin.

"Oh... gimana kamu udah baikan, katanya tadi pingsan?" tanya Ibu itu kok bisa tahu perihal dia pingsan.

"Kok ibu bisa tahu?"tanya Azmi heran.

"Iya tadi Jun kesini panik minta susu kotak sama roti,"jawab ibu itu sambil tersenyum.

"Oh"jawab Azmya senang. Sekejap dia seperti berpikir dan ingat. Bukankah orangtua Jun berjualan di sini. Jangan-jangan ibu ini adalah ibunya Jun.

"Terima kasih ya neng, udah bantu Jun,"ucap ibu itu.

"Buu."Suara panggilan yang tidak asing lagi. Ternyata Jun datang ke kantin. Azmya kaget   melihat kedatangan Jun setelah kejadian di ruangan kesehatan tadi. Azmya jadi salah tingkah.

"Jun"jawab ibu itu.

"Apa tadi ada ribut ribut lagi disini bu?tanya Jun.

"Nggak ada sih, tadi nak Iren sama Nak Yan sempet disini, tapi udah pergi" jelas ibunya.

"Oh" jawab Jun pendek. Kemudian dia melihat Azmya yang tertunduk malu melihat nya.

"Bu sepertinya hari ini Jun tidak bisa bantuin ibu beresin kantin pulang sekolah, Jun ada urusan dulu, nggak apa apa kan bu?"tanya Jun pada ibunya.

"Iya nggak apa apa Jun, toh nanti ada Asep yang bantuin"jawab Ibunya.

"Jun mau balik lagi ke kelas"seru Jun.

"Ayo!" ajak Jun. Kemudian Azmya pun mengangguk. Dia pun berpamitan pada ibunya Jun. Sempat juga dia mencium tangan ibunya Jun. Ibunya sempat kaget ketika Azmya mencium tangannya. Azmya pun tersenyum melihat ibunya yang kaget. Jun melihatnya jadi spechless.

Azmya ingin menampilkan kesan yang sopan dan baik di mata ibunya Jun.

Perjalanan kembali ke kelas terasa jauh dan panjang karena keduanya sedang dalam keadaan yang sama sama malu atas kejadian tadi di ruangan kesehatan.

Azmya mencoba mencairkan suasana dengan banyak melontarkan pertanyaan yang tidak penting.

"Kok kamu bisa tahu aja sih dimana aku ada, yakin kamu bukan malaikat penjaga aku?"tanya Azmya konyol.

Jun hanya terdiam tak menanggapinya.

"Atau punya radar yang bisa menemukan aku?" goda Azmya genit.

Tapi Jun hanya diam seperti kehilangan lidah untuk bicara.

"Jangan bilang itu cuma kebetulan ya. Ini kan masih jam pelajaran, masa seorang anak pintar kayak kamubbisa ninggalin pelajaran cuma nyariin aku doang,"oceh Azmya di belakang langkah Jun.

Mendengar itu langkah Jun berhenti dan membalikkan badannya ke arah Azmya yang berada di belakangnya. Tentu saja karena mendadak dan tiba tiba Azmya menabrak badan Jun kepalanya mentok di dagu Jun. Jun tinggi sekali. Kalau Jun beranjak dewasa pasti dia masih bisa lebih tinggi lagi dari sekarang. Azmya pun menengadah ke atas dia melihat wajah Jun sangat jelas. Melihat tatapan Azmya seperti orang yang mesum. Jun langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Dia tidak mau kalau sampai Azmya melakukan hal gila yang tadi ia lakukan padanya.

Azmya pun tertawa kecil dibuat nya. Dia pikir Jun ketakutan kalau dia akan mengecup

bibirnya lagi.

"Kenapa loe ketawa?"tanya Jun heran.

"Kamu takut kalau aku cium kamu lagi?" tanya Azmya tentu saja bisa bisa ada yang mendengar ucapan Azmya yang vulgar seperti itu.

Jun pun membekap mulut Azmya dengan tangannya. Agar jangan sampai ada yang mendengar ucapan Azmya tadi.

Azmya pun melepas tangan Jun. Kemudian mengecup telapak tangan Jun yang tadi membekapnya. Jun pun kaget melihatnya.

"Tenang saja, aku nggak bakalan lagi cium duluan lagi, sebelum kamu yang mulai!" bisik Azmya ke telinga Jun. Mendengar itu telinga dan muka Jun menjadi memerah.

"Apa apaan... dia benar benar menggemaskan". Jun berguna dalam hati.

Setelah berbisik, Azmya meninggalkan Jun yang kelihatan sekali salah tingkahnya. Dia

pun masuk ke kelas.

Jun hanya mencoba tersenyum meresapi dan mengartikan ucapan Azmya tadi.

"Dia bener-bener bisa bikin jantung gue copot mendadak," ucap Jun lagi dalam hati.

Tak sadar ada sepasang mata dari jauh sedang memperhatikan Jun dari tadi. Dia adalah Yan yang sudah mencurigai ada hubungan antara Azmya dan Jun yang membuat dirinya marah melihat

kedekatan mereka berdua.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^°

Jam pelajaran terakhir usai. Nampak Jun terburu-buru meninggalkan kelas. Azmya hanya memandanginya heran. Kenapa dia terburu-buru sekali. Tadi juga dia sempat

mendengar kalau dia ada urusan. Jiwa penasaran Azmya pun timbul. Dia juga

segera mengambil tasnya dan diam diam mengikuti Jun. Jun sepertinya pergi ke

arah belakang sekolah. Azmya pun mengikuti nya tanpa disadari Jun.

Ternyata Jun pergi ke belakang sekolah tempat pertama kali dia bertemu. Dari jauh Azmya memperhatikan Jun naik ke atas tembok pagar sekolah dan meloncat keluar. Azmya kaget kenapa Jun pergi keluar sekolah dengan melompat tembok pagar sekolah. Tanpa pikir panjang pun Azmya pun naik ke pagar tembok. Dia sempat melihat keadaan sekitar. Karena dia memakai rok tentu saja dia kesulitan untuk melompat tembok itu.

Setelah dirasa tidak ada orang yang melihatnya Azmya pun mengangkat rok nya dan melompat ke luar tembok. Bagi seorang yang jago karate melompat tembok seperti

ini sangat gampang. Setelah dia berada di lahan kosong itu. Dia celingukan mencari kemana kira kira Jun pergi.  Disitu hanya kavling kosong yang penuh dengan ilalang panjang. Di sebelah barat terdapat jalan setapak yang kanan kirinya penuh dengan semak belukar. Azmya pun menghampiri jalan setapak itu dan perlahan dia menyusuri

jalan itu. Kalau tidak salah dugaanya, ini adalah rute murid sekolah ini untuk

bolos.

Sudah seratus meter mungkin dia jalan menyusuri jalan setapak itu. Dan

samar samar dia mendengar beberapa orang sedang berbicara. Azmya pun menguping

kemudian dia mengintip dari balik ilalang panjang tampak di depannya ada sebuah

pohon besar di bawahnya ada sebuah gubuk berdipan bambu. Dia melihat ada Yan

Opick Fadil disitu. Betapa terkejutnya dia ketika melihat Jun sedang duduk

sambil berlutut di depan mereka.

"Gue pikir, loe udah mulai berkhianat

sama gue Jun!"ucap Yan sambil berkacak pinggang di depan Jun.

"Maafin gue Yan, gue nggak berniat berkhianat..."jawab Jun. Tapi belum sempat Jun menyelesaikan perkataanya Jun dihujani bogem mentah oleh Yan. Melihat itu Azmya shock campur marah. Tapi kalau dia muncul sekarang dan menolong Jun, bisa bisa perlakuan mereka ke Jun tambah buruk. Azmya berusaha bertahan untuk melihat apa

sebenernya yang membuat Jun dipukul seperti itu.

"Gue lihat loe makin deket sama Azmya, gue sempat denger kalau dia udah nembak loe, bener itu?"tanya Yan.

Jun tidak menjawab Yan. Dia hanya duduk tanpa melawan dan membiarkan Opick dan Fadil memegang kedua tangannya.

"Kalau sampai loe tambah dekat dan pacaran sama loe, loe tahu kan akibatnya?ancam Yan.

Azmya menutup mulutnya dengan tangannya tak percaya apa yang barusan dia lihat.

"Apa yang harus gue miliki. Gue nggak mau orang lain juga miliki, kan udah gue peringatin kemarin-kemarin loe harus jauhin Azmya, kenapa loe tetap deketin dia terus!"tanya Yan.

"Gue...gue juga suka sama dia,"ucap Jun terbata-bata. Mendengar jawaban Jun yang mengejutkan membuat Yan semakin marah kemudian dia kembali memukul Jun. Kali ini tepat di ulu hati Jun dia memukul. Azmya tidak tahan dan menangis melihat orang yang

disukainya kesakitan. Di saat Jun hendak di pukul lagi. Ada suara yang menghentikan

Yan.

"Stop!" teriak Iren ternyata dia datang.

Melihat kedatangan Iren, Yan mengernyitkan dahinya. Tampaknya dia tidak senang melihat

kedatangan Iren yang mengganggunya.

"Kenapa loe kesini?"tanya Opick.

"Diem loe, gue nggak ada urusan sama loe." Iren membentak Opick.

Azmya melihat Jun seperti sudah tidak bisa bertahan.

"Cukup Yan, sampai kapan loe begini, dia bisa mati karena terus terusan loe pukul tanpa bisa dia melawan. Loe tahu sebenarnya Jun bukan tidak bisa melawan loe, atau tidak bisa

berantem sama loe, dia cuma bertahan buat melindungi orang yang disayanginya,

karena loe terus ngancam dia kalo ibunya bisa dilarang jualan di kantin"ucap Iren.

"Loe jangan halangi gue Ren, apa loe mau belain dia juga sekarang?"tanya Yan.

"Ya gue mau belain dia sekarang, gue nggak mau loe jadi terlibat kasus yang bisa buat loe dipenjara, gue nggak mau, gue care sama loe, gue masih sayang sama loe, cuma gara gara loe teralihkan sama Azmya loe tega sama semua orang kayak gini" seru Iren.

Kemudian Iren mencoba membopong Jun yang badannya tinggi besar membuat dia tidak bisa memapahnya.

"Loe mau nonton doang Dil, bantuin gue!" teriak Iren pada Fadil.

Tapi Jun terlihat mencoba berdiri sendiri dan mendorong Iren. Dia sepertinya tak mau dibantu Iren.

"Please, biarin Yan pukul gue sampai dia puas, gue nggak apa apa, gue bisa nahan itu semua kalau dengan pukulan itu bisa membuat dia puas"lirih Jun.

"Yan, beri gue pukulan lagi sebanyak loe mau , asal itu bisa bikin kesel loe berkurang!"pinta

Jun.

" Dasar tak tahu diri loe" teriak Yan kemudian menarik kerah baju Jun. Nampak kerah baju Jun sudah berlumuran darah dari hidung nya.

"Yan, please, jangan kayak gini,"pinta Iren.

"Gue memang menyukai Azmya Yan, gue suka sama dia, sekarang loe boleh pukul gue sebanyak loe mau,"teriak Jun.

"Bangsat loe,"teriak Yan menampar wajah Jun. Iren kemudian berteriak.

"Stop Yan, stop, kalo nggak, gue bakal lapor ke polisi!"ancam Iren.

"Kenapa loe bisa suka sama dia, bukannya dulu loe benci sama dia?"tanya Iren.

"Bukan urusan loe, dan urusan gue suka atau benci sama Azmya Cuma gue yang tahu itu, ngerti kalian?" teriak Yan.

Azmya hanya menangis melihat itu semua. Ingin rasanya dia menghajar semuanya. Tapi dia menghitung resiko. Apakah dengan dia melawan dan membantu Jun . Jun bakal aman terhindar dari cengkraman mereka.

"Pergi loe dari sini, gue dah enek liat muka loe!seru Yan. Tapi Jun tidak bergeming. Dia hanya diam terpaku.

"Gue emang suka Azmya,

tapi nggak mungkin gue bisa pacaran sama dia, gue tau diri kok, cuma gue nggak

bisa ngelak kalau gue emang suka dia. Jadi loe jangan kuatir Yan, gue bakal

cuma bisa cinta sepihak aja, gue tetap nggak bisa berbuat apa apa buat ngelawan

loe, jadi gue harap loe nggak bawa bawa masalah ini sama ibu gue," pinta Jun

mencoba meyakinkan.

Yan hanya tersenyum sinis penuh kemenangan.

"Loe bisa pegang kata kata gue itu," sambung Jun terus mencoba berjalan sambil tertatih tatih meninggalkan mereka.

Jangan lupa klik jempol love dan koment

😘 😚 ❤ 💕***

avataravatar
Next chapter