7 Nyanyian kesedihan: Siren – Kaum Yang hidup di Lautan.

Ilona benar-benar tidak bisa menahan rasa keingintahuannya yang terlalu besar, rasa penasarannya juga telah mengalahkan logikanya. Ia terus saja mendekat kearah kolam besar yang berada ditengah-tengah.

Kolam yang besar, dan anehnya ia tidak bisa melihat gelombang air yang bergerak. Seakan-akan air itu membeku, tapi alunan nyanyian itu masih terus terdengar di telinganya. Dan masih terus memberi perintah kepadanya, agar Ilona bisa semakin mendekat.

Setidaknya Ilona bisa memperkirakan seberapa besar kolam tersebut, ketika dia sudah berada disisi kolam. Kolam besar tersebut memiliki diameter sepanjang dua belas meter. Dan beberapa batu yang sengaja disusun rapi mengelilingi kolam tersebut.

"Hahh...?" Ilona tertegun menatap permukaan air kolam tersebut.

Ternyata hal itu yang menyebabkan ia tidak melihat gelombang air dari kolam tersebut, karena seluruh permukaan kolam tersebut tertutup dengan air yang membeku menjadi es. Tampak seperti sebuah kaca tebal yang menutupi permukaan kolam.

"Ini benar-benar es? Tapi bagaimana bisa air di kolam ini menjadi es, sedangkan Mesir... Hahh... apa itu?" Ilona yang sedang menyentuh permukaan kolam kembali dibuat terkejut, ketika dia melihat ada yang bergerak dari balik permukaan tersebut.

Ilona yakin tadi dia melihat sosok yang sedang berenang, seperti sebuah ekor ikan yang sangat lebar dan berwarna biru gelap.

Kali ini ia mendengar suara lengkingan yang sangat memekakkan telinga, seketika Ilona langsung menutup kedua telinganya.

Jauh didalam sana, dibalik permukaan ia melihat sosok yang sedang bergerak terus menerus. Ekornya yang sangat panjang, membuat pantulan biru keemasan, akibat sinar rembulan yang terang.

Ilona yang penasaran, tanpa pikir panjang naik keatas permukaan air. Dengan sandalnya yang sangat tipis ia masih bisa merasakan hawa dingin yang berasal dari permukaan air kolam yang membeku.

"Hei... tunggu.." Ilona mencoba mengejar sosok tersebut.

Ilona terus berjalan dengan hati-hati, karena permukaan kolam yang sangat licin. Ia terus berjalan hingga kebagian tengah, dan disaat itu ia melihat sosok tersebut terhenti dan menatapinya.

Ilona harus membungkuk untuk melihat jelas apa yang berada dibalik permukaan kolam yang membeku tersebut.

Ilona jatuh tersungkur kearah belakang ketika ia sadar kalau yang ia lihat adalah sosok wajah manusia yang cukup menyeramkan.

"Aa....hh..." Ilona tidak mampu berkata apa-apa, ia berusaha memajukan tubuhnya dan kembali melihat sosok wajah tersebut.

Dua pasang mata berwarna biru sepenuhnya, tidak memiliki kelopak mata seakan-seakan sedang melotot kesal kearah Ilona. Wajah dan bagian lehernya yang bisa Ilona lihat, penuh dengan sisik kecil dan halus berwarna biru berkilauan.

Bentuk bibirnya yang sangat lebar hampir menyentuh bagian ujung rahangnya, dan barisan giginya yang meruncing dengan tajam.

Rambutnya yang berwarna hitam melayang-layang dipermukaan air. Tangannya menempel pada permukaan air yang membeku, Ilona memperhatikan sosok tersebut hanya memiliki empat jari yang berselaput.

Tangan dari sosok tersebut mulai meraba-raba permukaan kolam yang membeku. Salah satu jari berselaputnya seperti membuat suatu tulisan, yang Ilona sendiri tidak tahu apa itu.

"Kau coba berbicara denganku?" Tanya Ilona, dan anehnya sosok tersebut mengangguk dengan cepat. Ekor miliknya kembali melambai-lambai disampingnya.

"Kau mengerti dengan perkataanku?" Ilona kembali terperanjat dan sosok tersebut kembali mengangguk dengan cepat. Raut wajah sosok tersebut berubah menjadi sedih, ia sedikit memiringkan kepalanya

"Tapi bagaimana caranya agar? Aku tidak tahu.. " Ilona sedikit frustasi dan masih berpikir, ia tidak paham dengan maksud dari sosok tersebut.

Tangan dari sosok tersebut mulai memukul permukaan es dengan kuat, dan ia lakukan berkali-kali. Dan tetap saja tidak ada yang terjadi, permukaan es itu terlalu kuat untuk dihancurkan. Tapi tetap saja sosok makhluk tersebut, melakukan hal yang sama. Terus memukul-mukul kearah permukaan air kolam yang membeku.

"Tunggu.. apa maksudmu? Hentikan!! Sangat sulit untuk menghancurkan permukaan air es ini. Kau tidak bisa melakukannya sendiri." Ucap Ilona kesal.

Sosok tersebut menggelengkan kepalanya, dia tidak setuju dengan pendapat Ilona. Dan ia masih terus memukul-mukul dengan kuat kearah permukaan kolam yang membeku.

"Ahh.. Ini tidak benar.." Keluh Ilona menyaksikan dengan bingung.

Makhluk tersebut kemudian menunjuk kearah Ilona, dan mulai memberikan arahan agar Ilona juga melakukan hal yang sama dengan yang ia lakukan kepadanya.

"Kau ingin aku melakukan hal yang sama?" Tanya Ilona kembali, sosok tersebut menyeringai dengan deretan giginya yang tajam, kemudian mengangguk cepat.

"Tapi bagaimana kalau tidak terjadi apapun, bagaimana kalau akan sia-sia saja, dan aku tidak bisa menolongmu?" Tanya Ilona.

Raut wajah dari makhluk tersebut berubah menjadi sedih, kedua tangannya yang berselaput menyatu . Seakan-akan sedang membuat permohonan agar Ilona bisa menuruti dan mencoba terlebih dahulu.

"Ahh.. baiklah."

Ilona sudah mengangkat tinggi salah satu tangannya, ia sudah berniat untuk memukulkan telapak tangannya pada permukaan es. Dengan cepat Ilona sudah memukul pemukaan kolam air yang membeku.

Satu hal yang mengejutkan dirinya, sinar biru tiba-tiba saja muncul bersamaan ketika Ilona telapak tangan Ilona sudah menyentuh permukaan kolam es.

Mata Ilona melebar dengan terkejut, sinar biru yang terang itu seketika menghilang , ketika Ilona sudah tidak memukul ke permukaan kolam es.

Wajah dari makhluk tersebut menyeringai senang, matanya mengerjap beberapa kali. Ia terus mengangguk, seakan-akan mengatakan.

"Ayo... teruskan.. kau bisa melakukannya..!!"

Ilona kembali memukul permukaan kolam es, dan sinar biru itu kembali muncul dengan warna yang terang. Menghilang ketika Ilona sudah berhenti untuk memukul, kali ini Ilona sadar dan tahu kalau sinar biru itu akan muncul ketika ia memukul permukaan es.

"Kau benar aku bisa melakukannya. Tunggulah,, kau bisa keluar dari kolam ini." Ucap Ilona dengan keyakinan.

Dan ia mulai mengangkat tinggi lagi tangannya, dan dengan tekanan yang kuat ia mulai kembali memukul kearah permukaan kolam es.

Sinar biru yang lebih terang dari sebelumnya muncul, pengaruh dari kekuatan Ilona yang ia perbesar dari sebelumnya.

"Krek...Krek...." Retakan terdengar dari permukaan kolam, tapi belum benar-benar menghancurkan permukaan kolam yang membeku tersebut.

Sosok tersebut sepertinya senang, ia berputar-berputar dengan ekornya yang panjang. Tidak sabar untuk menunggu, dan keluar dari kolam tersebut.

Ilona menarik napasnya, dan ia mulai berpikir untuk melakukan pukulan yang kuat. Kali ini ia sudah mengepal tangannya, seakan-akan sebuah tinju yang besar.

Baru saja Ilona ingin melayangkan tinjunya kearah permukaan kolam, sebuah tangan kekar sudah memegangi pergelangan tangannya dengan erat. Ilona langsung menoleh kearah belakangnya, dan melihat siapa yang sedang menghalanginya saat itu.

Sepasang mata hijau manik, memandanginya dengan keji. Tubuhnya yang tinggi dan rambut hitamya terurai panjang, serta rambutnya yang melambai-lambai diudara. Dadanya yang tampak polos, hanya tertutupi dengan potongan kain sutra emas yang menyilang.

Wajah lelaki itu tampak garang memandangi Ilona, tidak ada senyuman, apalagi keramahtamahan yang diperlihatkan oleh Useermatre.

Ilona menelan air ludahya sendiri, ia merasa kalau ia sudah membuat sang raja marah. Dan itu bukan hal yang baik, sepertinya kepalanya akan hilang malam itu juga.

avataravatar
Next chapter