1 Prolog

masih pemula, kalau ada salah kata, harap maklum.

Happy reading♡

----------------------------------------

Namaku Lulu. Umur 17 Tahun.

Demi kakak kelas yang ku suka, akhirnya aku daftar ke SMA yang sama dengannya. Dan terima di SMA itu. Aku jalan sendirian sambil membawa peta sekolah yang ku dapat dari temen.

Karena kurang fokus sama jalan, aku nggak sengaja nabrak punggung cowo "liat-liat kalo jalan, kutu buku" bilangnya ketus. cowo itu bernama Vino. Dia cukup terkenal di kalangan cewe-cewe karena kegantengannya, tapi menurutku tidak menarik, karena aku lebih suka dengan kakak kelasku yang bernama Gavin itu. Hehe udah ngebooking dong.

"Maaf.." balas ku sambil malu kepada Vino, lalu Dia pergi tanpa sepatah katapun.

Apa yang ku percaya, apa yang ku harapkan. Pertemuan dan perasaan ku yang paling berarti. Semua bermula dari saat ini, di musim Bunga Primrose mulai bermekaran.

Dari sana terlihat temen ku yang tengah duduk di bangku taman sekolah, iya. Dia temen ku pas SMP dan sekarang SMA yang sama, Dia bernama Dita. Aku menghampirinya.

Aku langsung duduk di sebelahnya, "Lu, kamu tau nggak? Hasil polling cowo terganteng di sekolah udah keluar lho!" Tanyanya antusias dengan mata berbinar-binar. emang dasar jones ya gitu.

"namanya Vino, dia bahkan mengalahkan Kak Gavin". Sambungnya seraya melihat buku catatannya tersebut.

"Kelas X-5, tinggi badan 183 cm. Informasi kaya gini memang selalu berguna" terangnya.

Aku yang melihat temenku sibuk sendiri langsung tanya "buku catatan kamu tu isinya cuman gosip ya?". Jenuh aku dengernya.

Dita langsung menoleh "Belajar memang penting tapi kehidupan remaja nggak hanya soal itu! Semua orang pasti punya seseorang yang disuka. kamu juga pasti ada kan? Hehe" tanyanya dengan nada menggoda.

Ya jelas ada lah, tapi aku nggak mau ngomong-ngomong hehe "aku... nggak ada.. aku gak mau buang-buang waktu buat hal kayak gitu..." maafkan aku dit. "ohh!" jawabnya memalingkan wajahnya.

Tak sengaja Dita liat Kak Gavin "Eh! Bukannya itu Kak Gavin yang lagi main bulutangkis?" Tanyanya  berdiri  menyusul kesana.

"aku pergi kasih semangat dulu deh! Tolong jagain buku catatan aku ya Lu!" Huh! Kalau ada cowo ganteng lah sahabatnya sendiri dilupain. Sabar hayati ini.

Aku pun mengikuti arah Dita berlari, sebenarnya ingin juga kesana tapi "Dit, sebenarnya aku juga punya seseorang yang ku suka. Kak Gavin. Bisa ungkapin perasaan ku aja udah lebih dari cukup..." Cibirku yang tak didengar oleh Dita, seraya menatap Kak Gavin di Lapangan Bulutangkis.

Di atas pohon dekat denganku persis itu seperti ada bayangan orang, aku menoleh. Dan ternyata dia cowo yang tak sengaja ku tabrak dari pagi ini. Napa lagi sih?

"Woy, berisik banget sih.." lah! Napa ni anak! Aku aja cuman diem, napa ketus gitu.

"Kalau emang suka tinggal bilang aja. Jangan cuma bicara sendiri, ganggu tidur orang aja" peringatnya dengan tangan dilipatkan depan dada.

Ya otomatis aku malu, dia mendengar semua cibiranku dong 'sial, dia dengar semua'. Gerutuku sambil menutup mulut. Aku jawab tak kalah kesal ke dia.

"Aku....aku peringatkan ke kamu ya, jangan bilang hal ini ke siapapun, kalau nggak!..." peringatku dengan langkah mundur karena dia turun ke bawah.

Dia menatapku "kalau gak kenapa?" Tanyanya dengan mencondongkan tubuhnya ke mukaku.

"Kalau nggak... kalau nggak kamu nggak akan..... ah bodo!" Balasku bingung dan nyerah lalu diam saja.

Rahasia yang aku jaga selama 3 tahun. Malah mendadak ketahuan sama orang macam ini.

Gimana ini? Aku takut dia bilang ke siapa-siapa karna kelihatannya dia bukan orang baik-baik.

Dari samping, Dita datang "Lulu! aku kembali!" Teriaknya.

Ia kaget melihatku yang sedang bersama Vino. "Eh! Wah ada Vino. Kalian saling kenal ya?" Tanyanya curiga, gawat.

"Hm, dah" juteknya Vino dan langsung pergi sambil melambaikan tangan dan tersenyum.

'Cih. Bisa tersenyum juga toh' ketusku.

"Ah, dibandingin Kak Gavin yang ramah, aku lebih suka yang auranya agak nakal" pikirnya Dita.

Ni anak! Rakus amat sih!

"Orang kayak gitu buat apa disukai sih.." balasku mengerucutkan bibir.

Mendengar ada yang berteriak memanggil nama 'Kak Gavin!", aku menoleh 'Kapan aku bisa senyaman itu mengobrol dengannya?' Gumamku yang melihat cewe-cewe mengajak ngobrol Kak Gavin.

Pulang sekolah...

Aku pergi ke ruang melukis, dan mulai melukis dirinya dengan Kak Gavin. Ya aku memang sudah bisa melukis dari kecil, tapi tak diperbolehkan oleh orang tuaku.

aku berfikir sejenak dan mengingat ucapan mamaku beberapa hari yang lalu.

'Meskipun mama ingin aku masuk ke dunia musik, tapi sebenarnya aku lebih suka melukis. Karna belajar melukislah, aku bisa bertemu dengannya yang begitu lembut..'

Gumamku sambil mengingat hal itu. aku lanjutkan melukisku, dan selesai. menurutku bagus, bisa buat kenang-kenanganku dengannya.

                                                                 

                                                             

                                                                                       ***

tu baru bagian prolog lho. makasih yang udah baca ceritaku. awalnya tuh aku bikin cerita ini karna buat ngisi luangku saja, ya iseng aja gitu. dan ini termasuk Haluku haha. semoga kalian suka. jangan lupa VOTE + COMMENT pendapat kalian. sudah tau kan caranya?. VOTE di bagian bawah pojok kiri bacaan, COMMENT di sebelahnya VOTE. 

bantu promosi juga ya ke yang lain. kalian bisa kasih saran dan pendapat kalian di kolom komentar, makasih. 

update? tidak tentu, karna bisa jadi diundurkan kalau ada keperluan yang lain. 

avataravatar