4 Menyadari - Kembali ke Masa Lalu

Munhty masih saja meletakkan handuk kecil hangat pada kening Nefertari, ia masih sangat khawatir melihat adiknya saat itu. Nefertari belum terbangun pasca pengobatan yang sudah dilalui malam sebelumnya.

"Ayah, apa perlu kita membawanya ketempat itu?" Munthy tidak berani menyebutkan nama tempat yang ia maksud. Mata ayahnya memandangi cemas kearah putrinya yang sedang berbaring lemah.

"Aku rasa tidak perlu, lagipula kalau kita ketempat itu, hanya akan memperkeruh keadaan. Saat ini Yang Mulia Agung dalam keadaan senang. Jangan membuat suasana hatinya menjadi buruk." Jawab Seqenenre.

"Kapan kau memergoki Nefertari yang mempelajari mantra penjelajah. Dan apakah berhasil?" Tanya Seqenenre lagi.

"Tepatnya sehari sebelum penobatan Yang mulia Ramesses, ayah. Tapi aku sangat yakin, ia tidak berhasil merapalkan mantra tersebut. Apa ini dampak yang sedang ia rasakan, karena mempelajari ilmu hitam?" Nada suara Munthy bergetar, rasa takut teramat besar ketika ia mengingat kejadian beberapa hari lalu.

Kalau bukan dirinya yang menarik Nefertari, mungkin saja adiknya sudah terjebak dalam ruang dan waktu yang tidak mungkin mudah untuk ditemukan.

Seqenenre menghela napasnya, ia membelai rambut putrinya dengan rasa sayang.

"Sepertinya adikmu belum bisa menerima kepergian ibunya. Semua ini pasti sangat sulit, termasuk dengan kita semua. Tapi kita harus tetap menjalaninya."

"Ya, ayah. Aku sangat terkejut saat Nefertari tiba-tiba saja bertingkah aneh didepan raja. Seharusnya saat itu ia membasuh kaki raja, tapi yang terjadi justru dia malah berteriak aneh dan mengatakan sesuatu yang tidak kumengerti." Munthy kembali mengingat kejadian.

"Tapi.. apakah ayah berhasil menemukan para kaum itu? Mereka yang tinggal dilautan?" Tanya Munthy dan mengingat kalau ayahnya sedang diberi tugas oleh sang Raja.

"Aku belum bisa memberitahukan hasilnya kepadamu, bersabarlah Munthy. Setelah aku bertemu dengan sang Raja. Aku akan bercerita kepadamu." Ucap Seqenenre.

***

Ilona membuka matanya perlahan, sinar matahari yang masuk melewati celah jendela membuatnya terbangun. Karena ia merasakan kehangatan yang menerpa wajahnya saat itu.

"Aahh... apa yang terjadi denganku?" Ilona menyingkirkan selimut yang menutup tubuhnya. Ia masih bingung dengan tempat asingnya saat ini, belum lagi pakaiannya yang ia kenakan benar-benar aneh.

Ilona sudah menurunkan kedua kakinya, dan masih memegangi kepalanya . Ada rasa penat dan pusing yang terus berputar-putar yang ia rasakan saat ini. Ilona bahkan harus memegangi sisi tempat tidurnya untuk berpegangan, agar dirinya tidak jatuh dan tumbang.

Cermin besar berbentuk oval berdiri tegap dan tidak jauh dari tempat ia berada saat ini, Ilona terperanjat melihat bayangannya sendiri. Melangkah dengan pelan dan masih terus memperhatikan wanita yang berada dicermin tersebut.

Tentu saja wajah Ilona yang terpantulkan, hanya saja ada yang berbeda. Penampilannya saat itu berbeda. Rambutnya yang bergelombang, berganti lurus. Umurnya tampak lebih muda, dia yakin wajahnya terlihat masih belasan tahun.

Kulitnya yang cokelat juga terlihat indah dan licin. Ilona memegangi wajahnya sendiri, seakan-akan tidak percaya kalau pantulan cermin yang ada dihadapannya adalah dia.

"Nefertari... Ahh syukurlah kau sudah terbangun.. " Munthy muncul dari balik pintu, dan terlihat senang mengetahui adiknya yang sudah terlihat lebih baik.

"Munthy.. itu namamu bukan?" Ilona mengingat wajah yang muncul dalam pikirannya saat ia belum kehilangan kesadarannya.

"Ya.. Nefertari.. Kau sudah ingat? Aku ini kakakmu, dan kau adikku. Apa kau ingat!" Munthy sedang membawa nampan besar berwarna abu-abu, dan ia hentakkan dengan kesal diatas meja.

"Ayah bilang kau tidak boleh lagi menyentuh buku itu! Atau kau akan diberi hukuman." Munthy masih saja berceloteh, dan Ilona hanya memperhatikan setiap gerakan bibir Munthy.

Mengapa aku bisa mengerti bahasanya? Kalau wanita ini menggunakan bahasa mesir kuno, seharusnya tidak akan semudah ini aku bisa paham dengan apa yang ia bicarakan.

"Nefertari!! Apa sekarang kau sudah benar-benar kehilangan akalmu?!" Suara Munthy semakin meninggi dengan cepat.

Ilona langsung memegangi kedua tangan Munthy dengan erat, dan matanya menunjukkan rasa ketakutan.

"Bagaimana kalau aku mengatakan, aku bukanlah Nefertari.. Aku ilona." Ucap Ilona dengan tergugup.

Menjelang sore itu Ilona sudah dibawa kesebuah ruangan lainnya yang berada ditempat tinggal Nefertari. Munthy mengatakan kalau ruangan itu biasa digunakan ayahnya untuk belajar bersama dengan Munthy dan Nefertari.

Beberapa rak buku berjejer dengan rapi, dengan banyaknya gulungan terpal yang ada di setiap rak buku. Ilona yang bosan menghampiri rak buku tersebut.

"Mmm.. aneh sekali. Mengapa semua simbol-simbol ini bisa kubaca dengan mudah." Ucap Ilona, dia sudah mengambil lembaran kulit sapi yang tergulung. Dan sudah ia rentangkan diatas meja,

"Hmm.. ternyata dimasa ini mereka sudah mempelajari hingga sejauh ini? Mereka bisa mengetahui kekuatan pondasi dari sebuah piramida?" Decak kagum Ilona.

Pintu besar kayu tiba-tiba terbuka, Ilona langsung menggulung cepat bacaannya. Dan meletakkan kembali kedalam rak.

Seqenenre dan Munty sudah berada didalam ruangan, kedua wajah itu sangat tegang dibandingkan Ilona yang sedang menatap mereka.

"Duduk! Disini Nefertari." Tunjuk Seqenenre kearah bantalan duduk.

"Apa...? Aku duduk.." Ilona masih saja bingung, karena pria yang tampak sudah tua itu tetap memanggilnya sebagai Nefertari.

"Ya.. kau.. cepat duduk disini..!" Munthy memperjelas.

Ilona pun akhirya menurut, ia memperhatikan wajah Seqenenre yang tampak sangat tua dengan jumlah keriput yang sangat banyak diwajahnya saat itu. Rambutnya hampir seluruhnya berwarna putih,bola matanya berwarna hitam. Rambutnya yang panjang, ia ikat separuh. Tapi anehnya, Seqenenre tidak memiliki janggut ataupun kumis.

"Apa yang ingin kau lakukan, bukankah sudah kubilang kalau aku bukan.."

"Berhenti berbicara.. Tutup mata dan mulutmu. Setelah ini selesai, kita baru bisa berbicara." Jelas Seqenenre.

Sebuah belati kecil dengan bentuk seekor naga kecil tiba-tiba sudah berada ditangan Seqenenre, Ilona melihat Munthy mengambil beberapa langkah mundur. Dan Munthy hanya menunduk saja, dan tidak melakukan apapun.

Seqenenre meraih tangan kanan Ilona. Dan dengan sengaja menusukkan ujung belati tersebut pada ujung telunjuk dari tangan kanan Ilona. Ilona meringis kecil karena menahan sakit, rasanya seperti tertusuk duri.

Satu tetes darah sudah berada diujung belati tersebut, dan lama kelamaan memudar. Seakan-akan diserap oleh belati naga tersebut. Tapi bagaimana mungkin, sebuah belati menyerap darah? Pikir Ilona bingung.

Belati kecil itu masih berada ditelapak tangan Seqenenre, kali ini ia tidak menggenggamnya. Hanya membiarkan saja belati berada di tapaknya. Tapi lama kelamaan muncul cahaya yang berpendar dan membuat bulatan cahaya berwarna merah terang.

Mata Seqenenre pun berubah dan menjadi warna merah yang sama, yang dipendarkan oleh belati tersebut. Rambut Seqenenre yang panjang melayang-layang, padahal tidak ada angin kencang disekitar mereka.

Munthy masih menunduk, berbeda dengan Ilona yang penasaran. Dan ingin tahu kelanjutan apa yang akan terjadi berikutnya.

Kejadian itu tidak berlangsung lama, semua sudah kembali menjadi normal. Rambut Seqenenre tidak lagi melayang, matanya sudah kembali menjadi hitam, dan cahaya merah yang berpendar itu sudah tidak ada lagi beserta dengan belati kecil dengan ukiran naga.

"Hahh.. kemana perginya belati itu?" Ilona, antara bertanya dan kagum dengan aksi sulap yang Seqenenre berikan.

Wajah Seqenenre terlihat masam, entah apa yang terjadi saat kesadarannya tadi sempat menghilang. "Nefertari.. kau benar-benar berhasil merapalkan mantra itu."

"Sudah kubilang, aku bukan Nefertari.. Tunggu sebentar.." Ilona beranjak dari duduknya, ia harus mendongak Seqenenre yang cukup tinggi.

"Nefertari!! Jaga kesopanamu dihadapan ayah. Rendahkan suaramu saat berbicara dengan ayah, dan juga tundukkan kepalamu." Ucap Munthy yang sudah tidak menunduk, dan juga berdiri dibelakang Seqenenre.

"Tidak apa-apa , Munthy. Ini bukan salahnya, karena yang berbicara dengan kita bukanlah Nefertari seutuhnya" Jelas Seqenenre.

"Ayah..? Apa kau yakin?" Munthy tidak percaya, dan mendekat kearah Ilona.

"Sudah kubilang bukan." Ilona menyeringai sebal kearah Munthy.

"Hhh... Kau memang bukan Nefertari, tapi kau bagian dari Nefertari. Kau adalah masa depan Nefertari, dan kau juga yang membuat masalah ini terjadi." Jelas Seqenenre.

"Apa.. Maaf sekali, tapi aku tidak paham dengan yang kau bicarakan." Alis Ilona menaik dengan keningnya yang mengkerut.

"Ilona.. itu adalah namamu bukan, setelah melewati tujuh generasi. Hhh... aku tidak tahu apa yang terjadi pada masa ini.. Sehingga Nefertari yang berada dimasa ini, ingin sekali merubah masa depan." Ucap Seqenenre.

"Apa?? Tujuh generasi...tunggu.. maksudmu aku sudah ber-reinkarnasi selama tujuh kali? Dan apa maksudmu dengan mengubah masa depan?" Ilona masih tidak paham.

"Perlu kuingatkan, sekarang ini namamu adalah Nefertari. Wajahmu mungkin tidak berubah, tapi dimasa ini kau adalah Nefertari." Ucap Seqenenre.

"Jangan pernah kau mengatakan kepada siapapun, kalau kau berasal dari masa depan! Walaupun kita adalah penyihir, tetap saja kemampuan untuk menuju masa depan sangatlah berbahaya." Seqenenre mendekatkan dirinya pada Ilona.

Wajah Seqenenre mendekat kerah Ilona, bukan ingin melakukan hal yang aneh. Tapi keningnya ia rapatkan pada kening Ilona.

"Ohh... putriku.. penderitaan apa yang sudah kau lalui. Hingga kau rela melakukan hal seperti ini, kau pasti akan terus terjebak denga semua keadaan ini." Ucap Seqenere sedih.

"Apa maksudmu, Tuan? Kau membuat bulu kuduqku berdiri, aku ingin kembali kemasaku. Kau harus membantuku." Ucap Ilona tergagap

"Maaf sekali, Nefertari. Aku tidak bisa melakukannya, karena kau sudah melakukan perjanjian tersebut. Dan kau juga yang mengingkari perjanjian tersebut." Pandangan Seqenenre menjadi sangat sedih.

"Ayah.. kau baik-baik saja?" Munthy merasa khawatir dengan kondisi ayahnya.

"Biar kujelaskan kepadamu Nefertari, kau harus mengulang kembali tujuh reinkarnasimu. Sampai akhirnya kau bisa hidup dengan tenang, hanya saja..." Munthy dan Seqenenre memandang dengan gelisah.

"Hanya saja apa?"

"Hanya saja kami harus mencari tahu, hal apa yang sampai membuat kau terus mengulangi kehidupanmu. Dan Kau akan terus mengingat semua kehidupanmu, Nefertari. Itu hal yang sangat menyakitkan." Jelas Munty.

"Kau pasti bisa mengingatnya, karena tubuh ini, pikiran ini adalah milik Nefertari dan Ilona. Kau pasti bisa." Seqenenre menambahkan.

"Hahh.. bisa dikatakan kalau aku terjebak ditempat ini, di masa ini." Ilona duduk merosot dengan lemah, serta menunduk. Ia masih tidak percaya kalau ia berada dijaman mesir kuno, dan itu beribu-ribu tahun lamanya.

Bagaimana caranya agar dia bisa kembali ke kehidupannya di masa mendatang?

avataravatar
Next chapter