4 Lama Tak Jumpa (1)

Aku mengerutkan kening. "Tuan, Anda tidak boleh merokok di sini."

"Kenapa? Ini kantorku," ucapnya sambil menyalakan rokok, lalu menghisap rokok dengan malas.

Aku tidak menanggapi. Kata-kata itu tidak membutuhkan tanggapan apa-apa. Ia kemudian mengembalikan rokok dan korek apiku dan segera kuraih. Aku bertanya, "Tuan, sebenarnya, kenapa Anda memintaku datang ke sini?"

Mendengar pertanyaan itu, ia terdiam sesaat. Ia lalu mengusap ujung rokoknya di meja, lalu perlahan mendekatiku hingga ia berada tepat di  hadapanku dengan jarak yang sedemikian dekat.

Namun, sesuatu yang tidak terduga terjadi sedetik setelah ia berada di depanku.

Ia memelukku!

Terkejut dengan tindakan mendadaknya, aku kehilangan akal dan membeku saat pelukannya semakin erat.

"Chunghee, ini benar-benar kau ..." Ia berbicara dengan berbisik di mana kesedihan dan kegembiraan menyatu.

"T- Tuan?"

Setelah beberapa detik terdiam dalam posisi yang sama, ia melepaskan tangannya. Matanya mencerminkan kegembiraan yang jelas, lalu memegang lenganku dengan lembut, "Chunghee, ini aku, Kim Daehyun. Apa kau melupakan aku?"

Aku mengerutkan kening, menatapnya lekat-lekat seperti sebuah perangko. Awalnya Aku mengira bahwa aku salah mendengar nama, hingga ia menyebut nama yang sama untuk kedua kalinya, aku pun hampir menjerit, "Daehyun?!" Suaraku terasa tersendat di tenggorokanku. Aku sangat terkejut, dan bahkan lebih terkejut dari sebelumnya.

Kim Daehyun tersenyum, memancarkan suasana yang nyaman, "Chunghee, lama tidak bertemu ...."

Tetap saja, dalam keadaan tidak percaya, aku tanpa sadar mundur sedikit. Dengan mata terbuka lebar, aku ingin mengatakan sesuatu tetapi semua kata-kataku tertelan.

Namun, tiba-tiba, Kim Daehyun menarik lenganku, dan aku seketika berada dalam pelukan hangatnya. Karena aku tidak terbiasa, aku mendorong mundur tubuhnya.

"Chunghee, ada apa? Ini aku, Kim Daehyun, anak laki-laki yang biasa menemanimu bermain saat kecil dulu." Kim Daehyun berbicara dengan nada kecewa dalam suaranya. Ia menatapku dengan ketulusan di matanya, dan itu terlihat sangat menakjubkan. Ia kemudian melanjutkan, "Apa kau ingat? Waktu itu aku melindungimu dari anak-anak lain yang mengganggumu. Jangan bilang kalau kau lupa? Kau benar-benar akan mengecewakanku."

"Daehyun ... apa itu benar-benar kau?" Aku tidak bisa berkata-kata, jadi hanya bisa bertanya untuk memastikan dengan suara serak.

"Ya, ya, ini aku."

Sejujurnya, aku tidak benar-benar lupa. Aku mengingatnya dengan sangat jelas, hanya tidak menyangka bahwa kami akan bertemu setelah bertahun-tahun berpisah. Ia adalah Kim Daehyun, teman semasa kecilku, dan teman yang selalu melindungiku dari anak-anak lain yang menggangguku.

Aku masih mengingat semuanya, bahkan dengan sangat jelas di kepalaku.

Saat itu, Kim Daehyun adalah satu-satunya anak yang bisa akrab denganku, di mana orang lain selalu menganggapku aneh dan pengecut, tapi Kim Daehyun malah menganggapku sebagai orang yang lucu dan baik. Aku tidak mengerti apa arti kata-kata itu, tetapi aku tidak bisa membohongi diri sendiri bahwa aku senang dengan pujian itu. Tak satu pun dari anak-anak lain akan mengucapkan kata-kata manis seperti itu padaku kecuali dia yang menjadi satu-satunya.

Aku senang dan menghargainya. Setiap sore, di bawah bunga kacapiring, kami akan bertemu di sana, saling bercerita tentang hal-hal yang telah kami lalui hari-hari itu. Meskipun ia selalu terburu-buru untuk kembali, aku tetap merasa senang bisa menghabiskan waktu bersamanya. Padahal, dengan kedekatan kami saat itu, aku pernah berpikir bahwa kami akan hidup bersama di masa depan; akan menjadi tua bersama-sama seiring berjalannya waktu; di mana ia akan melindungiku dan aku akan selalu memujinya.

Ya, aku dulu memiliki ekspektasi yang naif seperti itu dan terkesan terburu-buru layaknya pikiran anak kecil. Namun, aku percaya dan bahkan begitu antusias bahwa suatu hari kami akan menjadi sepasang kekasih.

Meskipun demikian, suatu hari di sore hari, aku menunggunya di tempat yang sama, tetapi ia tidak datang. Aku kembali dengan kekecewaan lalu kembali keesokan harinya, tetapi masih tidak melihatnya. Aku datang ke tempat itu selama seminggu, tetapi aku hanya terus mendapatkan kekecewaan yang sama, dan kemudian menangis.

Hingga suatu hari, nenekku menemukanku menangis, dan bertanya kepada mengapa aku menangis. Aku memberikan jawaban yang jujur, tanpa menyembunyikan apa pun, lalu ia juga memberiku kabar tak terduga, di mana Kim Daehyun dan keluarganya telah pindah. Jadi sejak itu, aku tidak pernah memiliki teman seperti ia dan sering menghabiskan waktu sendirian.

Sebelum masuk Sekolah Menengah, aku mulai sedikit terbuka dan menemukan beberapa teman. Namun, saat ini, setelah tiba-tiba pergi tanpa aku ketahui saat itu, Kim Daehyun kembali seperti kejutan yang meriah. Aku pun berbicara dengan sangat canggung, "Um, maaf, aku hanya sedikit terkejut. Aku tidak pernah menyangka bahwa kita akan bertemu di tempat ini."

Meskipun aku merasa sedikit canggung, aku tidak dapat membohongi diri sendiri bahwa aku senang dengan pertemuan kami. Itu sangat mendadak, tapi seperti mengulang cerita masa lalu yang telah dihentikan waktu.

Mendengar ini, Kim Daehyun terkekeh kecil. "Chunghee, aku tidak pernah menyangka kau bekerja di perusahaan ini juga. Tapi, bukankah ini sangat kebetulan, atau apakah ini takdir?" Kim Daehyun berbicara dengan candaan.

Ada banyak hal yang ingin aku tanyakan padanya setelah bertahun-tahun ia menghilang tanpa sepatah kata, tetapi karena ini masih jam kerja, aku tidak bisa tinggal di kantor ini lebih lama lagi dan harus segera pergi.

Namun, sebelum meninggalkan ruangan ini, Kim Daehyun memintaku untuk makan siang dengannya pada jam 1, dan aku pun menyetujuinya.

Setelah itu, aku keluar dengan senyuman gembira. Aku senang bertemu dengan seorang teman lama seolah-olah semua hal menyakitkan yang aku alami selama bertahun-tahun dengan seseorang yang aku cintai tidak pernah terasa sama sekali. Ini sedikit memanipulasi diri sendiri, tapi tidak buruk untuk membuatku lupa mengenai bagaimana Lee Donghae berselingkuh di luar sana.

Begitu sampai di ruangan, aku melanjutkan pekerjaan dengan wajah ceria. Orang-orang bertanya-tanya, dan mengira itu karena aku baru saja ditunjuk sebagai asisten bos muda yang baru-baru ini menjadi presiden perusahaan ini.

Namun, aku memilih untuk tidak memberikan tanggapan dan menganggap pertemuan kami seolah-olah itu adalah mimpi yang menjadi kenyataan.

Sejak perpisahan kami, aku tidak pernah melihat Daehyun sejak ia dan keluarganya meninggalkan Sokcho. Namun, tanpa diduga, Tuhan mempertemukan kami dua puluh dua tahun kemudian. Aku tidak bisa menyembunyikan kegembiraan, dua puluh dua tahun adalah waktu yang lama sebagai perpisahan.

Ketika aku memandangnya dengan senyuman, aku melihat perubahan yang luar biasa. Ia tampan dan menjadi pria dewasa sejati, bahkan dengan kesuksesannya saat ini. Aku juga tidak berpikir bahwa ia bisa mengenaliku dengan mudah.

Pertemuan ini seperti mengulang masa lalu. Kim Daehyun adalah orang terbaik yang dekat denganku di usia muda, dan sekarang dlia datang dengan perubahan yang hampir tidak bisa aku kenali.

avataravatar
Next chapter