5 PART 5 - HARI PERTAMA DI BUMI

Aku membuka mata perlahan – lahan, ku lihat sesosok pria berada dihadapan ku. Namun pandangan ku yang samar – samar tak bisa bisa melihat dengan jelas siapa pria itu. Aku mencoba membuka mata ini, namun rasanya sangat sulit. Semakin ku berusaha, hanya kesakitan yang aku rasakan.

….

Penantian yang tak pernah aku harapkan pun tiba. Lord Galaksi Sextans memanggil ku. Aku perlahan – lahan mendekatinya. Ia lalu membalikan badan dan menatap ku dengan sangat tajam. Layaknya sebuah pedang yang siap menebas apapun. Tubuh ku mulai gemetar. Ketakutan sudah tak bisa aku pendam lagi.

Ia mengarahkan tongkatnya kewajah ku. "Aku tak pernah menyangka, bahwa misi para penyihir black akan gagal dengan semudah ini". Ia meninggikan nada bicaranya " Dan kau!! Terjebak dalam asmara yang sangat gila!!".

" A…Aku tak mengerti, apa maksudnya?"

"Kau pikir aku bodoh". Ia mendekatkan wajahnya ke arah ku. "Kau jatuh cinta pada pangeran itu kan?"

"Tidak… Aku tidak memiliki perasaan padanya".

"Lihat ke arah sana". Lord Galaksi Sextans menujuk ke sebuah cermin. Cermin itu lalu menampakan kejadian di masa lalu. Kejadian disaat aku bertemu dengan Peter. Sebuah cahaya berwarna merah muda lalu mewarnai wajah ku.

" Kau tahu apa arti merah muda?".

Aku hanya terdiam, seolah berharap bisa menutupi segala kejadian yang telah terjadi.

" Merah muda bertanda kau sedang jatuh cinta. Aku selalu bisa mentoleransi segala kegagalan, tapi tidak untuk yang satu ini". Ia membentak dengan nada yang lebih keras " Kau sudah sangat keterlaluan!!".

"Aku tidak punya pilihan lain… Aku harus menghukum mu"

Aku berlutut, memohon ampun padanya,, tapi kemarahan Lord Galaksi Sextans jauh lebih besar. Ia tak peduli dengan rasa penyesalan yang aku utarakan.

"Sebagai hukumannya kau akan ku kirim ke Bumi"

"Ku mohon jangan kirim aku kesana"

"Kau hanya bisa kembali lagi disaat kau bisa melaksanakan tugas mu disana".

….

Setelah menerima keputusan dari Lord Galaksi Sextans aku mulai menyiapkan diri untuk pergi dari Galaksi ini. Meski sebenarnya aku pun tak tahu apakah di Bumi kehidupan akan jauh lebih baik atau tidak. Namun, hukuman ini tetap harus aku jalani, meski rasanya begitu berat.

Tangis air mata mewarnai perpisahan ku dengan pelatih. Orang yang selama ini mengajari ku tentang segalanya. Ialah yang mendidik ku hingga pada akhirnya aku bisa sampai sekarang.

"Jaga diri mu baik – baik, dan segera laksanakan misi mu disana".

Tanda tanya, itulah yang membayangi pikiran ku saat ini. Sebuah tanda tanya tentang kehidupan di Bumi. Aku tidak tahu apakah bumi adalah planet yang indah atau justru lebih buruk.

….

KEHIDUPAN BARU DI BUMI

Sudah satu minggu berlalu, sejak aku dihempaskan ke Bumi, akan tetapi aku belum bisa menjalakan misi yang diberikan. Bahkan aku tak tahu harus memulai dari mana dan bagaimana. Bumi benar – benar berbeda, orang – orang disini terlihat sangat aneh. Ku lihat mereka berbicara dengan sebuah benda berbentuk persegi panjang. Aku juga melihat beberapa benda melayang di atas langit – langit. Ha…apakah planet ini juga merupakan sekumpulan para panyihir. Tapi, aku tidak melihat mereka memakai tongkat sihir atau bisa melayang. Ya Tuhan, mengapa planet ini begitu aneh.

Aku terus berjalan mengikuti langkah kaki ini. Terik matahari yang begitu menyengkat membuat ku kepanasan. Aku lalu mencoba menggunakan kekuatan sihir ku, akan tetapi sama sekali tidak berfungsi di sini. Aku baru tersadar bahwa kekuatan sihir ku di Bumi tidak akan berfungsi. Kekuatan ini hanya akan berfungsi saat aku berniat membuat kebencian, selain daripada itu maka kekuatan yang aku miliki tidak akan berguna.

Teriknya matahari membuat diriku kelelahan. Pandangan mata ku mulai kabur, semua terasa gelap. Gelap… Seperti malam yang menyelimuti awan…

…..

"Kau sudah terbangun". Aku mulai membuka mata perlahan – lahan, menatap pria itu yang berada tepat dihadapan ku.

"Kau siapa?". Aku lalu terbangun dan mengangkat kepala ku dari bahunya.

Pria itu mengulurkan tangannya sembari tersenyum " Aku Leo". Aku pun membalas salamnya. Tangan pria itu begitu hangat. Ia seperti api yang hadir disaat musim dingin. Matanya begitu indah dan bersinar, layaknya bintang - bintang di angkasa. Senyumannya pun begitu manis, bahkan lebih manis dari secangkir sirup es marjan.

"Hai…Hai" Ia melambaikan tangannya ke arah ku.

"Maaf… Maaf"

"Siapa nama mu?"

"Nama ku…."

Bagaimana ini, aku tidak mungkin memberi tahu siapa nama ku sebenarnya. Mana mungkin ada penduduk bumi bernama Tardeo. Ayo berfikir, nama apa yang cocok ditelinga penduduk bumi.

"Nama ku kon"

"Ha?"

"Ah…Maksud ku, Ken. Ya Ken, itu nama ku".

"Lalu kau tinggal dimana, aku tak pernah melihat mu?"

Astaga, mau apa sih sebenarnya pria ini. Mengapa ia seperti dektektif, seolah – olah aku adalah tersangka dari kasus kejahatan.

"Aku baru pindah di kota ini".

….

Setelah berkenalan dengan Leo, ia mengajak ku untuk makan siang di salah satu restoran cepat saji. Saat kaki ku melangkah masuk ke dalam, aku dibuat terkejut takala melihat menu yang disajikan. Restoran itu menyajikan sayap dan paham ayam yang digoreng dengan tepung. Apakah penduduk bumi begitu menyeramkan, hingga mereka memakan hewan.

" Kau kenapa, seperti tak pernah memakan makanan ini saja?"

" Apakah tidak ada pilihan lain, selain hewan – hewan itu?" tanya ku dengan sangat polos.

"Hewan? Maksud mu ayam goreng?"

Aku menganggukan kepala.

" Kau tenang saja, makanan disini semuanya enak dan yang disajikan bukan hewan hidup. Tenang saja"

Bagi Leo penduduk Bumi memakan hewan seperti ayam mungkin tak mengapa, tapi bagi ku sebagai penduduk Galaksi Sextans tentu adalah hal yang aneh. Penduduk kami hampir tidak pernah memakan makanan yang bersumber dari hewan. Yang kami makan semua rata – rata adalah tumbuhan yang hidup di perkebunan yang kami tanam sendiri. Penduduk Galaksi Sextans memang sangat anti makanan yang berasal dari hewan, selain karena bukan kebiasan kami. Hal itu juga bertentangan dengan filosofi kehidupan penduduk Galaksi Sextans. Dimana kami menyakini bahwa hewan adalah salah satu makhluk hidup yang tidak boleh disakiti, dibunuh apalagi sampai dimakan.

"Aku minum saja… aku hanya haus". Aku mencoba tersenyum, seolah bisa menutupi kecanggungan yang aku alami.

….

Disaat kami sedang asyik menyantap makanan yang telah disajikan, aku mencoba berulang kali menggunakan kekuatan sihir ku. Namun, lagi dan lagi kekuatan itu seakan tak muncul. Apakah aku akan terjebak selamanya disini. Tidak… Tidak mungkin. Aku tidak boleh membiarkan diriku terjebak di Bumi. Aku pasti bisa, ayo berfikir.

Lalu aku teringat sebuah pesan yang diberikan oleh Lord Galaksi Sextans, bahwa kekuatan ku akan berfungsi disaat aku menggunakannya untuk menimbulkan kebencian diantara umat manusia. Lalu aku menggunakan kekuatan ku pada dua orang wanita yang tengah asyik duduk disebelah ku.

Seketika selah kekuatan itu aku hempaskan ke arah mereka, keributan seolah tak terhindarkan. Mereka saling mencanci, membenci bahkan menimbulkan keributan yang membuat mata seluruh pengujung restoran tersebut pada mereka.

Lalu sebuah angka satu muncul di jam yang aku kenangan. Jam yang diberikan oleh Galaksi Sextans ini adalah menandakan misi ku berhasil. Aku harus mencapai angka seribu sebelum tiga puluh hari , karena jika tidak, aku akan selamanya terjebak di Bumi.

Bersambung…

avataravatar
Next chapter