8 Pandangan Pertama Sang Raja Ussermaatre

Satu jam sebelum kedatangan Ilona ditaman kerajaan

Ussermatre tidak bisa tidur malam itu, ia sedang menatap langit malam dan memikirkan mengenai nasib kerajaan Mesir. Semenjak kematian ayahnya Ramses I - empat tahun lalu, begitu banyak tugas serta tanggung jawab yang ia jalani.

Sudah tidak bisa terhitung berapa banyak nyawa yang habis ditangannya, berapa banyak nyawa yang meminta pengampunan pada dirinya. Dan berapa banyak juga, semua permohonan ampun yang ia hiraukan begitu saja.

"Kemal.." Panggil Ussermatre pada penasihatnya yang beridiri tegap disampingnya.

"Yang Mulia Raja Agung." Jawab Kemal dengan menunduk sopan.

"Apa belum ada perkembangan dari Siren itu? Apa dia masih saja diam dan tidak mau bicara?" Tanya Ussermatre dan menatap kearah langit malam yang dipenuhi dengan sinar bintang terang.

"Belum ada yang mulia, Seqenenre masih berusaha terus untuk membuatnya berbicara." Ucap Kemal memberi penjelasan dengan sopan.

"Tapi memang sangat sulit membuat kaum Siren untuk berbicara, mereka sangat bersifat manipulatif, kalaupun mereka berbicara kita pun harus berhati-hati dan tidak mudah percaya begitu saja." Lanjut Kemal.

"Sepertinya aku harus mencobanya sendiri, terlalu lama menunggu itu tidak baik! Kalau kita tidak bergerak cepat, Kaum Lumeria bahkan akan selangkah lebih maju dari kita." Ucap Ussermatre dengan tegas, sang penasihat tidak berani melawan dan hanya menunduk dengan sopan.

Malam yang mulai larut itu sang raja dan penasihatnya sudah berjalan kearah luar kamar. Ussermatre memutuskan untuk bertemu langsung dengan kaum Siren, yang berhasil ditangkap oleh Seqenenre.

Jalan buntu yang tertutup dengan tanaman rambat sudah terlihat dihadapannya, tanaman sihir Pinguicula bergerak layaknya seekor ular yang sedang melata.

Sebuah daun yang menguncup, perlahan melebar dengan batangnya yang mulai meninggi dan mulai berayun-ayun mendekat kearah Ussermatre.

"Ssszzz... " Daun itu mengeluarkan suara desis, dan semakin dekat menatapi wajah Ussermatre.

"Yang mulia raja agung, apa yang membuat ada untuk datang kesini, semalam ini?" Tanya Pinguicula dengan suara lirih dan desis bersamaan.

"Ada yang ingin aku bicarakan dengan Kaum Siren." Ucap Ussermatre, ia tidak menunjukkan rasa takutnya sama sekali dihadapan Pinguicula. Mata hijau manik menatap dingin kearah daun yang tidak memiliki wajah atau ekspresi apapun.

"Hhmmm..Malam ini terlalu berisik...Ssszzzz..."

Pinguicula sedikit menjauh dari wajah Ussermatre, kemudian menoleh kearah Kemal.

"Ikan itu terlalu banyak bersuara, bahkan Nefertari pun sampai datang ketempat ini."

"Apa Nefertari? Putri dari Seqenenre, maksudmu?" Tanya Ussermatre, alisnya sedikit menaik ketika ia bertanya pada Pinguicula.

"Ssszzz....Benar sekali yang mulia Raja." Jawab Pinguicula.

"Beri aku jalan, aku harus memeriksanya langsung! Apa yang dilakukan putri dari Seqenenri ditempat ini." Ucap Ussermatre tegas.

"Hidup Yang Mulia Agung.... kejayaan dan keberkahan selalu melimpahi Yang Mulia Agung." Ucap Pinguicula dan seketika semua tanaman yang menutup jalan berpencar dengan cepat.

Gerbang dua meter terbuka dengan lebar, dan pemandangan taman alam langsung terlihat di hadapan Ussermatre dan Kemal. Benar apa yang dikatakan oleh Pinguicula, dari kejauhan dia bisa melihat sosok Ilona yang berada dipermukaan kolam.

"Apa yang dilakukan wanita itu?" Tanya Ussermatre geram dan sangat kesal.

"Yang Mulia Raja, apa dia berniat melepaskan kaum Siren itu." Kemal mencoba menerka, tapi Ussermatre pun berpikiran sama dengannya.

Langkah kaki sang raja semakin cepat, dan terus mengarah ketempat dimana Ilona sedang duduk bertekut dan memukul kearah permukaan kolam. Cahaya berwarna biru terang, terlihat ketika Ilona tidak hentinya memukul permukaan kolam.

"Ini tidak benar.."

Tangan Ussermatre sudah memegangi tangan Ilona, tepat ketika Ilona sudah berniat untuk melepaskan tinjunya pada permukaan kolam es.

Ilona langsung menoleh dan menunjukkan keterkejutannya, dengan kehadiran sang raja. Mata hijau manik itu menatap Ilona dengan tatapan keji, dan tanpa belas asih.

"APA YANG KAU LAKUKAN DISINI , PENYIHIR!!"

Ucap Usserrmatre dengan amarah yang besar, dan menarik paksa Ilona agar menjauh dan turun dari permukaan kolam.

Ussermatre langsung melepaskan pergelangan tangan Ilona, dan Ilona jatuh tersungkur diatas tanah dengan cukup keras. Baju tidur Ilona yang berwarna putih, seketika kotor karena noda tanah dan tampak menjadi kusut.

"JELASKAN KEPADAKU!! ATAU NYAWAMU AKAN MELAYANG MALAM INI JUGA!!" Teriak Ussermatre dengan lantang.

Sang raja mendekati Ilona dengan langkah berat dan kesal, karena Ilona masih saja diam dan belum memberikan penjelasan apapun agar nyawanya bisa selamat malam itu.

("Apa yang harus kujelaskan kepadanya? Hh... Apakah aku akan mati malam ini.. Bagaimana ini..?") Batin Ilona dengan rasa ketakutan.

Sang raja memegangi dagu Ilona, tatapan keji itu belum memudar sama sekali. "Putri Seqenenre? Apa sekarang kau menjadi bisu atau tuli? Berani sekali kau menampakkan wajahmu dilingkungan kerajaan, dan tidak menggunakan cadarmu!! Kau sudah mau mati, sepertinya." Ancam Ussermatre, dengan intonasi suara yang sangat dingin dan kejam.

"Yang mulia Raja, aku hanya ingin menyelamatkannya... Wanita itu.."

"APA!! KAU BILANG!! MENYELAMATKANNYA!!" Potong Ussermatre dengan lantang, dan menghempas dagu Ilona dengan kencang.

Sepertinya Ilona salah memilih kata-kata untuk menjelaskan, ia hanya berusaha untuk jujur. Tapi justru semakin membahayakan nyawanya.

"Sepertinya sedang ada pengkhianatan dari keluarga Seqenenre, Yang mulia raja. Ini sama sekali tidak diperkenankan, dan ini tidak baik untuk lingkungan kerajaan." Kemal mulai angkat bicara, sang raja sedikit melirik kearahnya. Setelahnya kembali menatap kearah Ilona.

Wajah Ilona masih panik dan takut, matanya bahkan sudah mulai berkaca-kaca. Ia sendiri tidak tahu alasan bagus apa yang akan membuat sang raja tidak marah kepadanya. Ia sendiri bahkan tidak tahu alasan utama mengapa ia bisa terjebak, didunia yang bukanlah dunianya.

"Kau masih belum mau berbicara?" Tanya Ussermatre, tangan kanannya sudah merentang lurus kearah sampingnya.

Telapak tangan kanan Ussermatre terbuka dengan lebar, Ilona tidak yakin apa yang sedang ingin dilakukan oleh sang raja. Tapi sinar berwarna merah layaknya kobaran api mulai muncul dari telapak tangannya.

Ilona semakin menatap ngeri ketika melihat sinar merah tersebut sudah membentuk sebilah pedang panjang. Ukuran pedang yang besar dan panjang, dengan api berwarna merah mengelilingi pedang tersebut.

"Kalau kau tidak mau membela dirimu, berarti kau sudah siap menghadapi kematianmu." Ucap Ussermatre, dan mulai mengangkat tinggi pedang apinya.

Ilona hanya bisa pasrah dan menunduk dengan takut. Kedua mata Ilona sudah terpejam dengan cepat, ia berpikir sudah tidak ada yang bisa menolongnya saat itu.

"Yang Mulia Raja... TUNGGU...!!"

Suara yang Ilona sangat kenal, membuat Ilona membuka matanya dan mengetahui kehadiran Seqenenre yang berada diantara mereka.

Tidak hanya ayah Nefertari, tapi Munthy pun sudah berada disamping ayahnya. Munthy mengenakan cadarnya, dan matanya menatap gelisah kearah adiknya.

avataravatar
Next chapter