9 Mengutarakan Perasaan

"Kamu mau makan dimana Nes?" tanya Adrian.

"Hmm, terserah kamu aja deh."

"Saya suka banget makan masakan Padang. Kamu mau ga?"

"Boleh. Aku juga suka."

"Yaudah kita makan di situ aja ya."

"Iya, Mas."

Lagi-lagi Nesya mau di ajak makan di rumah makan Padang. Ternyata Nesya itu orangnya penurut. Apa yang di bilang oleh Adrian pasti dia akan meng-iyakannya tanpa membantahnya sedikit pu. Itu semua semakin membuat Adrian yakin jika Nesya itu adalah sosok wanita yang dia cari selama ini.

Adrian tidak begitu tau tempat makan masakan Padang di sekitar pantai asuhan itu. Sehingga Adrian dan Nesya harus sambil melirik ke arah kanan dan kirinya untuk mencari rumah makan Padang.

"Itu Mas. Ada rumah masakan Padang," ucap Nesya memberi tahukan kepada Adrian.

"Oh iya. Kita makan di situ aja ya."

"Iya, Mas."

Akhirnya selama sekitar 5 menit Adrian dan Nesya mencari rumah masakan Padang, akhirnya kini ketemu juga. Rumah makan Padang kali ini tidak sebesar rumah makan Padang yang biasa Adrian kunjungi yang berada dekat dari kantor cabangnya. Namun Nesya tidak mempermasalahkan hal itu. Justru Nesya lah yang mengajaknya untuk makan di sana.

"Mba, Mba," panggila Adrian kepada salah satu pelayan yang ada di sana.

"Iya, Mas. Ada yang bisa saya bantu?"

"Saya mau ayam bakar sama nasi plus bumbu Padangnya ya. Sambal ijonya di banyakin. Minumnya es teh manis."

"Baik, Pak. Ada lagi?"

"Kamu mau makan apa Nesya?"

"Aku samain aja deh sama Mas Adrian."

"Yaudah berarti dua posi ya Mba semuanya."

"Baik. Mohon di tunggu Pak, Bu."

"Iya. Makasih."

Selama makanan di siapkan, Adrian berusaha untuk membuka topik pembicaraan diantara mereka berdua. Sebenarnya Adrian ingin mengajak Nssya untuk ke jenjang selanjutnya yang lebih serius.

" Nesya. Saya mau ngomong sesuatu boleh?" tanya Adrian dengan sedikit takut.

"Boleh. Ada apa ya Mas?"

"Kamu itu sekarang masih single atau udah punya calon? Maaf kalo saya nanya seperti ini."

"Iya, ga apa-apa kok Mas. Aku masih single. Aku belum ada calon. Yaa aku tau pasti karena aku itu cewek kampung yang cuma bisa masak masakan kampung doang."

"Kok malah bicara seperti itu si? Kalo saya suka sama kamu gimana?"

"Engga. Ga mungkin. Pasti tipe wanita idaman kamu itu yang cantik, mulus, dan juga sederajat sama kamu."

"Engga. Saya ga pernah mandang seseorang itu dari hartanya. Bukan karena wajah juga. Yang saya liat itu adalah sikap dan hatinya. Dan menurut saya, kamu itu adalah wanita yang baik."

"Dari mana Mas Adrian tau kalo aku itu wanita yang baik? Kan kita juga baru sehari ketemu."

"Terbukti dari sikap-sikap kamu selama ini. Sikap kamu yang perhatian ke saya, sikap kamu yang gampang akrab sama anak-anak, dan sikap kamu yang sederhana membuat saya yakin kalo kamu itu wanita yang saya cari selama ini."

"Aku bersyukur kalo Mas Adrian berpikir seperti itu. Tapi lebih baik kamu pikir-pikir lagi deh Mas buat dekat-dekat sama aku."

"Udah, kamu jangan terlalu banyak berpikiran yang engga-engga. Apa kamu ga mau ya sama saya?"

"Bukan. Bukan gitu Mas. Aku merasa ga pantas aja buat Mas Adrian."

"Udah, udah. Saya mau tanya. Boleh ga kalo saya ketemu sama orangtua kamu?"

"Orangtua aku udah pisah sejak aku kecil Mas. Dan Ayah aku udah nikah lagi. Sekarang aku ga tau dia dimana. Sedangkan Mamah aku udah meninggal setahun yang lalu. Aku sekarang cuma punya seorang kakak. Dia juga udah menikah, udah punya keluarga baru."

"Maaf ya Nesya, saya ga tau. Kalo gitu saya ketemu sama kakak kamu gimana? Bisa? Minggu depan bisa? Soalnya kalo minggu ini saya masih ada keperluan lain."

"Kalo Mas Adrian mau, aku si ga apa-apa. Nanti aku bilang ke kakak aku ya."

"Oke kalo gitu. Nanti aku tunggu kabar baiknya ya."

"Iya, Mas. Tapi aku ga enak juga deh sama Caca. Dia itu kan yang udah mempertemukan aku sama kamu. Kalo dia tau, pasti dia marah banget sama aku. Apa lagi kayanya Caca itu juga suka sama kamu deh Mas."

"Kalo masalah itu si gampang. Kamu ga usah khawatir. Saya yakin pasti Caca juga ngertiin kita kok. Karena yang namanya cinta itu kan ga bisa di paksain."

"Iya si Mas."

"Yaudah, kamu tenang aja ya. Nanti biar saya yang bicara sama Caca."

"Iya Mas kalo emang baiknya seperti itu."

Tidak lama kemudian pelayan tadi kembali lagi ke meja makan Adrian dan Nesya.

"Permisi. Makanannya udah siap."

"Wahh, pas banget. Makasih ya Mba," ucap Adrian.

"Sama-sama Pak. Kalo gitu saya permisi dulu ya Pak, Bu. Selamat menikmati."

"Iya Mba, makasih."

Kini Adrian dan Nesya menikmati makanan yang sudah di pesannya. Addian terus memandangi wajah Nesya yang sedang makan siang. Nesya itu terlihat tampak cantik. Walaupun sebenarnya masih lebih cantik Caca dibandingkan dengan Nesya, tetapi karena kebaikan hati Nesya membuat dirinya tampak cantik dari dalam hatinya.

"Kamu kenapa Mas? Kok liatin aku kaya gitu banget," tanya Nesya.

"Saya beruntung bisa ketemu sama kamu. Saya harus bilang makasih ke Caca karena udah ajak kamu ke restoran waktu itu."

"Hehe, bisa aja. Aku juga beruntung bisa ketemu sama Mas Adrian. Makasih ya Mas, kamu udah baik banget sama aku."

"Iya Nesya. Yaudah di lanjut makannya. Nanti habis ini aku antar kamu pulang ke rumah ya."

"Iya, Mas."

Adrian dan Nesya pun melanjutkan makan siangnya. Setelah itu Adrian akan mengantarkan Nesya untuk pulang ke rumahnya.

*****

Singkat cerita, kini Adrian dan Nesya sudah tiba di depan rumah Nesya.

"Makasih ya Mas udah nganterin aku pulang," ucap Nesya.

"Iya, sama-sama Nesya. Kalo gitu saya pamit pulang dulu ya. Nanti kabarin saya tentang kakak kamu. Kakak kamu mau terima kedatangan saya nanti atau tidak."

"Iya, Mas. Nanti aku kabarin."

"Saya pamit dulu ya."

"Iya, Mas. Hati-hati."

Setelah mengantarkan Nesya pulang sampai ke rumahnya, Adrian langsung pamit pulang ke rumahnya. Adrian tidak mau berlama-lama di rumah seorang wanita yang di dalamnya hanya tinggal seorang sendiri. Takut terjadi fitnah yang tidak-tidak diantara mereka berdua.

Namun ternyata Adrian tidak langsung pulang ke rumahnya, tetapi Adrian memutuskan untuk bertemu dengan Eric sahabatnya. Sebelumnya Adrian juga sudah janjian dengan Eric jika mereka berdua akan bertemu di rumah Eric. Dan kini Adrian sudah tiba di rumah Eric.

"Hallo bro. Wess, tumben nih dateng ke rumah gua. Ada apa nih?" tanya Eric.

"Gua mau bicarain sesuatu sama lu."

"Eh, ada Mas Adrian," sapa istri Eric yang kebetulan kenal baik juga dengan Adrian.

"Iya nih. Gimana kabar? Anak juga gimana?"

"Alhamdulillah baik-baik aja. Kamu gimana?"

"Alhamdulillah baik juga."

"Alhamdulillah. Yaudah silahkan di lanjut ngobrolnya. Aku bikinin minuman dulu ya."

"Iya, makasih."

Kemduian istri Eric pergi ke dapur untuk membuat minuman untum Adrian. Sedangkan Adrian dan Eric lanjut mengobrol-ngobrol di depan rumah Eric.

"Jadi gimana nih? Lu mau ngomong apa? Kayanya serius banget nih," tanya Eric kembali.

"Iya, gua mau ngomongin masalah tentang Nesya "

"Nesya? Kenapa lagi si Nesya? Lu udah dapetin nomor telepon dia kan?"

-TBC-

avataravatar
Next chapter