1 Ketika embun bertemu raksa

Perjalanan jauh dari desa ke kota memanglah melelahkan tapi rasa lelah itu kini tergantikan dengan pemandangan ibu kota yang menakjubkan, gedung pencakar langit yang tinggi dan tatanan lalu lintas yang rapih.

Selang dua jam kami sampai di rumah baru kami, iya betul sekali hari ini kami pindah ke kota. Ayah dan ibuku membuka perusahaan baru di kota sehingga masih membutuhkan pengawasan ketat dari mereka, mobil terparkir di halaman baru rumah kami.

Aku turun dari mobil dengan membawa semua barang-barang milikku, ayah membuka pintu rumah baru kami sambil memberitahu dimana letak kamar kami masing-masing. Aku menempati kamar paling luas di lantai dua dengan pemandangan yang indah di sore maupun pagi hari karena menampilkan cahaya indah dari sang mentari di pagi maupun sore hari dengan berlatarkan taman bunga yang tertata rapih dan terdapat berbagai macam jenis bunga disana.

Sepertinya aku akan betah tinggal disini, lama aku menikmati pemandangan yang disuguhkan oleh sang senja membuatku melupakan pekerjaanku untuk membereskan barang-barangku. Setelah semua rapih, aku merebahkan diri diatas tempat tidur yang sangatlah nyaman yang sedari tadi menunggu untuk kutempati.

Aku tertidur hingga ibu menghampiriku dan membangunkanku, setelah terbangun aku mengambil pakaian dan handuk lalu pergi ke kamar mandi membersihkan seluruh tubuhku yang lelah ini.

Tidak butuh waktu lama aku selesai mandi dan berganti pakaian, kini aku sedang menyisir rambutku kemudian aku turun ke bawah untuk makan malam bersama. Kami makan malam dengan begitu tenang tanpa ada pembicaraan ringan sedikit pun.

Makanan dipiring sudah habis, ayah membuka pembicaraan dengan membahas dimana nanti aku bersekolah, setelah tau jika nanti aku akan bersekolah di SMA Wijaya yang terkenal di seluruh Asia.

Aku senang bisa bersekolah di sana, berarti aku tidak boleh telat berangkat sekolah dihari pertamaku nanti. Aku berpamitan pada ayah dan ibu untuk pergi ke kamar dan tidur karena aku tidak ingin terlambat sekolah besok pagi.

Pagi pun tiba, aku sudah siap dengan pakaian seragam dan alat tulis yang kumasukkan ke dalam tas. Aku bangun sebelum matahari memperlihatkan cahayanya yang indah, aku turun ke bawah dan mulai sarapan pagi.

Hari ini aku berangkat sekolah di antar ayah, seperti dugaanku jalanan kota sangatlah padat, untung saja aku berangkat lebih pagi jadi tidak akan terlambat masuk sekolah. Mobil berhenti di depan pagar yang menjulang tinggi.

Aku turun dari mobil setelah berpamitan dengan ayah, aku menyapa pak satpam sekaligus menanyakan di mana letak ruangan kepala sekolah. Setelah mengikuti arahan yang diberitahu pak satpam, akhirnya aku sampai di ruangan kepala sekolah SMA Wijaya.

Ibu kepala sekolah menyambutku dengan ramah, aku membalas sapaannya dengan tersenyum sopan namun terlihat manis. Ibu kepala sekolah mulai menjelaskan tentang sekolah ini dengan detail, setelah menjelaskan semuanya beliau mengantarkan aku ke ruangan kelas yang nantinya aku tempati.

Diperjalanan aku melihat sesosok laki-laki seusiaku sedang berlari seperti dikejar seseorang, dia berlari tidak melihat ke depan hingga dia menabrak aku dan ibu kepala sekolah. Ibu kepala sekolah memasang wajah datar seakan sudah terbiasa dengan hal ini.

Tak berselang waktu lama ibu kepala sekolah berteriak

"RAKSAAAAAAAA......"

avataravatar
Next chapter