5 Malam Berbintang

Mesir sudah menjelang malam, dan udara panas perlahan terganti dengan udara yang dingin. Angin yang tertiup pelan, ditambah suasana alam yang terlihat tenang dan damai.

Tapi berbeda dengan kondisi Ilona yang gelisah, ia duduk dekat dengan sisi jendela. Memperhatikan tiap-tiap gugusan bintang, mencoba menerka jenis gugusan bintang apa saja yang ditampilkan oleh langit malam.

"Hhhh....Bukankah itu seperti Andromeda." Tunjuk Ilona pada barisan bintang yang memiliki sinar paling terang.

"Kau benar, ternyata kau tidak menjadi bodoh?" Ucap Munthy yang baru saja muncul dan membawa sekeranjang buah pisang dihadapan Ilona.

"Kau sudah lebih baik? Setelah makan malam tadi kau lebih banyak melamun, Nefertari?" Tanya Munthy dan menyodorkan buah pisang kepadanya.

"Aku masih kenyang." Jawab Ilona bohong.

"Bisakah kau memanggilku Ilona, karena aku bukan Nefertari." Ilona memohon, raut wajahnya terlihat sedih ketika ia memohon kepada Munthy.

"Maaf sekali, tapi tidak bisa, Ne-fer-tari!! sampai kapan pun kau adalah Nefertari!"

"Apa kau ingat apa yang dikatakan oleh ayah?" Ucap Munthy, dan menggeser keranjang buahnya. Memegangi bahu Ilona dan membuatnya berhadapan langsung dengannya.

"Tidak ada yang boleh tahu mengenai kejadian ini, hanya aku, ayah, dan kau sendiri Nefertari.. Kau juga harus terbiasa dengan namamu. Mulai sekarang, kau adalah Nefertari." Ucap Munthy tersenyum.

"Dan... Sampai ayah bisa memastikan penyebab semua kejadian ini, aku bertugas untuk selalu menemanimu." Lanjut Munthy.

"Tapi... aku tidak yakin Munthy, apa aku bisa menjalani kehidupan seperti ini." Ucap Ilona ragu dan menunduk.

"Memang kehidupan seperti apa yang kau jalani disana?" Tanya Munthy penasaran.

"Disana..?"

"Iya.. disana.." Munthy memperhatikan kondisi sekitar, dan sedikit berbisik. "Di masa depan yang kau ceritakan kepadaku." Bisik Munthy, tapi dengan bersemangat.

"Ahh.. disana itu maksudmu. Disana tentu sangat berbeda dengan tempat ini, banyak hal yang bisa memudahkan kegiatan kami. Dan.. bahkan kami bisa berkomunikasi dalam jarak jauh sekalipun."

"Wahh... kalian juga melakukan sihir?" Munthy terpukau dengan cerita Ilona.

"Sihir..." Ilona menertawakan pertanyaan Munthy, tapi wanita itu tidak tertawa dan hanya memiringkan kepalanya dengan bingung.

"Tidak ada yang namanya sihir.. yang ada hanya sulap. Trik yang menipu mata." Lanjut Ilona.

"Nefertari...!! Jaga ucapanmu!!" Munthy langsung menutup mulut Ilona. "Kau tidak boleh berkata seperti itu, apa kau tidak tahu kalau kita adalah penyihir."

"Apa !! Penyihir??" Ilona justru lebih lantang mengucapkannya. Dan Munthy mengangguk dengan cepat.

"Ssttt.. pelankan suaramu!!" Perintah Munthy.

"Dan apa... aku juga seorang penyihir...?" Ilona menunjuk dirinya sendiri dengan bingung. Munthy kembali mengangguk.

"Hhh... ingatanmu belum sepenuhnya pulih, apa tidak ada hal lain yang bisa kau ingat? Ingatan Nefertari ? Ingatanmu sendiri?" Tanya Munthy, dan semakin kecewa ketika Ilona hanya membuat ekspresi wajah yang bingung.

"Ahh... ini seperti mengajarkan seorang anak kecil. Apa kau tahu bagaimana para dewa mesir bisa mendapatkan kekuatan mereka?" tanya Munthy dan Ilona menggelengkan kepalanya.

Munthy langsung mengambil posisi duduk bersila, sepertinya ia sudah sangat semangat untuk bercerita kepada adiknya.

"Dengarkan ceritaku baik-baik." Ucap Munty bersemangat dan menjetikkan jarinya.

Cahaya putih kebiru-biruan muncul dari jentikkan jari Munthy. "Semua kisah ini berawal dari para kaum terpilih."

Cahaya tersebut berpendar menjadi biru terang, dan membentuk sebuah gambaran. Seperti melihat layar kecil yang sedang berputar di telapak tangan Munthy.

"Dulu sekali orang-orang menyebut kita sebagai dewa, mengelukan nama kita karena semua kemampuan dan kehebatan yang kita punya."

Sebuah gambaran kembali muncul pada sinar kebiruan. Seorang pria berbadan tegap dengan tongkat yang menyerupai petir.

"Tapi sebenarnya kamilah yang menghuni tempat ini, sebelum umat manusia berada. Kami berada didunia yang berbeda saat itu, Tugas kami adalah perlahan mengajarkan kepada manusia bagaimana cara untuk bertahan hidup."

Gambaran lainnya terlihat jelas, beberapa orang-orang melesat turun dari langit dan bertemu dengan para manusia yang sedang belajar membuat api, berburu, berkebun, bahkan membuat rumah dan pakaian.

"Kami harus melakukannya secara perlahan, karena kalian harus bisa belajar dan paham mengenai apa yang kami ajarkan kepada kalian."

"Tapi...Perlahan... semuanya semakin berubah. Para manusia menjadi semakin pintar, dan semakin mengembangkan kemampuan diri mereka. Tapi kita masih bisa berdampingan dengan baik saat itu."

"Kami memberikan kekuatan pertama kami pada Raja mesir pertama , yang biasa mereka sebut sebagai Dewa Ra – Dewa Matahari. Sampai akhirnya hampir semua keturunan Dewa Ra, memiliki kekuatan besar. Dan semakin banyak yang mengangungkan nama mereka sebagai Dewa –dewi pelindung manusia."

"Dewa Ra memiliki sepasang anak yang ia nikahkan, Dewa Gub dan Dewi Nut. Dan dari dua dewa dan dewi inilah semua bermula.."

"Ahh aku tahu.. mereka merupakan dewa bumi, dewa yang kuketahui memiliki kekuatan yang sangat besar, aku pikir itu hanya sebuah dongeng." Potong Ilona, ia mengingat beberapa kisah dewa dewi mesir kuno.

"Aku belum selesai bercerita Nefertari, apa kau masih mendengarkan?" Munty sedikit kesal karena ceritanya dipotong oleh Ilona.

"Maafkan aku, silahkan lanjutkan ceritamu. Dan aku masih menyimak." Ucap Ilona.

Munthy kembali menjetikkan jarinya, dan cahayanya berganti menjadi berwarna hitam. Timbullah empat sosok bayangan, dua orang pria dan dua orang wanita.

"Siapa mereka?" Tanya Ilona

"Mereka adalah anak-anak dari Dewa Gub dan Dewa Nut." Jelas Munthy.

"Seperti yang kukatakan kepadamu, dari mereka semua-lah kisah ini bermula. Empat keturunan dari Gub dan Nut. Dua orang putra Set dan Osiris, serta dua putrinya yang cantik Neftis dan Isis."

"Takdir menentukan bahwa Osiris akan menjadi raja yang agung bersama dengan istrinya Isis. Sedangkan takdir lain menentukan hal yang berbeda dengan Set yang akan menikahi adiknya Neftis."

"Seiring dengan waktu, pertumpahan darah tidak bisa terelakan lagi. Ketika Set telah membunuh saudaranya sendiri Osiris. Disitu juga kami - para kaum terpilih pun ikut terpecah belah, kami mulai menentukan siapa berpihak kepada siapa."

"Para kaum terpilih pun terpecah menjadi...mmm... anggap saja dua bagian, anggap saja sang putih dan hitam. Kaum putih yang masih melindungi peradaban manusia, dan kaum hitam yang ingin menghancurkan peradaban manusia."

Cahaya hitam ditangan Munthy berubah menjadi warna merah terang. Kobaran api kecil membentuk dengan jelas, setelahnya muncul gambaran dua orang bertudung. Satu orang berpakaian putih dan satu orang berpakaian hitam.

Gambaran dua sosok tersebut saling menyerang dengan kekuatan yang teramat kuat, percikan kembang api muncul dengan sering. Sedangkan Ilona masih menonton dengan takjub.

Ilona terkejut ketika dua sosok bayangan itu mendekat kearahnya dan masih saja bertarung dengan sengit, beberapa percikan api mengenai dirinya dan anehnya Ilona tidak merasakan apapun.

Suara ledakan kecil muncul, sosok bayangan hitam tersebut terkapar dan terlihat kalah dalam pertarungan, sosok bayangan putih mendekati mencoba memberikan uluran tangan. Akan tetapi sosok bayangan hitam menolak, kemudian menghilang. Begitu juga dengan cahaya yang tadi berasal dari tangan Munthy, ikut menghilang bersamaan.

"Apa yang terjadi?" tanya Ilona penasaran.

"Kami terpecah, menjadi beberapa kelompok.. Aku akan menjelaskannya besok kepadamu. Anggap saja ini tahap pengenalanmu. Tapi yang harus kau takuti adalah para kaum Sage, mereka kaum penyihir yang sangat kuat dan menguasai beberapa elemen penting dibumi."

"Dan... salah satunya adalah ayah kita, ayah kita keturunan dari kamu Sage. Hanya saja ayah Berada di pihak yang baik." Jelas Munthy.

"Hhh.. apa aku sudah gila, aku berharap ini hanyalah mimpi. Dan besok aku bisa terbangun dan menjalani kehidupan normalku." Ucap Ilona dengan histeris.

"hh...Beristirahatlah Nefertari, masih banyak kisah yang akan kuberitahukan kepadamu." Munthy beranjak dari duduknya, dan menepuk bahu adiknya.

Ilona memperhatikan Munthy sudah berlalu dari kamarnya dan menutup rapat pintu kamar Ilona.

Ilona yang masih penasaran, mengintip dari balik jendela kamar, matanya membelalak tidak percaya ketika Munthy yang berada dibalik pintu tiba-tiba menghilang dengan kepulan asap putih yang muncul.

"Hahh.. Hal apa lagi yang lebih seram dari hal tadi? Apakah aku sedang berbicara dengan hantu?" Ilona bergidik seram dan langsung menutup jendela kamarnya.

avataravatar
Next chapter