15 Hampir Terbongkar

Sekarang ini Adrian sudah berada di kantor utamanya. Adrian akan kembali melakukan aktivitas seperti biasanya. Karena hari ini adalah hari Senin. Sehingga Adrian harus kembali bekerja dan meneruskan semua usaha milik Ayahnya.

"Wiss, yang lagi dekat sama cewek mukanya berseri-seri banget, haha," ledek Eric kepada Adrian.

"Yang ada gua lagi kepikiran sama Nesya," jawab Adrian dengan wajah yang sedikit cemas.

"Kepikiran sama Nesya? Emang dia kenapa sekarang?"

"Semalam gua kan telepon dia. Terus katanya dia lagi di rumah kakaknya. Soalnya kakaknya telepon dia suruh ke rumah. Dan ternyata kakaknya itu sakit, tapi dia ga bisa di bawa ke rumah sakit karena mereka ga punya uang. Gua jadi kepikiran mereka dari semalam sampai sekarang," jelas Adrian.

"Itu benaran sakit kakaknya Nesya?"

"Maksud lu? Dia bohongin gua gitu?"

"Engga. Bukan. Bukan gitu maksud gua. Coba deh lu jengukkin dia kalo emang lu kepikiran terus sama dia. Takutnya juga mereka kenapa-kenapa kan."

"Iya. Gua juga maunya gitu. Tapi gua belum sempat nelepon dia lagi. Nanti deh jam istirahat gua telepon dia."

"Yaudah. Mending sekarang lu fokus kerja dulu aja. Lagian lu kerja kan buat masa depan lu sama Nesya. Asik, haha."

"Selalu ya lu ledekin gua terus."

"Haha. Yaudah kalo gitu gua balik dulu ke ruangan gua."

"Iya."

Kemudian Adrian dan Eric kembali ke ruangannya masing-masing untuk melanjutkan pekrjaannya di kantor. Masalah Nesya, Adrian akan mengatasinya di jam istirahat kantor nanti.

*****

Kini waktu jam istirahat telah tiba. Namun saking fokusnya dengan kerjaan, sampai-sampai Adrian lupa jika sekarang ini sudah waktunya jam istirahat. Untung saja ada Eric, sahabat yang selalu setia mengingatkan Adrian dalam hal apapun itu.

"Bro. Ayo makan. Udah jam istirahat nih. Masih aja kerja lu. Nanti lu sakit aja," ucap Eric untuk mengingatkan Adrian supaya dia makan siang kali ini.

"Oh iya. Udah jam 12 ya. Yaudah yu makan."

Adrian pun segera menutup laptopnya dan meninggalkan pekerjaannya sejenak untuk makan siang.

"Mau makan apa nih siang ini?" tanya Eri.

"Apa aja deh. Makan di kantin kantor aja yu. Gua lagi malas ke luar."

"Yaudah. Oke."

Adrian dan Eric memutuskan untuk makan di kantin kantor. Kantin di kantor Adrian itu juga cukup bagus. Bukan seperti kantin-kantin yang ada di sekolahan. Kantin di kantor tersebut sangat bagus, rapih, dan juga bersih. Makanannya pun juga sangat nikmat. Banyak berbagai macam pilihan makanan yang di sediakan di sana. Itu semua sengaja di buat oleh Ayah Adrian waktu itu karena Ayah Adrian ingin jika karyawannya dapat menikmati makan siangnya tanpa terburu-buru akibat jarak yang harus di tempuh itu jauh dari kantor menuju ke tempat makan.

"Mau makan apa lu Yan?" tanya Eric.

"Gua mau makan sama ayam goreng dan capcai bakso aja. Minumnya es jeruk."

"Oke. Sebentar."

Eric memesankan makanan untuk Adrian. Biar bagaimana pun Adrian itu adalah atasannya Eric saat dia sedang berada di lingkungan kantor. Sehingga Eric harus tetap bisa menghormati Adrian.

Sambil menunggu Eric memesan makanan, Addian memutuskan untuk menelepon Nesya untuk menanyakan kabar kakaknya yang katanya semalam itu sedang sakit.

"Hallo, Nesya. Lagi dimana?" tanya Adrian melalui saluran telepon.

"Lagi kerja, Mas. Kenapa ya Mas?"

"Loh, udah kerja? Kamu ga temanin kakak kamu dulu? Emang dia udah ga kenapa-kenapa?"

"Iya, Mas. Tadinya aku mau temanin dia, tapi kata dia ga apa-apa. Lagi pula aku kan juga harus kerja. Kalo engga nanti gimana nasib aku. Kakak aku juga ga sakit parah kok Mas. Oh iya. Sisa uang yang Mas kasih ke aku masih banyak sisanya. Aku balikin aja ya?"

"Oh gitu. Syukur deh kalo gitu. Takutnya kakak kamu kenapa-kenapa. Masalah uang kamu tenang aja. Saya ga masalahin itu kok. Sisanya bisa kamu beliin makanan aja ya buat kakak kamu dan kamu. Kakak kamu kan lagi sakit, harus makan makanan yang bergizi."

"Iya, Mas. Nanti aku beliin dan masakin dia makanan yang bergizi. Makasih banyak ya Mas."

"Iya. Sama-sama. Kamu pulang kantor jam berapa?"

"Jam lima. Kenapa Mas?"

"Saya jemput aja ya. Sekalian saya mau jengukkin kakak kamu."

"Rumah kakak aku itu jauh banget Mas dari tempat tinggal aku. Nanti kamu kecapean lagi. Kan seharian ini kamu udah kerja. Pasti cape kan."

"Engg kok. Yaudah nanti saya jemput ya. Jangan kemana-mana. Nanti saya kabarin lagi. Kamu juga jangan lupa makan supaya ga sakit."

"I... Iya, Mas. Makasih Mas."

Tidak lama kemudian Eric pun datang dengan mambawa makanan dan minuman yang sudah di pesan oleh Adrian dan Eric sendiri.

"Abis teleponan sama siapa lu? Nesya?" tanya Eric.

"Iya."

"Terus gimana kakaknya?"

"Katanya si ga apa-apa. Jadi dia ga di rawat di rumah sakit. Ada di rumah. Nanti pulang dari kantor gua mau jemput Nesya, terus ke rumah kakaknya. Lu temanin gua ya."

"Oh gitu. Oke, siap. Tenang aja, gua bakalan temanin lu kemana pun lu pergi, haha."

"Haha, thanks bro."

"Yoi."

Kemudian setelah itu Adrian dan Eric makan siang bersama di kantin yang berada di dalam kantornya. Setelah itu mereka berdua kembali ke ruangannya masing-masing untuk melanjutkan pekerjannya yang sempat tertunda sebentar.

*****

Sementara itu, Nesya yang baru saja menerima telepon dari Adrian merasa ketakutan dan panik. Nesya takut jika kebohongannya itu terbongkar oleh Adrian. Biar bagaimana pun, suami kakaknya itu pasti nanti akan membocorkan masalah itu semua kepada Adrian. Kemudian Nesya akhirnya menelepon kakaknya untuk meminta bantuan kepadanya.

"Hallo. Kak. Lu dimana?"

"Di rumah lah. Dimana lagi emangnya. Kenapa si emang? Panik banget suara lu."

"Iya nih gawat kak, gawat."

"Gawat kenapa si?"

"Gawat. Mas Adrian mau datang ke rumah lu buat jengukkin lu katanya. Soalnya tadi dia mau jengguk ke rumah sakit, tapi gua bilang kalo lu itu ga kenapa-kenapa, makanya cuma di rawat di rumah aja."

"Ya terus kenapa? Gua bisa kok akting pura-pura sakit. Udah, lu tenang aja pokoknya. Ga bakalan ketauan sama Adrian."

"Bukan itu masalahnya kak. Kan suami lu tau nih kalo kita udah manfaatin Mas Adrian. Gua takutnya dia bocorin semuanya gimana?"

"Oh iya. Gimana ya."

"Nah kan. Gimana dong. Gua panik nih."

"Udah lu tenang aja. Suami gua biar gua aja yang ngrus. Lu tenang aja."

"Benar nih ya? Jangan sampai belum apa-apa tapi kita udah ketauan duluan tentang semua rencana kita."

"Iya. Tenang aja pokoknya."

"Yaudah kalo gitu gua percaya sama lu. Gua mau lanjutin kerja dulu. Tahnks kak. Bye."

"Oke. Bye."

Setelah menelepon kakaknya, Nesya merasa sedikit lega karena akhirnya kakaknya itu mau membantunya supaya niat jahat dirinya tidak bocor ke telinga Adrian. Kemudian Nesya pun melanjutkan pekerjannya dengan penuh rasa khawatir. Khwatir jika rencana kakaknya itu akan gagal untuk menutup mulut suaminya.

-TBC-

avataravatar
Next chapter