18 Haruskah Seperti Ini?

Hari ini Kayla benar-benar tidak semangat. Tidak mendapat balasan apapun dari Gabriel. Dan cowok itu tidak masuk sekolah, kepikiran terus. Apalagi tentang semalam Gabriel bersikap aneh padanya. Seperti ada yang disembunyikan, Kayla tidak tahu apa sebenarnya. Apa mungkin traumanya kambuh? Tapi, itu tidak mungkin bukan?

Tante Lisya pernah bercerita sedikit tentang masa kecil Gabriel dan alasan Gabriel menjadi anak pendiam dan pemurung. "Masa sih?" batinnya seraya memainkan pulpennya. Cewek itu tidak fokus pada pelajaran pak Sehun pagi ini. Otaknya sedang traveling ke Gabriel.

Bergumam dan bingung sendiri. Rautnya berubah menjadi lesu. "Lo kenapa sih?" tanya Elina. Penasaran dengan Kayla yang tidak seperti biasanya.

Cewek itu menoleh, menatap datar ke arah sahabatnya. Berbicara sedikit memuncungkan bibirnya, "Kangen Gabriel, masa dari semalem gue diabaikan terus, El." jawabnya.

"Temuin aja kali, lagian dia sekolah kan hari ini?" usul Elina,

Kayla menggeleng pelan, kemudian menelungkup kan tangan di atas meja. Kepalanya siap menempel, dan mata mulai terpejam. "Dia nggak sekolah hari ini, rasanya gue pengen bolos. Terus nyamperin dia ke rumahnya." ujar Kayla,

"Bucin banget sih, lu?!" cibir Elina

"Bucin sama cinta yang tulus itu beda, El,"

"Aukh ah," Elina berdiri, setelah pak Sehun menyampaikan sampai bertemu minggu depan. Jam pelajaran sudah berakhir, waktunya istirahat.

Ketika Elina akan menghapus tulisan yang ada di papan tulis. Salah satu berteriak, sampai ia tersentak kaget, "Astagfirulloh, kaget gua," Elina seraya mengelus dadanya.

"Gue lagi nyalin, napa lu hapus kampret. Belum juga 10 menit Guru keluar." cetus Rexsa pada Elina, ini sebuah perkataan yang membuat Elina harus sabar. Untung ganteng, Elina malah semakin ingin mengejaknya.

"Bodo amat, wleeeee!" ledek Elina menjulurkan lidahnya ke arah Rexsa, tentu cowok itu langsung naik darah. Rexsa menghampiri Elina yang cengar-cengir ke arahnya, "Kenapa makin ganteng sih?sumpah meninggoy gue!" batin Elina,

"Keluar sana! Daripada lo nyari masalah sama gue!" cetus Rexsa

"Napa lo ganteng banget sih,"

Brakkk!

Terdengar suara pintu karena terkena tendangan kasar dari seseorang. Tentu, membuat anak kelas X² menoleh bersamaan. Genk kelas XI² yang katanya terkenal paling kece dan cantik. Mereka bisa dibilang Bad girl.

"Siapa di sini yang namanya Kayla?" tanya cewek itu dengan nada keras dan begitu angkuh.

Waiiittt,

Salah satu siswa menunjuk ke arah Kayla yang tengah tidur. Cewek itu langsung menghampiri Kayla, lalu mengebrak meja dengan kasar. "Heh, cewek ganjen!" sangar cewek itu sebut saja Maya.

Kayla tersentak kaget, lalu mengusap wajahnya santai. Lalu berdiri, menanggapi cewek gabut. Setelah itu, "Ada apa, sih?" tanyanya, ia belum menyadari kalau cewek itu marah padanya.

"Heh! Lo yang ngerebut pacarnya Airin kan?" Maya ngeggas,

Namun, wajah Kayla sama sekali tidak ada ketakutan di sana. Malah ingin ngakak guling-guling. "Apa? Pacar Airin yang mana? Kok gue nggak tau?" tanya Kayla, wajah cantik itu membuat Maya merasa iri. Pantas saja Airin kalah saing,

"Ck, Gabriel!" jawab Maya.

"Ppffftt, hahaha, Gabriel? Njir, sejak kapan? Terus kenapa lo yang sewot?" ledeknya, semakin membuat Maya dongkol. Sikap Kayla benar-benar berani padanya.

"Nantang lo ya! Ha?!" Maya geram, tangannya mendorong Kayla sampai duduk kembali di kursi. Kasar, Elina langsung menghampiri Kayla.

"Udah kayla, udah. Nanti lo bisa kenapa hukum kalau berantem." bisik Elina, sepertinya itu tidak ada guna untuk Kayla. Moodnya sedang dibawah, emosinya tak stabil.

"Terus gue harus takut dan nunduk gitu? Anjay, Najis! Apalagi kakak kelas kayak lo? Pftttt, lemah amat!" sengeh Kayla, paling tidak suka dengan manusi seperti Maya.

"Bangsat lo! Gue ingetin ya sama lo! Nggak usah ganjen sama kakak kelas! " peringat Maya, kemudian tangannya terangkat akan menampar Kayla.

Namun, tangan itu ditahan oleh Kayla. Maya melotot sengit, bagaimana bisa ada yang berani melawannya? Cih, saingan!

"Apa ini?!" tegas Bu mefta membuat mereka terkejut, keributan membawa petaka. Tentu!

Bu mefta menghampiri kerumuman siswa yang sudah berkurang. Bubar, ada yang duduk dan keluar kelas. Menyisakan Kayla dan Maya. "Mampus," gumam keduanya berbarengan lalu mata mereka saling menatap. Maya langsung mundur.

"Kalian! Ikut ke kantor saya! Cepat!" perintah tegas dari Bu mefta.

Kedua murid itu mengekori Bu mefta menuju ruang kantor. Bukan Bk, Maya menatap sengit ke arah Kayla. Begitu juga Kayla kesal dengan Maya. Apa-apaan sih, ini juga bukan urusan dia. "Ck, pembawa masalah lo!" gerutu Kayla.

"Kalau bukan lo yang nyari gara-gara, pasti nggak akan kena hukum!" balas Maya ketus.

"Diem nggak!" bentak Bu mifta, keduanya langsung menundukkan kepalanya bersamaan. Pasrah dengan apa yang ia dapatkan hari ini. Hukuman Bu mefta bukan main-main. Guru tegas itu, tidak akan memberi ampun pada murid bandel!

****

Mendapat hukuman untuk kali pertamanya, Kayla melakukannya dengan baik. Lebih cepat agar pulang lebih awal juga. Dan saat ia keluar kelas Kayla dicegah oleh Haru. Cowok itu tersenyum ke arah Kayla.

"Mau pulang?" tanya Haru.

"Eum, iya lah, ini kan udah waktunya pulang." jawab Kayla.

"Haha iya, gimana kalau makan dulu bareng gue? Mau?" ajak Haru,

Kayla tidak menerima ini, karena keputusannya sudah bulat. Gabriel membutuhkannya sekarang, lagian Kayla juga kangen dan khawatir. "Maaf, kayaknya nggak bisa hari ini. Soalnya gue, emm gue ada urusan hehe." tolaknya lembut, kemudian tersenyum lebar ke arah Haru.

"Cuma sebentar aja kok, masa nggak bisa?" tanyanya sekali lagi.

"Lain kali aja ya, sorry, ini lebih penting dari apapun." setelah mengatakan itu, Haru bilang "Oke, gue harap lain kali. Lo bisa!" sebagai respon, Kayla menganggukkan kepalanya dan melanjutkan langkahnya untuk pulang.

Ia tidak tahu kalau sebenarnya Haru juga menginginkan waktu bersamanya. Bagi Kayla, lelaki paling ganteng dan bisa membuat hatinya klepek-klepek adalah Gabriel. Dan Kayla tak minat dengan cowok lain.

****

Mengurung diri sudah sering ia lakukan, menikmati luka sendiri di hatinya. Mengorek masalalu yang entah kapan bisa Gabriel lupakan. Haruskah sampai mati? Berulangkali berusaha tapi tidak ada hasilnya. Meyakinkan dirinya bahwa Kayla Aurellia Thabita adalah anak yang mirip dengan Kayla masa kecilnya.

Apa masih hidup? Atau? Jinja? Baginya ini aneh, berharap hidup tapi tak yakin.

Gabriel menatap wajahnya depan cermin. Wajah tampan dan dingin sudah menjadi khasnya. Bahkan Kayla tetap menyukainya. Menempel setiap waktu dan menginap demi bangun pagi untuk membangunkannya. Kayla suka rutinitas itu, meski Gabriel selalu bersikap cuek.

"Ck," Gabriel tersenyum membayangkan hari-hari bersama Kayla. Cewek itu selalu tersenyum ceria, seperti tidak ada beban sedikitpun. Tidak pernah mempersalahkan kejutekan dan penolakan darinya.

"Kenapa jadi kangen," gumamnya sendiri, lalu menyadari kalau dirinya tersenyum. Kangen? Cih, tumben.

Tok Tok!

Ketukan pintu membuat Gabriel kembali memasang wajah datarnya. Membuka pintu dengan lesu. Setelah tahu siapa yang datang, Gabriel terkejut. Kayla? Memakai seragam sekolah. Jadi dia langsung kesini?

Ya, apalagi dari semalam Gabriel tak mengangkat dan membalas pesan dari Kayla.

"Taraaaa, aku bawain sesuatu buat kamu." ujarnya seraya menunjukkan kantong kresek berisi seblak yang super pedas. Gabriel sangat menyukai makanan itu.

"Ngapain ke sini?" tanyanya dingin.

"Loh, ya jenguk kamu lah." jawabnya seraya melangkah masuk ke kamar calon suaminya.

Lalu memeluk Gabriel

"Kamu kira aku tuh nggak kangen, kangen banget tau. Aku tuh tiap waktu, tiap saat, tiap detikpun selalu kangen sama kamu." jujur Kayla, semakin mempererat pelukannya. Tumben, biasanya Gabriel langsung menyuruhnya lepas.

"Modus banget," cibir Gabriel.

"Ih, enggak!" Kayla menggigit dada bidang Gabriel sampai cowok itu kegelian dan kesal.

"Kamu apa-apaan sih, aw. Hei, sakit!" Gabri mendorong Kayla sampai terbanting ke ranjang. Begitu juga dengannya yang menindih tubuh Kayla sangat intim. Bukannya langsung berdiri atau bergegas malah mata mereka saling bertatapan. Aih, menikmati sesuatu yang aneh.

Mata Gabriel beralih pada bibir pink tanpa polesan liftik. Kayla lebih sering menggunakan lipbalm. Gabriel mendekatkan bibirnya sampai nafas mereka bertubrukkan. Tak menunggu waktu lama Gabriel menyatukan ciuman itu menjadi sebuah ciuman dalam. Posisi keintiman ini membuatnya menikmati sensasi teruwuw. Pagutan-pagutan lembut berikan suara khas.

Katakan bahwa Gabriel, khilap!

"Kebiasaan, kagak mau tutup pintu!" sang adik membuat keduanya terkejut, Kayla langsung mendorong Gabriel sampai terjatuh ke bawah. Kaella menatap matanya dengan 5 jari yang arang-arang.

***

Besok author lanjut chapter berikutnya semakin seru! - Kayla

Readers, jangan hujat gua! - Gabriel

avataravatar
Next chapter