16 Bab 16 Penghilang galau

Ethan mengemudikan mobilnya menuju rumah ibunya, sesekali dia menoleh ke arah Luna yang hanya diam sembari menatap jendela mobil, melihat pemandangan toko-toko dan gedung di pinggir jalan.

"Kapan kita kembali ke Indonesia?" tanya Luna memecahkam keheningan.

"Mungkin besok, kebetulan Edward juga pulang besok, kita bisa pulang bersamaan," jawab Ethan dengan santai. Pria itu tidak pernah terlihat marah atau memasang wajah masam di depan Luna, meski Luna terkadang acuh padanya.

"Aku belum ingin pulang, aku masih suka di sini. Lusa saja kita pulang." Luna berbohong. Pada dasarnya dia malas pulang bersamaan dengan Edward. Dia akan Jealousy ataupun bosan melihat Edward yang sok peduli padanya. Meski masih sedikit mencintai, tapi lebih besar rasa bencinya.

Ethan mengangguk-angguk setuju. "Hemm. yasudah, aku akan bilang pada Edward kalau kita pulang lusa."

"Tidak usah." cegah Luna spontan. "Biarkan saja dia pulang besok, istrinya kan punya kesibukan," lanjutnya, supaya Edward tidak menunda keberangkatannya besok.

"Oke, aku nurut saja," balas Ethan sembari melempar senyumnya. Ah tapi Luna masih saja memasang wajah masam.

"ETHANAN, AYO BALAPAN!" ajak Alexa dengan nada tinggi. Mobilnya berdampingan dengan mobil Ethan.

"BAHAYA, AKU BAWA WANITA HAMIL," balas Ethan dengan nada tinggi sesekali menoleh pada Alexa.

Luna mengernyitkan dahinya melihat tingkah Alexa yang menantang suaminya balapan, itu kan berbahaya? Lagian ini jalan raya, bagaimana jika ada polisi, kena tilang? Alexa benar-benar suka nekat.

"TIDAK APA-APA, KAMU SETUJU KAN, LUNA?" tanya Alexa sembari melempar senyumnya, gadis itu sangat menyukai adrenalin.

"Apa boleh?" tanya Ethan sembari menoleh pada Luna, sesekali dia kembali fokus menatap kedepan.

"Apa kalian biasa balapan?" tanya Luna.

Alexa masih saja melajukan mobilnya berdampingan dengan mobil Ethan. Dia tampak menunggu persetujuan Luna.

"Iya kami balapan jika sedang suntuk, kami sudah biasa, kebetulan jalanan tidak terlalu ramai, sudah lama juga kami tidak balapan, karena aku menetap di Jakarta," jawab Ethan sembari melihat kedepan dan kearah spion, terlihat suasana jalanan tidak terlalu padat kendaraan.

Luna menghela napasnya. "Yasudah,ntapi hati-hati! Aku tidak ingin mati konyol," seru Luna. Dia tidak menyangka Ethan yang terlihat kalem ternyata doyan balapan di jalan raya. Kalau Alexa tidak perlu di ragukan, dari gayanya saja sudah tomboi, wajar dia terlihat liar dan suka adrenalin.

Ethan melambatkan laju mobilnya, begitu pula Alexa. Mereka mengambil posisi start.

"Kencangkan seat belt nya," seru Ethan sembari mengencangkan seat belt nya sendiri supaya aman. Luna segera melakukan perintah Ethan.

"I'M READY!" teriak Alexa dengan tersenyum menatang Ethan dan Luna.

"YEAH, LET'S GO!" balas Ethan dengan antusias. Mereka segera melajukan mobil masing-masing dengan kecepatan tinggi. Luna awalnya hanya diam sembari berpegangan pada pegangan di atasnya, dia lama-lama takut tetapi mencoba untuk tetap tenang supaya Ethan tidak panik. Dia melirik Alexa yang sudah meluncur jauh.

"Kamu kalah," ucap Luna dengan menaikkan alisnya menatap Ethan yang tampak santai meski akan kalah, Luna tampak mulai menikmati balapan itu juga.

"Biarka saja, nanti pasti aku yang menang," balas Ethan sembari tersenyum meyakinkan.

Ethan menginjak gasnya hingga mobilnya melaju sangat cepat menyalip Alexa, Nampaknya memang begitu trik Ethan.

"SIALAN," umpat Alexa saat dirinya menyadari mobil Ethan sudah melaju cepat melewatinya.

Luna terkekeh melihat mobil Alexa dari kaca spion tertinggal lumayan jauh. "Hahaha dia kalah, dia sangat jauh."

"Dia sebenarnya cemen, hanya saja sok menantang," balas Ethan dengan senyum penuh kemenangan.

"Dia mendekat, kamu harus lebih cepat!" seru Luna saat menyadari mobil Alexa mulai mendekat.

Ethan tersenyum lega, Luna tampak menikmati balapan liar ini dan tidak menujukkan wajah masamnya lagi.

"Sudah hampir sampai rumah. Kalau kita terlihat ngebut, nanti mama marah," ucap Ethan sembari mengurangi kecepatan mobilnya saat memasuki komplek perumahan ibunya.

Alexa juga mengurangi kecepatannya, kini mobilnya berdampingan dengan mobil Ethan.

"AKU MENGALAH, BUKAN KALAH," ucap Alexa dengan nada tinggi dari jendela mobilnya.

"HAHA ...DASAR CEMEN, KALAH TETAP KALAH!" balas Ethan dengan tawanya yang mengejek. Luna hanya tertawa melihat Alexa tidak menerima kekalahannya.

Mereka menghentikan mobil mereka masing-masing di garasi yang luas dan berisi beberapa mobil mewah yang terjajar rapi. Wajar saja, Dinda adalah janda yang kaya raya. Bisa jadi itu mobil yang dia beli khusus untuk Ethan dan Edward.

Ethan bersama Luna keluar mobil dengan senyum menatap Alexa yang mengerucutkan bibirnya. "Yee ... kalah," ejek Ethan.

"Aku mengalah. Jika aku menyalipmu lagi, nanti kamu semakin ngebut, kasian istrimu, nanti si kembar di dalam perut berontak nendang-nendang protes," balas Alexa dengan konyolnya.

Luna tertawa lagi, sepupu Ethan yang tomboy itu sunggu naif dan mencari-cari alasan. "Hahaha ada-ada saja."

"Kalah tetap kalah, aku pikir si kembar juga suka balapan, iya kan, Luna, apa tadi dia menendang-nendang?" tanya Ethan dengan polosnya. Dia sama konyolnya dengan Alexa. membuat mood Luna kembali ceria.

"Hanya tegang, mungkin karena aku sedikit takut," jawab Luna dengan senyumnya. Ah, dia sudah tidak galau lagi. Tidak sia-sia Alexa menantang Ethan, nyatanya bisa mengembalikan mood Luna yang tadi memburuk karena Edward.

"Hufttt. untung aja aku ngalah, kalau tidak, istrimu akan semakin takut," ucap Alexa seperti pahlawan, padahal dia cemen.

"Yasudah ayo masuk, aku ingin rebahan karena pinggangku terasa sangat pegal dan panas," ajak Luna sembari menarik Ethan menuju rumah mewah itu.

Lagi-lagi Alexa berjalan di belakang mereka seperti anak ayam yang sedang mengikuti induknya yang sudah hamil lagi. "Semoga aku segera mendapat pasangan, biar tidak jadi ekor terus," gumam Alexa dengan kesal.

avataravatar
Next chapter