6 Pinguicula – Si Daun Merambat Yang Berbahaya

"Haaahhhhh...."

Ilona mengerang dengan kencang didalam kamarnya yang sangat sunyi dan begitu tenang, dia benar-benar tidak bisa memejamkan matanya. Dan tidak bisa tidur seperti manusia pada normalnya, bahkan ia tidak tahu apakah malam itu sudah lewat tengah malam atau mungkin masih terlalu dini untuknya tertidur.

Tidak ada suara televisi, tidak memegangi ponsel, bahkan tidak ada musik yang bisa ia dengarkan. Ilona benar-benar dibuat sangat frustasi dengan keadaannya saat ini.

"Bagaimana bisa aku menganggap ini sebuh mimpi? Jika rasa nyaman ini terlalu begitu nyata, dan sangat asli." Ilona mengacak-ngacak rambutnya dengan frustasi.

"Aku tidak mungkin bisa bertahan untuk hidup ditempat ini, aku harus menemukan cara untuk kembali kemasa depan! Sial.... Bahkan aku tidak tahu mengapa semua ini bisa terjadi!!"

"Aaaarrrgggghhh....Rasanya aku ingin mengumpat dengan kencang.." Keluhnya kembali.

Ilona sudah turun dari tempat tidurnya, pikirannya memang tidak bisa berpikir dengan jernih. Karena ia sendiri tidak tahu harus melakukan apa? Agar bisa membuatnya bisa tertidur.

Ilona membuka pintu kamarnya, kepalanya sudah lebih dulu muncul ketimbang tubuhnya yang masih berada didalam kamarnya. Yang ia pikirkan saat itu adalah, bagaimana ia harus bersikap waspada dan hati-hati.

Siapa tahu ada kejutan lain yang belum ia ketahui, dan akan membuatnya lebih bergidik seram dari apa yang dilakukan Munthy ketika menghilang dengan kepulan asap putih.

Setelah Ilona yakin, akhirnya ia memutuskan untuk kakinya yang melangkah dan membawanya untuk keluar dari kamarnya.

"Ahh.. ternyata udara diluar cukup dingin juga." Ucap Ilona ketika dia sudah berada diluar kamarnya, kemudian ia menoleh kearah kanan dan kirinya.

Sebuah lorong yang panjang berliku dan terpecah-pecah, mengarahkan pada suatu tempat yang Ilona sendiri belum pernah menjelajahinya. Ilona memperhatikan langit malam, dan masih bertabur bintang dengan sinarnya yang terang.

"Berarti ini belum lewat tengah malam." Ucap Ilona dengan yakin.

"Ayolah Ilona apa yang mau kau lakukan?" Tanyanya pada dirinya sendiri. Ilona mengusap kedua bahunya, merasakan bulu kuduknya yang berdiri entah mengapa.

Ilona akhirnya terus berjalan sambil terus menjadi seorang pengamat, dan mengingat jalan-jalan yang ia lalui, dan jalan dimana dia harus kembali kekamarnya. Terus saja Ilona melangkah, dan akhirnya ia bisa mengetahui apa yang membuat bulu kuduknya merinding.

Samar-samar ia mendengar suara yang sangat menyedihkan, seperti sebuah alunan nyanyian yang sangat syahdu dan menyentuh perasaan. Ilona terus melangkahkan kakinya untuk mencari sumber suara tersebut.

Semakin lama Ilona berjalan, semakin jelas ia mendengarnya, dan perasaannya justru semakin tersentuh. Dan tanpa ia sadari ia sudah terlalu jauh dari letak kamarnya.

"Halooo....." Panggil Ilona.

Tidak ada jawaban, hanya alunan suara yang menyedihkan yang masih terdengar ditelinganya saat itu. "Apa ada orang disini?" Tanya Ilona, dan tetap saja tidak ada yang menyahut seruannya.

Langkah Ilona terhenti ketika didepannya adalah sebuah jalan buntu, jalan yang tertutup dengan daun merambat berwarna hijau pekat.

Ilona sedikit mendekatkan telinganya pada daun tersebut, dan ia sangat yakin kalau suara yang ia dengar berasal dari balik tanaman rambat yang menutup jalannya.

"Apa yang harus kulakukan?" Pikir Ilona.

Tangan Ilona mencoba menyentuh permukaan tanaman rambat tersebut, mungkin saja ia bisa menerobos masuk walaupun harus sedikit merusak – hanya rencana itu yang sedang ia pikirkan. Tapi baru saja sentuhan pertama yang ia lakukan, tanaman rambat itu sudah mulai bereaksi dengan cepat.

Tanaman rambat itu ternyata tidak membuka jalan bagi Ilona. Tapi ada hal aneh lainnya yang sedang terjadi, setiap daun dari tanaman rambat tersebut mulai mendekati wajah Ilona. Seakan-akan sedang meneliti wajah Ilona.

Walaupun daun-daun tersebut tidak memiliki mata, Ilona merasa daun-daun itu sedang menatap dengan tatapan terkeji kearahnya, bagaikan seekor ular yang sedang bersiap-siap untuk memangsa.

Ilona tentu saja masih memiliki rasa takut, tapi dia juga tidak bisa mundur. Karena daun yang seperti ular itu telah mengelilinginya, dan ia tidak tahu kengerian apa lagi yang akan terjadi.

Salah satu daun yang paling besar dan sangat lebar dengan ukuran kelebaran daun melebihi dua kali kepalanya, sudah berdiri tegak dihadapan Ilona.

Daun besar itu bergerak lambat sambil memperhatikan setiap tingkah laku Ilona,

Ilona sedang berputar-putar untuk mencari jalan keluar. Tapi semua itu percuma, karena daun merambat itu terus membentuk lingkaran yang semakin tinggi dan semakin menutup rapat tubuhnya.

"Hh.. Bagaimana caranya aku bisa keluar dari tempat ini. Hei.. apapun kalian! Apa kalian bisa mengerti dengan ucapanku? Aku tidak bermaksud apapun." Ucap Ilona tergagap dan panik.

Ilona merapatkan kedua tangannya dihadapan wajahnya, tepat ketika daun yang sudah berdiri tegak itu sudah akan menyerang wajahnya.

Ilona sempat berteriak, berpikir mungkin dia akan berakhir tragis dan mati mengenaskan di masa ini. Apapun itu, dia berharap tidak akan menyakitkan dan tidak menyeramkan.

Untuk beberapa saat Ilona masih memejamkan kedua matanya, dengan tangannya yang masih merapat dihadapan wajahnya.

"Hh...?"

Ilona membuka kedua matanya, dan dia masih dalam keadaan hidup. Tidak ada apapun yang terjadi kepada dirinya, bahkan ia sadar daun merambat yang mengelilinginya perlahan mulai bergerak mundur.

Seakan-akan ada yang sedang menarik tanaman rambat itu dari tubuh Ilona.

Jalan buntu yang tadinya tertutup oleh tanaman rambat, perlahan sudah terbuka. Aneh sekali, karena Ilona merasa kalau para dedaunan dan tanaman rambat itu sedang membuka jalan untuknya.

Ilona bisa melihat apa yang disembunyikan oleh para tanaman rambat, sebuah taman yang sangat luas dengan kolam besar yang berada ditengah-tengahnya.

Daun yang lebih besar, masih berdiri tegak dihadapan Ilona. Masih memperhatikan Ilona dan berayun-ayun seakan-akan ada angin yang sedang bertiup kearah batangnya.

"Sssszzz.... " Suara mendesis bagaikan ular terdengar dari daun yang besar tersebut.

"Nefertari..... hhmmm.. ternyata itu kau...?" Ucapnya dengan suara bisik, lirih dan menyeramkan.

"Ka..kau.. bisa berbicara denganku?" Tanya Ilona tergugup, dengan perasaan takut.

"Aneh... sekali.. Mengapa aku sempat merasakan kalau kau bukanlah Nefertari. Hampir saja, aku melumatmu dan menjadikan kau sebagai hidangan penutup." Ucap daun tersebut, dan kembali mendekat memandangi wajah Ilona.

Ilona benar-benar bisa dibuat menjadi gila, bagaimana tidak? Dia berbicara dengan tanaman.. ahh apakah ini benar-benar nyata??

"Apa yang membuat kau datang ketempat ini?" Tanya sang daun bergerak kearah belakang Ilona, sungguh tidak nyaman bagi Ilona karena ia tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh daun tersebut.

"Aku hanya ingin berjalan-jalan, sangat bosan berada didalam kamar." Ucap Ilona jujur.

"Hmm... Kau tidak berbohong.." Sang daun kembali kearah depan wajah Ilona. "Tapi kau lupa dengan namaku? Aku bisa merasakan kalau kau sedang bertanya-tanya, dengan siapa kau berbicara saat ini." Ucap Daun tersebut, dan terus saja mendesis dengan cara yang aneh.

"Pinguicula... Apa kau ingat sekarang Nefertari?" Tanyanya lagi, daun itu terus saja mencoba mengamati setiap sisi wajah Ilona, ada hal lain yang ingin ia buktikan.

"Ahh... maafkan aku.. beberapa hari ini aku sedang sakit, jadi aku banyak melupakan suatu hal." Ilona tidak memberikan jawaban, dan hanya sebuah alasan. Ia berpikir sepertinya akan sangat buruk, jika dia harus berbohong.

"Apakah yang mulia Raja Ramses tahu? Kalau kau datang ketempat ini?" Tanya daun tersebut dan dengan suara mendesis.

"Apa aku perlu meminta ijin darinya, hanya untuk ketempat ini?" Ilona sedikit menaikkan intonasi suaranya, bukan untuk menggertak tapi karena dia benar-benar tidak tahu dan bertanya dengan serius.

"Sssszz... tentu saja tidak Nefertari, kau boleh masuk kedalam." Batang daun itu perlahan menurun dan mundur dari hadapan Ilona. Sebuah gerbang dengan tinggi dua meter, sudah terbuka untuk Ilona.

Para daun yang merambat berada disetiap sisi gerbang, dan sudah tidak bergerak ataupun bersuara. Perlahan Ilona mulai melewati gerbang tersebut. Ia justru semakin penasaran, dan ingin mengetahui apa saja yang terdapat didalamnya.

Tempat yang luas dengan pemandangan alam terbuka, pancaran sinar bulan membuat tempat itu menjadi terang dan terlihat indah.

Ada beberapa kolam kecil yang berpencar dengan beberapa bunga teratai yang berwarna merah terapung diatas permukaan air.

Beberapa bangku yang terbuat dari kayu diukir dengan rapi, dengan meja bundar sebagai pelengkap. Bangku dan meja banyak diletakkan disetiap sisi taman. Ya, Ilona menganggap kalau ia sedang berada disebuah taman yang sangat luas.

Beberapa pohon rindang juga terlihat, ditambah sebuah kolam yang lebih besar diantara kolam lainnya. Dan itu yang menjadi perhatian Ilona saat ini, karena suara alunan nyanyian yang sangat menyedihkan terdengar dari arah tersebut.

avataravatar
Next chapter