15 Sebuah Ikatan Sakral -1-

Sudah tiga hari, semenjak pembicaraan Ilona dengan Munthy. Pikirannya masih saja memikirkan beberapa hal yang masih tidak bisa ia pahami, dan sangat sulit untuk ia terima saat ini.

Masih banyak hal yang harus dijelaskan oleh Munthy, dan Ilona harus bersabar untuk menunggu penjelasan lainnya.

Saat ini, ia harus menurut dengan sebuah ikatan pernikahan yang dia sendiri tidak mau. Bagaimana mungkin dia harus menikahi seorang raja Mesir? Yang tidak memiliki belas asih, rasa sayang, ataupun simpati.

Bisa saja kepalanya akan hilang, karena sang Raja memenggalnya saat malam pertama mereka, menjadi sepasang suami istri.

Pagi hari itu Ilona bangun lebih awal, hari ini adalah hari pernikahannya. Dan seharusnya Ilona bisa merasakan kebahagiaan, tapi.... Rasa cemas, gelisah, takut, panik, semua bercampur menjadi satu.

Beberapa pelayan kerajaan sudah berada di dalam ruangannya, membantu Ilona untuk membersihkan diri. Dengan berbagai ramuan kecantikan, yang khusus dibuatkan hanya untuk seorang ratu Mesir.

Tidak luput dengan Munthy, yang juga sudah berada dalam ruangan tersebut. Bahkan dia terlihat lebih sibuk, dibandingkan dengan para pelayan kerajaan lainnya.

"Ilona kau harus tersenyum... Ini adalah hari pernikahanmu, tidak seharusnya kau memasang wajah yang sangat masam!" Ucap Munthy. Seraya merapikan rambut Ilona, mulai membentuk kepangan yang sangat unik dan cantik.

"Apa kita tidak bisa membatalkannya? Ide ini sangat gila sekali...!! Ucap Ilona dengan lesu. Matanya yang sendu menatap kearah cermin, dan memperhatikan Munthu yang masih terus sibuk menata rambutnya.

"Berapa lama tadi kau berendam? wangimu sungguh enak enak sekali." Puji Munthy, dan wajahnya mendekat ke arah pundak Ilona.

"Coba kau lihat dirimu saat ini? Kau sangat terlihat cantik sekali Nevertari... Aku yakin sang raja perlahan... akan mencintaimu."

"Aku tidak butuh pria itu mencintaiku! Bahkan aku sama sekali tidak mengenal dia... Dan ini adalah ide terbodoh yang pernah kulakukan!" Ilona memutar tubuhnya, dan langsung meraih tangan Munthy. Matanya menatap dalam dengan penuh makna.

"Munthy... aku tidak bisa melakukannya! Kumohon... ini adalah ide yang sangat gila!! kenapa tidak kau yang melakukannya? Kenapa bukan kau yang menjadi ratu Mesir? Kenapa harus aku?"

Genggaman tangan Ilona semakin menjadi-jadi, meremas dengan kuat. Dan rasanya wanita itu, ingin sekali berteriak kencang, seraya mengeluarkan Isak tangisnya. Ilona tidak bisa membayangkan, bagaimana atau apa yang akan dia lakukan setelah menikahi sang Raja Mesir?

"Ilona kita sudah membicarakan hal ini berkali-kali! Bukan berarti aku ingin menjebakmu! Bukankah aku sudah pernah mengatakan bahwa..." Munthy membelai halus pipi Ilona.

"... kau adalah satu-satunya agar kita bisa terhubung dengan mereka yang menghuni kaum lautan. Dan sang Raja Ramesees Ussermaatre, pria itu memiliki kekuatan yang sangat besar untuk membantu kita." Ucap Munthy dan menepuk punggung tangan Ilona dengan perlahan.

Ilona masih mencari kata-kata untuk membalas ucapan Munthy, belum ada satu katapun yang keluar dari mulutnya.

"Nefertari..." Panggil Munthy. "... Atau Ilona? siapapun kau .... Sekarang...! Saat ini, kau adalah Nefertari." Munthy mempertegas intonasi suaranya.

"Dan tugasmu saat ini.Sangat banyak! Bukankah kau ingin kembali kemasa-mu? maka selesaikanlah tugas dan tanggung jawabmu yang ada di masa ini!" Munti kembali berucap.

Ilona kembali menatap pada cermin, wajahnya masih menunjukkan rasa kesedihan. Sedangkan Munthy, menepuk pundaknya dan membalikkan tubuhnya untuk mengambil beberapa aksesoris yang akan dikenakan pada rambut Ilona.

"Aku berjanji Nefertari, setelah ini aku akan menceritakan semuanya kepadamu." Mata Munthy menampilkan sorot keseriusan.

"Melatihmu dan akan menjelaskan, semua pertanyaan yang selama ini berada dalam benak dan pikiranmu. Hanya saja saat ini seperti yang kukatakan tadi, kau harus melakukan tanggung jawabmu pada masa ini." Munthy belum melepaskan pandangannya dari Ilona.

"Setelah itu aku dan ayah akan membantu mengembalikanmu.... Ilona. Pada tempat seharusnya kau berada." Ucap Munthy berbisik ke arah telinga Ilona.

Sebuah mahkota kecil dengan aksesoris emas yang menjuntai, sudah menghiasi rambut Ilona. Tidak lama pintu terbuka, dan terlihat sosok pria berjubah coklat emas. Dengan rambut putihnya yang panjang, dan terikat dengan rapi.

Seqenenre sudah berada di ruangan tersebut dan mendekati ke arah kedua putrinya. Tatapannya menyorot tajam kearah Ilona, dia tahu kalau Putri keduanya itu tidak begitu menikmati hari pernikahan, yang seharusnya menjadi hari paling bahagia untuknya

"Kau sangat terlihat cantik Nefertari." Puji Seqenenre. "Terima kasih... MMM.. ayah." Jawab Ilona sedikit ragu, apakah dia harus memanggil pria tidak dikenal itu sebagai ayahnya?

"Nefertari ini hanya bersifat sementara untuk kau menjadi seorang ratu Mesir, itu semua karena sebuah satu tujuan yaitu... Bagaimana menyelamatkan negeri ini? Bahkan semua umat manusia." Jelas Seqenenre, yang menyadari sikap Ilona yang tidak bersemangat.

***

Ilona atau Nefertari? Mau tidak mau, suka tidak suka, dia pun tidak bisa berbuat apa-apa untuk bisa menghindari pernikahan ini. Cukup lama Seqenenre memberikan petuah, dan nasihat. Bagaimana agar Ilona bisa bersikap sopan terhadap sang Raja?

Hal mendasar yang perlu diketahui oleh Ilona, Sang Raja memiliki tabiat yang sulit untuk dipahami. Sifat keras kepala yang terbentuk dari sifat kepemimpinannya selama bertahun-tahun. Akan sangat sukar bagi Ilona untuk mendekati pria tersebut.

Ilona pun harus bisa menjadi sosok yang pintar dan cerdas, jika berdampingan dengan sang Raja. Karena Raja ingin sekali ratu Mesir, memiliki kepintaran dan kecerdasan, yang setidaknya sama dengan kemampuannya. Terutama dalam membantu mengembangkan dan menjalankan sistem kerajaan, agar bisa mensejahterakan rakyat Mesir.

Setelah cukup lama mendengar semua petuah dan nasehat, akhirnya beberapa pelayan kerajaan lainnya sudah masuk ke dalam ruangan. Menyambut Ilona dan akan mengantarnya pada ritual pernikahan, yang akan segera berlangsung di hadapan semua rakyat Mesir. Rakyat yang tidak sabar untuk menunggu kehadiran sang ratu baru.

Ilona menaiki sebuah tandu emas, pada ujung tandu berukirkan kepala singa dan kepala naga. Seakan-akan sedang bertarung dengan hebat.

Beberapa pelayan pria dengan tubuh mereka yang kekar, mengangkat tandu tersebut dan mulai membawa Ilona beserta iringan para pelayan wanita lainnya. Untuk menuju tempat di mana mereka, akan menyelenggarakan acara pernikahan.

Jantung Ilona semakin berdegup kencang, dia terus saja meremas kubu-kubu jarinya dengan gelisah. Dengan rasa cemas, sesekali dia membuka tirai yang berada dalam tandu, dan mengintip... Bagaimana keadaan ataupun kondisi yang ada di luar luar yang ada di luar luar sana?

Aku harap aku hanya bermimpi... Kumohon sudah berkali-kali aku tertidur, dan mimpi Ini masih saja terus berlanjut! Aku benar-benar bisa gila!! Jika terus berada di tempat tempat ini! Batin Ilona dengan perasaan yang berkecamuk.

Ilona merasakan tandu yang ia naiki, sudah mulai berhenti. Seorang pelayan wanita yang mengenakan cadar berwarna merah, membuka pintu tandu, dan memberikan aba-aba agar Ilona bisa bisa turun dengan segera.

Tentu saja Ilona menurut, dengan hati-hati langkah kakinya sudah menuruni tandu. Dan pandangannya mulai terkesima, ketika dia melihat sebuah aula yang sangat luas dan megah. Hiasan pada dindingnya terluhat banyak, dengan ukiran yang belum pernah Ilona lihat sebelumnya. Simbol-simbol kerajaan dan simbol-simbol kekuatan yang dimiliki oleh Dewa Mesir, yang selama ini dipuja dan dipuji oleh para rakyatnya.

Aula yang luas itu tidak benar-benar tertutup di sekelilingnya, atau mungkin di seluruh tempat tersebut sudah dikelilingi oleh para rakyat Mesir yang menatap kearah Ilona. Menatap dengan pandangan keingintahuan yang sangat besar.

Pelayan wanita bercadar merah tetap memegangi tangan Ilona menuntunnya, ke sebuah altar dengan warna emas yang lebih cerah, dan lebih berkilau dari hiasan yang ada di tempat tersebut.

Sang Raja Ramesses Ussermaatre sedikit memutar tubuhnya, memperhatikan Ilona yang berjalan perlahan mendekatinya. Dari mimik wajahnya, Ilona sendiri tidak sendiri tidak yakin dan tidak bisa menebak. Apakah pria itu senang dengan pernikahan ini? Atau justru dia begitu membenci melihat Ilona? Karena wajah itu terlalu datar dan sulit untuk ditebak oleh dirinya.

Ilona Sempat berpikir. Apakah pernikahan pada Mesir dulu layaknya sebuah pernikahan pada masa, dimana seorang pendeta akan memberkati mereka?

Tapi apa yang ia pikirkan nyatanya berbeda, Ilona tidak duduk berdekatan dengan sang raja. Sedikit berjauhan, dan seorang pria mengenakan jubah emas mendekatinya.

Hal yang dia minta pertama kali adalah tangan Ilona.

Ilona memberikan telapak tangannya, tepat ketika pelayan bercadar merah menunduk dan mulai mundur dengan cepat. Tanpa memberikan pesan apapun pada Ilona, yang jelas menunjukkan ketakutan.

Ketika pria berjubah emas itu mengeluarkan sebuah belati emas, matanya bergerak dengan cepat dan bingung. Karena Ilona langsung menarik tangannya kembali, tapi pria itu dengan cepat juga dan kuat mencengkeram kembali tangan Ilona.

Ujung belati berwarna emas itu sudah menyentuh ujung telunjuk kanan ilona, dan Ilona bisa merasakan... Bagaimana perihnya ketika ujung belati yang tajam itu telah membuat satu titik lubang yang kecil, dan mengeluarkan sedikit darah milik Ilona.

Sebelum titik darah itu jatuh, sang pria berjubah emas meletakkannya pada sebuah Cawan yang berisikan sedikit air. Setelahnya ia kembali kepada Sang Raja, dan melakukan hal yang sama yang dilakukan kepada Ilona.

Sesekali sang raja menatap Ilona, tatapannya begitu tajam dan nanar. Ilona yang menyadari nya, segera saja menunduk atau memalingkan wajahnya. Sesering mungkin jantungnya masih berdegup kencang, rasanya dia ingin mati saja saat itu. Karena mimpi ini terlalu nyata dan dia tidak tahu, bagaimana untuk bisa menghentikannya?

avataravatar
Next chapter