1 LIW 20: "Who?"

"Hai, sayang!"

Mieyon yang sedari tadi hanya diam melonggo mendadak berteriak heboh ketika melihat sosok pemuda dan rupawan dihadapannya;

"Pangeran! Maksudku--Kim Taehyung!? "

Seru Mieyon tidak percaya.

Tampan sekali sialan! Batinnya dalam hati.

Kim Taehyung--pemuda yang telah merubah penampilannya itu hanya terkekeh pelan, melihat reaksi Mieyon. Dia berjalan santai dengan postur tubuh yang sempurna dibalik setelan mahal itu. Tepat seperti model berjalan diatas cat walk dimata semua pelanggan kafe.

Taehyung langsung mengambil tempat duduk disebelah Rose dan memeluk bahu gadis itu lembut.

Taehyung menatap Rose dengan ekspresi sedih yang dibuat-buat, sehingga ia berdecih jengkel melihat tingkah pemuda berambut hitam disampingnya.

"Kau tidak membalas sapaan ku!"

Rajuknya bak anak kecil.

Menggelikan.

Rose menyrengit jijik sebelum menyentil kening Taehyung dengan keras.

Takk!

"Menjauh dariku bodoh! Aku bukan pacar mu!"

"Tidak mau!"

Yah, Kim Taehyung memang keras kepala. Perlu usaha ekstra untuk mengalahkan sifat batu nya itu.

"Bagaimana jika tunangan mu melihat kita berdua!? Menjauh! Ugh!"

Rose mencubit pinggang Taehyung sambil mendorong tubuh nya berkali-kali.

Melihat Rose yang mulai kesal, Taehyung terkekeh pelan sebelum melepas gadis itu.

"Ia, ia maaf. Kau sih semakin hari semakin cantik saja. Lagipula, tunangan ku tidak akan marah kok. "

"Dasar brengsek!"

Mieyon yang sedari tadi diam, hanya bisa mendengus jengah melihat drama picisan didepannya.

Benar-benar tidak tau tempat! Batin Mieyon kesal. Jika sudah begini dia merindukan kekasih beruang nya.

Masih ingat suga?

Rose mengacuhkan Taehyung yang sedari tadi berceloteh ria disamping nya tentang liburan pemuda itu di Los Angeles. Tidak ada satupun informasi yang masuk ke telinga Rose kecuali, bertemu gadis-gadis western yang seksi dan bersenang-senang di pub.

Kau sudah jadi brengsek, heh? Kim Taehyung?

Krring!

"Dan kau tau aku membeli--eh! Hyung!?" Mendadak Taehyung mengalihkan atensinya dari Rose ke seseorang yang baru saja memasuki kafe.

Taehyung sangat mengenal dengan jelas siapa sosok memakai Hoodie hitam itu.

"Yoongi-hyung! Disini! Masih kosong!"

Seru Taehyung sambil tersenyum lebar. Ia sempat melambaikan tangan nya seperti anak kecil yang mana membuat Rose lantas menunduk malu.

Iya, karena Taehyung mereka jadi pusat perhatian. Salahkan Kim Taehyung yang tiba-tiba berubah hiperaktif ini.

Seseorang yang bernama Yoongi itu berjalan ke meja yang ditempati sahabatnya sebelum memutuskan untuk duduk disebelah Mieyon. Dapat dilihat Mieyon terlihat canggung saat pemuda berwajah flat tersebut duduk disebelahnya.

Merasa familiar, Rose mencoba mengingat-ingat wajah didepannya.

Sosoknya tidak asing. Tapi siapa yah?

"Kenalkan Hyung, ini Rose. Cinta pertamaku, "

Kata Taehyung dengan bangganya. Bahkan ia sampai tersenyum lebar yang mana membuat beberapa gadis-gadis disekitar terpesona; minim Mieyon dan Rose.

"Cinta pertama? Kenapa bukan cinta terakhir?"

Nah, kan. Mulai lagi. Batin Taehyung kesal.

"Karena dia tidak mencintaiku. Dia mencintai si bantet itu. Cih!"

Melihat raut wajah cemberut Taehyung, Yoongi menyrengit jijik.

"Kau pikir kau sempurna? Manusia labil, brengsek, idiot seperti mu mau dibanggakan dibagian mana?"

Duh.

Bukan untuk Rose ataupun Mieyon sih.

Tapi, kenapa mereka berdua merasa sakit yah?

"Hyung!"

Rose hanya bisa diam melihat kedua orang yang adu cekcok itu. Dia lebih memilih untuk memperhatikan Mieyon yang sepertinya nampak murung.

"Kau tidak apa-apa?"

Tanya Rose khawatir dan jawaban yang didapat adalah gelengan kepala dari Mieyon.

"Aku ingin pulang saja."

Mieyon langsung mengambil tas miliknya dan menyampirkan benda tersebut dibahunya.

Lah, kenapa anak itu?

Rose bengong ditempat melihat perubahaan mood Mieyon. Perasaan dia tadi kelihatan bahagia, kenapa sekarang seperti ini?

Baru saja Mieyon berbalik, seseorang sudah menahan lengannya.

"Hyung, apa yang kau lakukan?"

Yoongi mengacuhkan Taehyung dan lebih memilih untuk menarik tubuh Mieyon sebelum memeluknya hangat.

Eh!

Otomatis Taehyung dan Rose shok melihat kejadian didepan mereka. Lebih dari itu, yang paling terkejut Taehyung. Sejak kapan si mulut beracun memeluk seorang gadis?

Apalagi, Yoongi itu tipikal pemuda dingin tak berperasaan.

Habis kau Kim Taehyung jika Yoongi mendengarnya dari mulutmu.

"Kau marah?"

Tanya Yoongi yang sepertinya tertuju untuk Mieyon.

Mendengar ucapan Yoongi, Mieyon memutar kedua bola matanya malas, "Menurut mu? Mengacuhkan ku, apa aku tidak akan marah?"

Tiba-tiba Yoongi tertawa pelan yang mana membuat Taehyung lebih dari shok.

"Jangan marah sayang. Aku hanya bercanda, dan Taehyung berhenti membuat wajah jelek seperti itu--"Yoongi menatap sinis ke arah Taehyung sebelum beralih merubah pandangan nya menjadi ramah ke Rose, "--Aku Min Yoongi, kekasih Mieyon yang mungkin sering kau dengar sebagai suga."

❄❄❄

Rose mengutak-atik ponselnya sambil sesekali tersenyum kecil. Dia baru saja mengirim pesan ke Lisa yang sekarang ada di Amerika dan sedang berkerja sebagai choreographer disebuah dance club Black Label.

Bisa dibilang, Lisa nya sudah menjadi populer.

Juga, semenjak Rose mengetahui Min Yoongi sahabat Taehyung adalah kekasih Mieyon. Rose pura-pura marah sampai Mieyon hampir benar-benar menangis tadi.

Ck, Rose juga sudah mulai jadi iseng.

Cukup lama dia sibuk dengan ponselnya, tiba-tiba seorang wanita menepuk pundaknya.

"Permisi nona, ini ada bunga untukmu, "

Ucap wanita paruh baya itu sambil menyerahkan setangkai mawar putih beserta surat.

"Hah? Untukku? Oh, terimakasih."

Rose mengambil bunga mawar yang terlihat masih segar itu sebelum menciumnya. Ahh, Rose suka wanginya, benar-benar sebuah terapi tersendiri untuknya.

"Apa ini--surat?"

Karena rasa penasaran, Rose membuka surat itu dan membacanya.

Ikuti setangkai bunga mawar itu, maka kau akan bertemu dengan ku yang ku rindukan.

"Hah? Apa maksudnya? "

Rose menyrengit heran dan memutuskan untuk mengikuti petunjuk itu.

Dia bangkit dari bangku taman, sebelum merapatkan mantel karena salju semakin lama semakin banyak berhamburan.

Dia menatap setangkai bunga yang terkiat di sepanjang tiang lampu dan terus mengikuti kemana bunga itu membawanya. Cukup lama dia berjalan, tanpa Rose sadari dia sudah berada di dekat pohon natal yang sangat besar.

Anehnya tidak ada orang disini, padahal ini sudah tanggal 25 Desember yang artinya tempat seperti ini akan ramai karena sebuah festival natal.

Siuung!

Duarr!!!

"Omo!"

Rose tersentak kaget saat sebuah kembang api meluncur ke atas langit dan meledak dengan indah disana. Untung saja badai saljunya sudah berhenti, jadi Rose dapat melihat dengan jelas pemandangan indah ini.

Namun--

"Will You Be Mine?"

--Rose mendelik membaca tulisan dilangit itu.

Apa maksud semua ini?

Seketika pandangan Rose gelap karena ditutupi oleh Sepasang tangan yang entah milik siapa.

Rose kembali tersentak kaget karena tindakan dari sosok misterius tersebut.

"Siapa kau?"

"..."

Merasa tidak ada jawaban, Rose mencoba melepas paksa tangan itu tapi nihil.

Deg.

Aneh lagi, jantung Rose berdetak tidak karuan sekarang. Bukan detakan ketakutan, melainkan detakan--entahlah, rasanya sudah lama detakan ini tidak terjadi lagi.

Karena Rose jelas ingat kepada siapa dia merasa seperti ini.

"Ji-Jimin?"

Nama refleks itu meluncur dari bibir mungilnya . Bolehkah, Rose berharap orang yang menutup matanya ini adalah Jimin?

Semua terjadi begitu cepat, kedua tangan itu menghilang dari matanya. Sosok misterius yang mungkin adalah dalang dari semua kejutan tak terduga ini, berjalan kedepan Rose dan berhenti di depan gadis itu. Dia tersenyum lembut, sebelum menarik sebuket bunga mawar berwarna merah dan putih dari tangan kanan yang sebelumnya tersembunyi di belakang, sambil berlutut dengan satu kaki dihadapan Rose.

"Will you be mine?"

Ucapnya seperti apa yang dia baca dari ledakan kembang api tadi.

Air mata Rose menetes begitu saja, dia menutup mulutnya menahan isakkan sebelum memeluk sosok tersebut begitu erat. Rasa bahagia dan rindu, membuat Rose menangis haru.

"Jimin! Hiks! Jimin!"

Rose terus terisak sambil menanggil nama pemuda didepannya.

Jimin mengangguk membenarkan, sebelum membalas pelukan Rose dengan erat.

Bahagia?

Sangat, sampai sulit rasanya untuk dijabarkan dengan kata-kata.

Jimin mencium puncak kepala Rose sebelum menyeka air mata di pipi gadis itu.

"Jangan menangis, aku disini. Karena aku bukan seorang pengecut yang akan mengingkari janjinya. Aku kembali Rose, untukkmu."

Jimin tersenyum lebar sebelum menarik tengkuk gadis itu dan--

Cup.

--mencium bibirnya dengan lembut.

"Jadi, apa jawaban mu?"

Tanya Jimin setelah melepas ciuman mereka.

Walaupun cuman sebatas kecupan, tetapi Rose merasa bahagia bukan main. Bahkan wajahnya memerah menahan malu.

"Tanpa bertanya pun kau sudah tau jawabannya."

Rose membuang pandangannya ke arah lain dengan sudut bibir yang serasa tergelitik.

Jimin tertawa lepas melihat tingkah menggemaskan Rose. Dia mencakup kedua sisi wajah Rose dan menatap netra gadis itu dengan intens.

"Tetapi aku ingin mendengar jawabannya langsung dari bibir indahmu, Rose."

Jimin mendekatkan wajahnya, sampai jarak mereka terbatasi oleh hidung masing-masing.

Jantung Rose serasa menggila didalam sana, membuat gadis manis itu tersenyum lebar menahan debarannya.

"Yes I want. I want to be yours."

Cup.

"Tidak akan pernah kutolak jika itu dirimu." Lanjutnya sambil terkekeh pelan dengan wajah sembab.

Sekarang giliran Jimin yang memerah. Bagaimana tidak? Tidak pernah terpikir jika Rose akan menciumnya duluan seperti ini.

"Kalau begitu mari kita hidup bahagia selamanya."

Jimin mengambil sebuah kotak kecil berwarna putih dari sakunya dan lansung membukanya.

"Ini?"

"Cincin untukkmu. Aku pernah berjanji untuk melamar mu saat pulang dari London kan? Dan sekarang janjiku sudah lunas."

Jimin mengambil sebelah tangan Rose dan menyematkan cincin berlian itu dijari manisnya.

"Kau resmi menjadi tunangan ku Rose, bukan gadis lain atau siapa pun itu. Hanya, Park Rose seorang."

Jimin menatap wajah Rose dan menyimpan baik-baik pahatan indah itu dalam memorinya.

"Terimakasih Rose, terimakasih sudah mau menerimaku kembali. Aku benar-benar mencintaimu."

Ah sial, Rose merasa bahagia sekali.

"Sama-sama. Aku lebih mencintamu juga, asal kau tau."

Mereka berdua tertawa bersama, mengisi malam yang terlampau indah di 25 Desember, tepat dimana Rose seutuhnya menjadi milik Park Jimin. Malam ini juga, mereka menghabiskan waktu dengan kilas balik tentang kisah pertemuan pertama, kisah romansa sehari-hari, juga saling bertukar isi hati.

Membuat mereka sama-sama beryukur karena telah dipertemukan satu sama lain, juga karena telah masih menyimpan kepercayaan walaupun banyak cobaan yang mencoba meruntuhkan dinding kepercayaan itu. Dan berharap untuk tetap dipertemukan ditahun-tahun berikutnya sampai mereka lupa sudah berapa lama mereka bersama.

T h e E n d

avataravatar