6 PART 6 - HARI PERTAMA DI SEKOLAH

"Setelah ini kau mau kemana?"

"Oh, aku mau kerumah teman".

Kami pun saling melangkah menjauh. Berpisah, itulah kata yang menjabarkan antara aku & Leo. Namun sesaat aku baru beberapa langkah Leo memangil ku.

"Ada apa leo?"

Ia tampak gerogi, bahkan tak berani menatap ku.

"Hei, ada apa?" Tanya ku lagi sembari memegang pundaknya.

"Boleh aku minta nomor telepon mu?". Ia lalu mengeluarkan sebuah telepon genggam dari dalam tas. Lalu menyodorkannya ke arah ku.

Apa ini? Sihir macam apa ini.

"Leo lihat ada kebakaran" Ujar ku sembari mununjuk ke arah yang berlawanan.

"Ha… Dimana, tidak ada".

Aku berlari sekencang mungkin meninggalkannya. Meninggalkan pria yang telah membuat jantung ku berdebar kencang. Mengapa… mengapa aku tidak dibekali pengetahuan tentang penduduk Bumi. Astaga, rasanya aku ingin kembali saja. Aku tidak kuat berada disini.

Matahari telah tenggelam di ufuk barat. Cahaya yang menerangi bumi itu kini berganti dengan bintang – bintang yang indah. Aku menolehkan wajah ku ke arah bintang – bintang. Seakan berharap bahwa aku bisa bertahan di Bumi ini, dan segera kembali ke Galaksi Sextans.

"Tardeo". Sebuah suara dari belakangan memangil ku. Ah, tunggu dulu. Bagaimana mungkin ia tahu nama ku. Aku saja baru berkenalan hanya dengan Leo. Apa jangan – jangan ia adalah hantu. Aku menutup wajah ku. Namun langkah kaki pria itu semakin dekat. Semakin dekat. Lalu ia menyentuh ku.

"Ahhhhhhhhhh".

"Hei, kau kenapa?. Ini aku, balikan badan mu"

Dengan rasa takut yang masih menyelimuti pikiran ini, aku mencoba membalikan badan. Sembari perlahan – lahan aku membuka mata.

"Pelatih" Aku lalu memeluknya dengan sangat erat. "Akhirnya aku bisa bertemu dengan penduduk Galaksi Sextans disini. Tapi… tunggu dulu, sedang apa pelatih disini?"

" Lord Galaksi Sextans meminta ku untuk memberikan mu sebuah kekuatan baru"

"Kekuatan baru, apa maksudnya?" tanya ku dengan rasa penasaran.

"Pejamkan mata mu".

Aku memejamkan mata. Lalu pelatih menaruh tangannya ke dahi ku. Dan seketika keajaiban pun muncul….

…..

Cahaya Mentari merangkak masuk ke dalam kamar berukuran 4X6 meter yang aku tempati. Cahayanya yang menyilaukan mata membuat ku terbangun dari mimpi indah. Pikir ku semua itu hanya mimpi. Tapi nyatanya tidak. Pelatih memberikan ku sebuah kekuatan yang dimana diri ku bisa beradaptasi dengan penduduk bumi. Kekuatan itu juga memberikan aku pengetahuan tentang apa saja yang ada di Bumi. Mulai dari pakaian, makanan, hingga teknologi yang mereka gunakan.

Aku yang sebelumnya gagap akan kebiasaan penduduk Bumi, kini seolah telah terbiasa dan mampu beradaptasi. Bahkan pelatih telah mendaftarkan ku di sebuah SMA. Sebuah lemari baju lengkap dengan pakaian sekolah pun sudah tersedia.

Aku lalu bergegas menuju sekolah yang dituju. Entah mengapa pikiran ku seakan bisa bekerja dengan mudah, Aku bahkan dengan mudah menemukan lokasi sekolah tersebut. Sekolah paling bergengsi dan nomor satu. Disinilah petualangan yang sesungguhnya akan dimulai. Petualangan tentang menembus batas, menimbulkan kebencian serta memupus harapan perdamaian.

Di sekolah inilah aku akan mulai misi yang sesungguhnya. Misi yang akan membawa kehancuran bagi penduduk bumi…

….

Bel makan siang berbunyi, para siswa segera menuju kantin untuk makan siang. Tapi tidak dengan diriku yang masih melamun menatap langit biru dibawah pohon. Hari pertama di sekolah ini sudah membuat ku merasa sepi. Andai saja aku bisa memiliki teman, mungkin hari – hari di sini tidak akan sesunyi malam.

"Ken. Kau kah itu?".

"Leo". Aku dengan reflek memeluknya. Seraya ia adalah malaikat yang akan menemani hari – hari ku disini.

"Kau sekolah disini juga?"

"Ehm… Aku baru pindah"

Aku menatapnya. Senyumannya begitu manis. Aura wajahnya seakan membuat ku terbang ke langit ketujuh. Tapi… semua itu seakan sirna takala datang orang yang menjaga hatinya.

"Leo, ayo kita makan siang" Ia meraih tangan leo. Nampak seperti sepasang kekasih.

Dari kajauhan aku melihat dua insan manusia yang saling jatuh cinta. Cinta…apakah itu sebuah sihir. Pikiran ku mulai terbayang soal cinta. Bagi penduduk Galaksi Sextans, kami tidak pernah merasakan apa itu cinta. Bagi kami , kebencian adalah hal yang utama. Buat apa memiliki cinta jika pada akhirnya kau akan terluka. Buat apa memiliki cinta jika pada akhirnya kau akan menderita.

Manusia memang menganggap cinta adalah hal yang suci. Tak jarang, ia yang sedang di mabuk asmara, seolah merasakan bahwa dunia ini hanya milik mereka berdua.

Waktu telah menunjukan pukul 3 sore. Mentari pun sedikit meredupkan cahayanya. Beberapa anak – anak terlihat sedang bermain bola, dan sebagain pulang menuju rumah masing – masing. Sedangkan diri ku masih menatap dengan kebingungan apa yang harus aku lakukan.

Disaat aku sedang asyik melamun, tiba – tiba saja seseorang memegan pundak ku dari belakang.

"Tolonggggggg" Teriak ku.

"Ini aku" Pelatih langsung menutup mulut ku.

"Pelatih… sedang apa disini?"

"Ayo kita bicara"

Kami pun berjalan menuju area sekolah yang tidak terlalu ramai. Dibawah pohon pelatih menasihati ku tentang misi yang harus jalankan di muka bumi ini.

"Aku sedang berusaha, tapi…rasanya sulit"

"Aku tidak melihat kau berusaha. Aku hanya melihat kau sedang di mabuk asmara".

Aku memalingkan wajah ku. "Tidak, siapa yang sedang di mabuk asmara" ujar ku.

"Jika tidak, mengapa kau memalingkan wajah mu dari ku?"

"Jika tidak ada hal yang harus dibicarakan lagi, aku permisi". Aku pergi menjauh darinya.

"Tunggu" Pelatih meraih tangan ku.

Aku membalikan badan dan menatapnya.

"Ingat jika kau tak berhasil dalam misi ini, bukan hanya kau yang akan merasakan akibatnya, tapi juga penduduk yang lain"

"Maksudnya?".

Pelatih lalu menjelaskan pada ku terkait misi yang harus ku jalankan. Ia berkata bahwa apabila ada salah satu penyihir black yang diusir dan dihukum, namun ia gagal menjalankan misinya, maka yang akan menerima hukuman bukan hanya dirinya. Orang – orang disekitarnya juga akan merasakan hal demikian.

"Mengapa kau baru mengatakan ini sekarang" Tanya ku.

"Karena tadinya ku pikir, kau mampu menjalankan misi ini. Tapi nyatanya aku salah".

Aku tidak merasa keberatan jika harus dihukum lebih berat atas perbuatan yang telah aku lakukan. Tapi, melihat orang lain juga menderita karena perbuatan ku seakan aku adalah makhluk paling keji dan kejam.

Tidak… Aku tidak boleh lagi bersantai – santai. Aku tidak boleh hanyut dalam sebuah pusaran cinta. Aku pasti bisa menjalankan misi ini. Menjalankan tugas ku sebagai penyihir black yang terbuang. Setelah aku akan kembali ke Galaksi Sextans. Aku tidak akan terjebak di bumi ini.

Mulai besok aku akan mulai menjalankan misi ku. Akan ku buat sekolah ini penuh kebencian. Akan ku hancurkan cinta yang ada pada penduduk bumi dan ku ganti dengan kebencian. Tak akan ada tempat bagi mereka yang masih berharap cinta dan kasih sayang. Semua akan sirna dengan segera.

BERSAMBUNG…

avataravatar