3 Kesederhanaan Adrian

Adrian dan Eric memutuskan untuk makan siang bersama. Sekaligus untuk merayakan keberhasilan meeting mereka yang sukses pada hari ini.

"Lu aja bro yang nyetir, gua lagi malas nyetir," perintah Adrian.

"Siap. Lu mau kemana juga gua anterin, haha. Eh tapi kita emang mau makan dimana nih?"

"Gua mau makan di Padang aja. Lu mau ga?"

"Padang?"

"Iya. Ga mau ya lu?"

"Jauh banget di Padang. Kita besok harus kerja lagi loh, haha."

"Yehh, maksud gua makan nasi Padang."

"Ohh gitu. Nah gitu dong. Kan jelas, haha. Ayo dah, berangkat."

Kini Adrian dan Eric pun pergi ke rumah makan masakan Padang langganan mereka. Sebenarnya Adrian memang lebih sering mengajak Eric makan di rumah makan masakan Padang daripada di restoran mewah lainnya. Bukan karena Adrian itu pelit, tetapi karena Adrian walaupun kehidupannya mewah, dia tetap hidup dengan sederhana. Tidak pernah hidupnya terlalu berlebih-lebihan. Walaupun sebenarnya dia mampu untuk bergaya mewah di setiap saat.

Tidak jauh dari kantor cabang Adrian yang berada di Jakarta Pusat, Adrian dan Eric kini sudah sampai di rumah makan masakan Padang langganan mereka. Adrian memesan makanan yang biasa dia pesan di sana. Bahkan pelayannya saja sampai hafal dengan pesanan Adrian. Saking seringnya Adrian datang ke sana.

"Mas." Panggil Adrian kepada salah satu pelayan yang berada di rumah makan masakan Padang itu.

"Iya, Mas. Pasti ayam bakarnya sama otak pakai nasi plus bumbu Padangnya. Sambal hijaunya di banyakin?"

"Betul. Hafal loh udah Mas nya, haha."

"Sesering itu ya lu makan di sini. Kapan aja? Kok gua jarang di ajak ke sini si? Haha," tanya Eric.

"Ya emang ini tempat makan gua sehari-hari si. Walaupun ga setiap hari banget. Yaudah lu mau pesan apa itu?"

"Sama deh sama ayam bakar juga, tapi ga usah pake otak ya, Mas."

"Emang lu mah ga punya otak," jawab Adrian secara asal.

"Yehh, ledekin gua mulu lu. Iya, itu aja ya Mas."

"Baik, Pak. Di tunggu sebentar ya. Permisi."

"Iya, makasih Mas."

Pelayan itu kembali pergi ke belakang untuk menyiapkan semua pesanna Adrian dan Eric.

"Yan, gua mau tanya deh."

"Tanya apa?"

"Sorry nih ya. Lu itu kan yaa orang ada lah. Kenapa si lu itu kok kaya ga terlihat orang kaya gitu. Penampilan lu sehari-hari bisa-bisa aja. Palingan cuma kalo lagi di kantor doang. Dan itu pun kalo lagi meeting penting doang. Makan lu juga di pinggiran jalan biasa kaya gini. Kenapa tuh?"

"Gua si dari kecil emang di didik sama bokap dan nyokap gua itu buat ngehargain sesuatu sekecil apapun. Apa lagi kan bokap gua itu udah ngebangun semua ini dengan waktu yang lama dan sulit. Dan setelah semuanya sukses, masa iya gua cuma ngabisin harta bokap gua gitu aja. Kan ga mungkin. Gua mau peninggalan bokap gua ini bermanfaat buat orang lain juga."

"Gila si. Salut banget gua punya sahabat kaya lu. Gua juga makasih banget sama lu. Karena lu, gua jadi bisa punya kerjaan enak kaya gini. Gua jadi bisa ngehidupin keluarga kecil gua."

"Iya bro, sama-sama. Selagi gua bisa bantu, pasti bakalan gua bantu."

"Tapi, btw lu kapan nih nikahnya? Udah 23 mau 24 tahun masa masih jomblo aja si lu, haha."

"Umur segini tuh masih muda kali. Gua pingin nikah umur 25 tahun aja deh. Lagian gua juga belum punya calon. Lagi ga sempat buat mikirin gituan dulu gua."

"Ya tapi masa iya si bro lu hidup sendirian terus kaya gini. Lu juga butuh pendamping hidup lah. Kalo masalah calon tenang aja. Gua punya teman cewek banyak. Mau gua kenalin ga lu?"

"Iya, nanti aja. Gampang itu mah."

"Permisi."

"Tapi, Yan."

"Sttt, udah. Tuh Mas nya udah datang lagi. Pesanan kita udah jadi. Mending sekarang kita makan aja."

"Pesanannya sudah sesuai ya Pak."

"Iya, Mas. Makasih ya."

"Sama-sama. Selamat menikmati. Saya permisi dulu."

"Iya."

Sekarang Adrian dan Eric sedang makan masakan Padang berdua. Padahal tadi itu Eric sedang membahas masa depannya, tetapi Adrian sepertinya belum peduli dengan masalah percintaan dahulu untuk saat ini.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk mereka makan berdua. Hanya sekitar 30 menit mereka semua sudah mampu menghabiskan semua makanan yang di pesannya. Itu juga sambil mengobrol sekali-kali. Jika tidak, mungkin hanya 10 menit mereka berdua mampu menghabiskan makanannya.

"Udah nih, balik yu," ajak Adrian.

"Langsung balik nih?"

"Ya iya lah Eic... Emangnya lu mau kemana lagi? Besok kan kita juga kerja. Lagian ingat tuh anak sama istri lu di rumah, haha. Lu mau takeaway makanan ga buat istri lu gitu? Kalo buat anak lu mah ga mungkin, kan masih bayi, haha."

"Seriusan nih boleh?"

"Iya, pesan aja."

"Oke, thanks bro. Mas, saya pesan satu lagi ya, tapi di bungkus."

"Baik Pak."

Walaupun Adrian hidup sederhana, tetapi Adrian itu memiliki jiwa yang sangat loyal kepada banyak orang. Apalagi kepada orang terdekatnya. Dia sangat peduli dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Bahkan, Adrian sering berkorban hanya untuk kebahagiaan orang yang dia sayang.

Setelah Eric memesan makanan Padang untuk istrinya, kini Eric dan Adrian akan pulang ke rumahnya masing-masing. Adrian mengantarkan Eric terlebih dahulu untuk kembali ke kantor cabangnya. Karena Eric harus mengambil mobil miliknya. Setelah itu Adrian akan pulang ke rumahnya.

"Yaudah gua balik duluan ya," ucap Adrian.

"Oke, thanks ya bro."

"Sama-sama. Hati-hati lu."

"Yoi. Lu juga."

******

Hari sudah mulai gelap. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam sore. Keadaan lalu lintas juga semakin padat. Karena jam-jam segini itu adalah jam-jam orang keluar kantor atau pualng kerja. Apa lagi Adrian membawa mobil. Sudah pasti Adrian akan terjebak macet kali ini.

Sambil menikmati kemacetan, Adrian menikmatinya dengan cara mendengarkan musik yang ada di dalam mobil miliknya. Sesekali Adrian juga melirik ke arah jalanan. Ketika Adilrian menoleh ke arah jendela, Adrian melihat ada seorang kakek yang sedang berjualan pisang di pinggir jalan. Kebetulan sekali lampu lalu lintas sedang berwarna merah sehingga Adrian bisa turun sebentar dari mobilnya dan dapat membantu kakek tua itu.

"Ya ampun. Kasihan banget. Gua ga kebayang kalo itu adalah bokap atau kakek gua sendiri. Lagian anak atau cucunya ga ada yang peduli apa ya. Gua harus nolong kakek itu," ucap Adrian di dalam hatinya.

Kemudian setelah itu Adrian turun dari dalam mobilnya dan memanggil kakek tua itu. Sepertinya kali ini Adrian akan membantu kakek itu seperti Adrian membantu orang-orang yang sedang kesusahan lainnya selama ini.

-TBC-

avataravatar
Next chapter