6 Rindu

- H A P P Y R E A D I N G -

Di malam yang sepi ini Kayla menikmati lagu yang ia dengarkan lewat earphonenya. Gadis itu memejamkan matanya sejenak, di atas balkon sendirian. Telinganya merasakan ada suara motor besar lewat di jalan. Ia langsung membuka matanya, ternyata benar itu adalah Gabriel. Malam-malam cowok itu datang, tumben. Ketika akan turun, Kayla mendapat pesan dari Gabriel.

Ayang galak

[Gue di depan rumah lo!]

Kayla bergegas untuk turun, lagian di rumah sedang sepi. Entah kemana sang ibu pergi dengan selingkuhannya.

"Ada apa?" tanya Kayla seraya senyam-senyum bahagia Gabriel datang tiba-tiba.

"Dari mommy, " sembari memberikan bingkissan putih untuk Kayla.

"Paling lo kangenkan sama gue, alesan ngasih beginian haha." ledeknya,

"Ge'er, ogah ngangenin lo!" cetus Gabriel

Lagi-lagi mata Gabriel menangkap sesuatu yang aneh di tubuh Kayla. Lengan mulusnya terdapat biru-biru lebam, apa mungkin dia jatuh? Masa iya? Gabriel tidak mau tahu tentang Kayla. Masa bodoh, cowok itu bergegas untuk pulang lagi. Baru akan menghidupkan motornya, Kayla mencuri cium kilas di pipi Gabriel.

"Muuuach, hati-hati di jalan sayang. Salam buat ibu mertua. Makasih bingkisannya," ucap Kayla dengan senang hati, bahagia. Tapi Gabriel hanya menatapnya dengan ogah. Kemudian mengegaskan motor melaju cepat.

Kayla memastikan kalau Gabriel sudah benar-benar pulang. Iyalah, masa ngumpet.

"Waah, seblak terus jus buah. Ya ampun ibu ngerti banget kalau mantunya belum makan malam." gumam Kayla, raut cerianya memudar air matanya membendung penuh. Ia langsung masuk ke dalam rumah. Mengambil piring untuk makan malam sendiri. Kayla menginginkan keluarga yang harmonis. Mama dan papa ada disampingnya, kasih sayang yang tidak terukir bentuknya. Berkumpul bercanda ria, kapan Kayla akan merasakan itu. Bahkan tidak pernah sedikitpun. Dari kecil sudah dibiasakan mandiri. Mandiri tanpa diperdulikan oleh sang mama.

Setelah menghabiskan seblak dengan lahap, Kayla meminum jus buah. Enak sekali, calon mertuanya sangat pandai membuat sesuatu. Apalagi soal makanan, hem Kayla ingin belajar bersamanya. Andai, Kayla memiliki ibu seperti calon mertuanya. Pasti akan sangat bahagia sekali.

Tidak! Tidak boleh, Kayla harusnya bersyukur masih di urus dan di sekolahkan oleh ibu-nya.

Waktu sudah menunjukkan 22.00 malam, Aleta belum pulang. Membuat Kayla kepikiran, meski sudah biasa ditinggal setiap malam. Kayla merasa khawatir padahal ibu-nya itu sedang foya-foya bersama lelaki lain. Tetap saja toh, sang anak khawatir pada ibu-nya.

Terdengar pintu utama terbuka, Kayla hanya mengawasinya dari atas kamar. Tidak berniat untuk menggangu, terlalu takut. Wanita itu sepertinya sedang mabuk, sudah pasti. Jalan saja terhuyung-huyung sampai kamar. Miris sekali rasanya, huh. Cewek itu menetikkan air matanya, berharap semuanya akan berlalu dan kembali normal. Tapi kapan?

****

Pagi-pagi sekali Kayla bangun, ia memasang alarm 05.00 pagi. Agar bisa membuatkan sarapan untuk sang ibu. Meski hanya nasi goreng dan kopi susu. Kayla sarapan sembari menelfon Gabriel berkali-kali. Semoga saja cowok itu beriniatif untuk menjemputnya. Hitung-hitung hemat ongkos ye kan.

Tiiiiiiin.

Suara klakson terdengar keras, terlihat Gabriel dengan gagah menunggangi motor besarnya. Kayla terklepek-klepek melihatnya, dengan cepat cewek itu menangkring di boncengan. Tangannya tak lupa pula memeluk Gabriel dengan erat.

Gabriel mendengus kasar, kemudian menghidupkan mesin motornya.

"Beb, ganteng banget ih." puji Kayla, sembari menopangkan dagunya di pundak Gabriel. Hembusan nafasnya membuat Gabriel merasakan sesuatu. Geli, dasar Kayla membuat iman Gabriel goyah terus.

Beberapa menit sampai sekolahan, Kayla tidak mau turun. Cewek itu sengaja mangkrak di motor sembari memeluk erat Gabriel. Tentu, ini membuat Gabriel marah dan tak segan-segan memberontak. Para murid yang melihatnya pada heran. Gabriel berangkat sama cewek, padahal dia tidak pernah dikabarkan berpacaran. Yang mereka tahu Gabriel jomblo dan cuek sama cewek.

Gabriel memaksa tangan mungil itu lepas, Kayla mengikik dibelakang. Pasti raut Gabriel sudah seperti macan kelaparan dan siap untuk menyantapnya. Saat Kayla turun, ia mesam-mesem ke arah tunangannya. Kemudian berlari meninggalkan Gabriel di parkiran.

"Emang sinting tu anak." gumam Gabriel, sesekali cewek itu membalikkan badan dan melambaikan tangannya ke arah Gabriel.

"Gabriel?" panggil airin yang tiba-tiba muncul di hadapan Gabriel.

Cowok jangkung itu hanya memandang Airin serta menunjukkan raut seolah mengatakan "Apa?"

"Btw, itu pacar lo atau adik lo?" tanya nya sembari memainkan jari-jemarinya.

"Apa urusannya sama lo?" sekak Gabriel, Airin langsung terkicep, tidak berani mengatakan apapun lagi.

Gabriel langsung pergi begitu saja, tidak menghiraukan Airin yang sudah dari lama mencoba mendekatinya. Rasanya Gabriel tak minat untuk mendekati seorang gadis. Dipikirannya masih terdapat wajah Kayla masa kecil. Berharap bisa bertemu kembali dan memastikan gadis itu baik-baik saja. Apa mungkin ada keajaiban dari Tuhan?

Hemmm

****

"Annyeongaseoo, jigem namen padi ahaha pacarnya hyunsuk datang...." Kayla bersuara cempreng mampu membuat gendang telinga teman-temannya bengek. Cewek itu ceria sekali seperti hidup tanpa beban.

"Bisa nggak sih, nggak usah teriak-teriak!" celetuk Elina sembari menutup telinganya padat-padat.

"NGGAK BISA!" pekik Kayla dekat sekali dengan telinga Elina.

"Syut, bentar lagi masuk. Pak cahyo lagi yang ngajar!" tukas Azura.

"Wahh siap-siap rahim gue anget nih." ujar Kayla tanpa dosa.

"Njir omongannya. Dijaga neng, sini gue yang angetin." Mata mereka bertiga beralih pada sumber suara, yaitu ke Rexsa yang katanya ketua kelas tapi otaknya nggak ada akhlak. Ternyata kurang ajar juga nih anak. Kayla tersenyum remeh."Heleh, nggak bakal anget kalo liat lo!"

Elina langsung membela Rexsa."Orang ganteng kayak rexsa, cocoknya buat aku. Kayla mah jauh-jauh aja."

"Heee jan salah. Gue----"

Pak cahyo datang sembari melangkahkan kakinya lebar-lebar. Cocok banget jadi model ala-ala korea gitu. Kayla hanya melongo tidak berkedip sedetikpun karena ini sangatlah berharga. Apalagi pak Cahyo sangat murah senyum, gigi putih serta merata membuat Kayla semakin terkagum.

"Ya tuhan, ini jodoh saya di masa sekarang. Kalo masa depan cukup Gabriel aja. Hem, nggak nguatin, langsung anget rahim gue." gumamnya lirih, sembari menopang dagu.

Elina dan Azura ingin sekali mencekik Kayla sampai bengek. Urat malu gadis itu benar-benar sudah putus. Semua murid pasti mendengarnya, sampai ada yang berdecih tidak jelas.

"Ck, bapak cahyo nggak cocok sama lo! Udah deh jangan banyak halu. Kasian Gabriel lo selingkuhin begini." cibir Elina dengan mengecilkan suaranya. Takut berisik.

"Diem aja deh, lagian gue nggak akan nyelingkuhin calon suami gue." balas Kayla.

Pak cahyo memberikan soal kepada mereka semua. Setelah itu beliau izin untuk pergi sebentar karena ada urusan. Sepertinya mendadak, membuat Kayla dan murid lainnya mendengus resah. Nggak semangat buat belajar kayak ditinggal pas lagi sayang-sayangnyaaa.

****

"Gabrieelll!!! Ayang akooh tunggu!!!" pekikan Kayla membuat kuping Gabriel berdenging nyeri akibat suara cempreng. Kayla mengatur nafasnya yang terengah-engah, ia takut kalau ditinggal pulang oleh Gabriel.

"Brisik lo," cetus Gabriel memasang wajah sinis pada gadis itu.

"Biar lo denger gitu, lagian main balik-balik aja tanpa nungguin gue."

"Naik bus bisa kan? Gue ada urusan!"

"Urusan apa? Nggak mau naik bus, hemat ongkos." balas Kayla sembari mengerucutkan bibir-nya. Ia tidak mau pulang naik bus, hemat ongkos juga. Uang jajannya saja ia tabung buat bayar keperluan sekolah.

Gabriel menatap tidak suka pada Kayla yang merengek minta di nebeng. Lelaki itu masih kekeh pada ucapannya tadi, karena ada urusan entah apa itu. Ketika akan mengenakan helm, Airin datang menghampiri Gabriel. Gadis itu tersenyum ramah seakan gadis paling baik sedunia. Namun, ketika melihat ke arah Kayla, senyumnya berubah menjadi bengis. Aura-aura persaingan mendapatkan hati seorang cowok ganteng berhati kaku.

"Gimana? Jadi hari ini?"

"Eh, maksudnya apa ini?" cerocos Kayla ingin tahu apa maksud gadis sok baik itu.

"Kita mau kerja kelompok bareng, dan sepulang ini." jawab Airin seraya menyombong pasti Gabriel akan mengajaknya naik motor.

"Naik!" kata Gabriel menyuruh Airin untuk duduk diboncengkan motornya. Tentu Kayla langsung esmosi, raut cemburunya sudah memuncak.

"Enak aja lo, enggak, enggak. Enggak boleh!" sarkas Kayla sembari menahan Airin untuk tidak naik. Gabriel yang melihat Kayla bersikap labil, lelaki itu pun berdecih.

"Ck! Lo bisa kan pulang sendiri, lagian apa sih susahnya naik bus!" cetus Gabriel, terlihat tatapan tajamnya mengarah ke Kayla. Gadis itu tidak takut malah akan naik ke motor.

"Aku bil--"

"Apa? kerjaaan lo ngancem-ngancem terus. Berisik tau nggak lo!"

Kayla terdiam sudahlah, sepertinya memang Gabriel tidak ingin mengantarnya pulang. Dengan cepat Airin langsung naik ke motor, tidak peduli jika Kayla merengek. Tujuannya mendapatkan Gabriel akan semakin lebih mudah. Kerja kelompok karena sekelas itu menyenangkan, makanya kesempatan untuk Airin.

Kayla menatap kedua manusia itu sedang berboncengan. Tidak terlihat mesra, tapi membuat ulu atinya berdenyut nyeri. Ketika motornya melaju, gadis sialan itu menyungging senyum remeh ke arahnya. Kayla mengepal kuat, lihat saja kalau ketemu nanti. Akan ia sikat rambut lepek serta membuat wajah dempul gadis sialan itu luntur.

Jiwa bar-barnya memuncak sampai ubun-ubun. Jangan harap Airin bisa lolos!

Diam bukan berarti mengalah ya kan?

To be countinued❤

Eeh nungguin ya?

Part selanjuttttnyaaaa lagi.

avataravatar
Next chapter