7 bab 7 Twin Baby

Empat bulan berlalu. Kini kandungan Luna sudah mulai terlihat menonjol. Bahkan terlihat lebih besar dari umumnya. Dia masih bersikap ketus pada Ethan, meski Ethan sudah bersikap baik padanya. Setiap hari Ethan menyiapkan susu untuknya. Menuruti setiap keinginannya saat ngidam tanpa mengeluh. Meski Luna meminta yang aneh-aneh, Ethan tetap menurutinya.

Ethan berharap sebelum Luna melahirkan. Luna sudah bisa menerimanya sebagai suami yang dicintai. Mereka selama ini berstatus suami istri, namun mereka tidak pernah melakukan hubungan selayaknya suami istri. Meski mereka tidur seranjang. Tidak membuat mereka melakukan itu lagi karena rasa canggung Ethan dan juga Luna masih belum mencintai Ethan.

Meski Luna bersikap acuh. Dia tidak bisa memungkiri, kehadiran Ethan juga membuatnya nyama. Bahkan selalu ingin di dekatnya. Mungkin karena pengaruh bayi dalam kandungan yang selalu ingin mendapat kasih sayang ayahnya. Luna sering bersikap seenaknya. Sikapnya yang manja tapi acuh sungguh menguji kesabaran Ethan. Selain itu, diam-diam Edward masih sering datang berkunjung berdalih silaturahmi, padahal dia ingin melihat keadaan Luna. Karena Edward masih mengharapkan Luna, meski dia sudah memiliki Viona. Tapi sikap Viona yang sombong membuat Edward semakin tidak betah dan ingin bercerai.

♡♡♡

Pagi-lagi Luna sedang membaca majalah yang baru dia beli kemarin saat ke mall bersama Ethan. Sedangkan Ethan menemaninya dengan meminum secangkir teh sembari membaca koran.

Mata Luna sukses terbelalak setelah membaca sebuah artikel di majalah itu yang mengutip tentangnya.

Model cantik yang belum lama naik daun dan menikah, kini terlihat perutnya sudah membesar. Kabarnya Luna sudah hamil sebelum menikah.

Luna melemparkan majalah itu ke meja dengan tatapan marah. Ethan yang sedang fokus membaca koran pun sedikit terkejut dan mengernyitkan dahinya menatap istrinya yang sewot.

"Kenapa di lempar?" Tanya Ethan seraya mengambil majalah itu.

"Semua ini gara-gara kamu. Setelah ini aku akan di cap buruk oleh orang-orang, Bahkan penggemarku" jawab Luna dengan nada tinggi menatap marah Ethan. Baginya Ethan adalah sumber masalahnya. Andai Ethan tidak menghamilinya. Mungkin dia masih menjadi model dan lebih tenar lagi.

"Memang kenyataannya begitu kan. Sudah lah jangan di sesali." Ucap Ethan setelah membaca artikel itu.

"Enak kamu bilang begitu. Aku malu Ethan!!"ucap Luna dengan nada tinggi lalu segera meninggalkan Ethan sendiri

Luna berjalan melewati anak tangga menuju kamarnya. Lalu dia melihat pantulan dirinya di cermin besar di kamarnya,"memang perutku besar sekali. Seperti usia tujuh bulan. Padahal ini baru lima bulan,"gumam Luna seraya terus memperhatikan perutnya.

CEKLEKK

Ethan membuka pintu kamar dan melihat Luna sedang bercermin lalu menatapnya.

"Perutku terlalu besar. Apa kamu tidak merasa aneh?" Tanya Luna seraya menatap Ethan yang masih di depan pintu.

"Apanya yang aneh. Hamil pasti membesar perutnya" jawab Ethan seraya berjalan menghampiri Luna dan menatao perut besar Luna.

"Ini seperti usia tujuh bulan Than. Dan gerakan bayinya terlalu kuat" ucap Luna setelah merasakan tendangan dari dalam perutnya yang mulai dapat dia rasakan.

"Apa boleh aku pegang?" Tanya Ethan. Dia ingin merasakan gerakan anaknya. Karena selama ini Luna tidak pernah mengizinkan Ethan menyentuh perutnya yang sudah membesar itu.

"Em. Boleh. Tapi jangan lama-lama. Aku geli" jawab Luna dengan ragu. Ethan mengangguk dan segera menunduk menyentuh perut Luna dengan telapak tangannya.

Ethan menyinggungkan senyum di bibirnya setelah merasakan gerakan anaknya di dalam perut Luna. Diam-diam Luna juga merasa senang dengan sentuhan Ethan. Ďia merasakan debaran jantungnya sama seperti saat Edward menyatakan cinta kepadanya.

"Apa aku boleh menciumnya?" Tanya Erhan dengan tatapan memohon.

"Tentu saja" jawab Luna secara refleks. Meski dia masih malu.

Ethan berjongkok hingga posisi wajahnya di depan perut Luna.tangannya melingkar ke pinggang Luna lalu dia mencium perut buncit Luna hingga beberapa detik.

"Geli" gumam Luna seraya tersenyum tipis. Rasa kesalnya tadi sudah memudar menjadi rasa nyaman..

"Terimakasih"ucap Ethan dengan tersenyum puas. Dia merasa senang Luna mengijinkannya menyentuh perutnya, bahkan menciumnya.

"Tidak perlu terimakasih. Kamu berhak merasakan kehadiran anakmu. Maaf aku egois,"sahut Luna.

"Jangan terlalu memikirkan soal gosip itu" saran Erhan seraya berdiri ,"apa sudah pernah USG?"

"Belum. Kan kita periksa selalu bersama"

"Kalau begitu sekarang saja. Sekalian belanja pakaian yang lebih besar untukmu" ajak Ethan

"Aku siap-siap dulu," Luna segera mengganti pakaiannya dengan pakaian yang lebih elegant. Memoles wajahnya dengan make up tipis. Tidak lupa dia juga memasukkan kacamata hitam ke dalam tasnya. Sedangkan Ethan menatap istrinya yang sedang sibuk bersiap-siap itu.

"Ayo" ajak Luna yang sudah selesai bersiap.

Mereka berdua segera berangkat menuju rumah sakit tempat biasa Luna rutin cek kehamilan. Selama di mobil. Mereka berdua hanya saling diam hingga sampai di rumah sakit.

Setelah sampai. Mereka berjalan menuju ruangan dokter spesialis kandungan langganan mereka. Sepanjang mereka berjalan. Banyak pasang mata yang memperhatikan mereka berdua. Ada yang berbisik ada yang tersenyum ramah. Nampaknya mereka mengenali Luna meski Luna memakai kacamata hitam dan perut yang besar.

"Apa aku terlihat aneh?" Tanya Luna seraya terus berjalan beriringan dengan Ethan.

"Tidak. Biarkan saja. Jangan dengarkan apa kata orang," jawab Ethan di ikuti dengan sarannya. Baginya tidak penting mendengar gunjingan orang lain.

Saat sampai di ruangan dokter yang mereka tuju. Luna segera di periksa dan melakukan USG. Dokter menjelaskan seraya menatap monitor yang menampilkan gambar bayi dalam kandungan Luna.

"Anak kalian kembar" ucap dokter seraya tersenyum lebar. Sedangkan Luna terbelalak dan menoleh menatap monitor itu.

"Kembar dok?" Tanya Ethan dengan ekspresi terkejut dan antusias.

"Iya, keduanya sehat"

Luna menghembuskan nafasnya kasar dan terdiam. Dia membayangkan mengurus dua anak seorang diri jika nanti dia bercerai dengan Ethan. Pasti akan repot. Sedangkan Ethan membayangkan merawat anak kembar itu bersama Luna.

"Jenis kelaminnya apa dok?" Tanya Ethan

"Belum terlihat. Mungkin saat usia enam atau tujuh bulan. Kita akan melakukan USG lagi untuk melihat jenis kelaminnya"

"Nanti perut saya sebesar apa dok" tanya Luna. Melihat ukuran kandungannya yang usia lima bulan saja sudah besar. Apalagi jika sembilan bulan. Luna menatap ngeri perutnya.

"Tentu besar," jawab dokter seraya tersenyum ramah. Sedangkan Ethan menahan tawa melihat ekspresi Luna yang takut perutnya akan sangat besar.

Setelah selesai periksa. Dokter memberi obat penguat kandungan dan memberi saran-saran yang baik untuk Luna yang sedang mengandung bayi kembar itu.

Mereka segera keluar dari rumah sakit dan kembali ke mobil. Ethan mengajak Luna ke mall terdekat untuk belanja. Selama di mobil Luna terus mengelus perutnya seraya melamun memikirkan seberapa besar perutnya nanti.karena segini saja dia sudah merasa sesak.

"Kenapa?"tanya Ethan

"Sesak"singkat Luna.

"Sabar. Itu resiko,"

Setelah beberapa menit mereka sampai di mall. Luna segera memakai kacamata hitamnya dan berjalan masuk ke mall dengan melingkarkan tangannya ke lengan Ethan. Itu dia lakukan supaya jika ada paparazi akan memotrernya dalam keadaan terlihat harmonis dengan Ethan.

"LUNAAAA" pekik Vira yang kebetulan sedang di mall bersama David.

"Vira" sapa Luna. Mereka langsung berpelukan sedangkan suami mereka hanya tersenyum melihat para istri yang sedang berpelukan seperti sudah tahunan tidaj bertemu.

"Lama tidak bertemu kenapa perutmu sudah sebesar ini Lun?" Tanya Vira seraya tersenyum menatap perut Luna.

"Anaknya ada dua" bisik Luna dengan ekspresi sulit di artikan.

"Hahaha dua. Aw pasti lucu sekali" Vira terkekeh membayangkan perut besar Luna sekaligus anaknya nanti. Luna cantik dan Ethan tampan, pasti anak mereka sangat menggemaskan.

"Kenapa malah ketawa?" Tanya Luna seraya mengerucutkan bibirnya menepuk pundak Vira.

"Anakmu pasti lucu. Aku jadi kepengen punya anak" jawab Vira. Tangannya mengusap perut besar Luna.

"Jangan pegang ah. Malu" cegah Luna menyingkirkan tangan Vira dari perutnya.

"Sama teman sendiri malu, nanti kalau udah lahir. Aku yang pertama mencium anakmu,"ucap Vira dengan senyum ceria. Dia mengetahui insiden salah kamar yang membuat Luna harus menikah dengan Ethan. Namun baginya itu hal yang baik karena Ethan adalah sahabar David. Meski Vira tau bahwa Luna tidak menyukai Ethan. Dia berharap suatu hari nanti Ethan dapat menaklukan hati Luna hingga mereka tidak perlu bercerai.

Setelah selesai dengan basa basi antar sahabat itu. Mereka segera belanja bersama di ikuti suami mereka di belakang yang seperti ekor. Mengikuti kemanapu mereka berjalan.

"Aku tidak menyangka anakmu kembar," gumam David seraya menatap Ethan. Mereka sekarang sedang menunggu istri mereka memilih pakaian

"Mungkin ini menurun dari mamaku. Mama sebenarnya punya kembaran,"

"Ah yang benar saja. Kenapa aku tidak tau?"

"Karena kembaran mama lelaki" jawab Ethan. Lalu David menanggapinya dengan anggukan.

"Apa dia masih terus bersikap acuh padamu?" Tanha David. Dia juga mengetahui bahwa Luna sering mengacuhkan Ethan.

"Terkadang. Tapi dia tadi mengijinkan aku menyentuh perutnya" jawab Ethan dengan senyum tipisnya. Baginya itu adalah kemajuan. Dia berharap setelah ini Luna semakin mau menerimanya sebagai suami dan tidak minta cerai setelah melahirkan. Ethan tidak sanggup membayangkan nasib anak-anak mereka nanti jika bercerai. Meski harta bukan masalah. Tetapi kasih sayang dan perhatian kedua orangtua akan sangat di butuhkan oleh anak mereka nanti. Ethan mengidamkan keluarga yang utuh. Menikah sekali seumur hidup adalah impiannya. Meski pernikahannya malah karena insiden konyol itu.

buat yang suka baca karya aku, aku punya karya di fizzo. bisa dibaca sampai tamat gratis. judulnya the replacement bride love after marriage atas nama pena dellunaxray.

ada juga yang masih on going di akun baby Moonjuice judul : Obsesi gila tuan CEO.

bantu dukung di sana ya, karena saya nggak nulis lagi di sini. di sana semua karya bahasa Indonesia kok. dan gratis.

avataravatar
Next chapter