11 Bab 11 Barbeque

Luna berjalan beriringan dengan Ethan yang menyeret koper. Kini mereka telah tiba di Singapur untuk mengunjungi rumah ibu Ethan.

"Aku lelah tan, kita duduk dulu, sepertinya kakiku kram"keluh Luna

Ethan berhenti dan segera menuntun Luna ke kursi tunggu. Padahal Luna hanya berjalan dari pesawat menuju ke dalam bandara, itu sudah membuat kakinya kram.

"Duduk disini dulu, sambil menunggu asisten mama menjemput kita" ucap Ethan seraya mengajak Luna untuk duduk.

Luna menghela nafasnya setelah menemukan tempat duduk, dia menunduk sembari memijit kakinya yang kram,

"Apa sering seperti ini?" Tanya Ethan sembari membantu memijit kaki Luna.

"Tidak, mungkin karena terlalu lama duduk di pesawat" jawab Luna sembari merasakan nyamannya di pijat Ethan. Ethan tidak mempedulikan orang di sekitar memperhatikannya.

"Sudah mendingan kan?"

"Iya, aku ingin segera rebahan, pinggangku terasa pegal, panas,"

"Iya sabar dulu, nanti sampai dirumah mama langsung rebahan,"

Menunggu beberapa menit, akhirnya seorang yang di sebut asisten ibunya Ethan datang, Ethan segera menuntun Luna keluar bandara menuju mobil sedangkan asisten itu membawakan koper mereka.

Selama perjalanan menuju rumah ibu Ethan, Luna duduk bersandar di pundak Ethan hingga tertidur, Ethan tidak merubah posisinya samasekali supaya tidak mengganggu aktifitas tidur istrinya itu.

"Aku berharap kamu selalu seperti ini, aku tidak sanggup bercerai, aku ingin bahagia bersama anak-anak kita nanti" batin Ethan seraya mengusap lembit perut Luna. Dia selalu memikirkan perkataan Luna yang ingin bercerai setelah melahirkan. Membuat kebahagiaannya tidak lengkap, meski Luna mulai menunjukkan sikap menerimanya sebagai suami.

Setelah beberapa menit perjalanan, akhirnya mereka sampai. Ethan terpaksa segera membangunkan Luna yang masih terlelap.

"Luna ...kita sudah sampai" ucap Ethan sempari menepuk pelan pipi Luna.

Luna mengerjapkan matanya sembari mengangkat kepalanya dari pundak Ethan. Matanya langsung fokus menatap jendela kaca mobil. Terlihat rumah megah dengan taman di samping rumah itu. Terjajar banyak koleksi mobil di garasi. Mungkin itu mobil Ethan atau Edward. Tidak mungkin seorang ibu mengoleksi mobil sport seperti itu.

Luna segera turun dari mobil dan berjalan menuju rumah itu bersama dengan Ethan, terlihat Dina dan seorang wanita dan pria paruh baya di sampingnya.

"Mereka siapa?" Tanya Luna lirih seraya terus berjalan mengimbangi Ethan

"Itu om Doni, kembaran mama, dan itu tante Maura, istrinya om Doni" jawab Ethan dengan santai, Luna mengangguk paham dan mengerti kenapa dia bisa hamil anak kembar, mungkin itu meniru pada Dina, ibunya Ethan yang ternyata punya kembaran.

"Akhirnya kalian datang juga," sapa Dina dengan senyum ramahnya setelah Ethan dan Luna sudah dihadapannya.

Ethan segera memberi salam dan memeluk ibunya, begitu pula dengan Luna.

"Kenalkan ini om Doni sama tante Maura,"Dina memperkenalkan Doni san Maura pada Luna.

"Saya Luna," Luna memperkenalkan dirinya sembari menyalami Doni dan Maura. Mereka tampak menyambut Luna dengan baik.

"Ayo masuk dulu, pasti kalian lelah, apalagi Luna, haduh... pasti pinggangmu pegal kan" ajak Dina sembari menatap Luna yang terlihat lelah. Dina paham pasti Luna merasa pegal karena membawa bayi di perutnya.

"Iya ma,lumayan."

Mereka segera memasuki rumah itu. Terlihat gadis yang mungkin seumuran dengan Luna. Dia segera menyapa Ethan setelah melihat Ethan memasuki ruang tamu.

"TANN"pekik gadis itu sembari berjalan menghampiri Ethan.

"Hay Lex, lama tidak bertemu" sapa Ethan dengan senyum ramahnya lalu memeluk gadis itu. Luna melirik suaminya yang memeluk gadis lain.

"Ini istrimi Tan,"

"Iya,"

"Kenalin, aku Alexa, sepupunya Ethan" sapa Alexa sembari mengulurkan tangannya pada Luna. Gadis itu cantik dengan pipinya yang agak chubby.

"Aku Luna" balas Luna sembari menyalami Alexa.

"Aku seperti pernah melihatmu, tapi dimana ya?" Tanya Alexa sembari mengingat-ingat.

Luna hanya terdiam tidak mengerti, dia merasa tidak pernah bertemu dengan Alexa. Sedangkan Ethan berjalan ke kamar dengam membawa kopernya.

"Aku ingat. Aku pernah melihatmu jadi model di acara fashion show di Jakarta. Dan kamu pingsan. Benar kan?" Tanya Alexa.

"Oh iya itu benar," jawab Luna sembari mengingat saat itu dia pingsan karena sedang awal masa kehamilan.sedangkan Alexa mengernyitkan dahinya melirik perut Luna yang buncit.

"Hamil berapa bulan?" Tanya Alexa

"Eh. Lima"

"Besar"

"Anaknya ada dua" ucap Luna.

"Dua??" Mata Alexa sukses terbelalak mendengar ucapan Luna,"Ternyata faktor keturunan sangat berpengaruh, apa menurutmu jika aku sudah menikah akan hamil anak kembar juga ya?" Lanjut Alexa dengan polosnya. Luna hanya menggeleng tersenyum

"Yang benar Lun anakmu kembar,? Tanya Dina yang tidak sengaja mendengar obrolan Luna dan Alexa.

"Iya ma, kemarin baru USG" jawab Luna dengan tenang.

"Berarti tidak cuma kita yang kembaran,"timpal Doni seraya merangkul pundak Dina. Kembar paruh baya itu tidak mirip karena lelaki dan perempuan. Namun mereka berdua memiliki ikatan batin yang kuat. Dan selalu mengadakan reuni tiap satu bulan. Dan merayakan ulangtahun bersama.

"Eh iya. Nurun juga ke menantuku" ucap Dina sembari melepas rangkulan Doni lalu menghampiri Luna.

"Kamu juga jangan-jangan nanti kalau udah nikah hamil anak kembar juga Lex"Doni melirik anak gadisnya yang seketika mengerucutkan bibirnya setelah mendengar ucapan ayahnya.

"Jangan lah pa. Ribet,"ucap Alexa, dia menatap perut Luna yang baru lima bulan saja sudah besar. Apalagi kalau sudah sembilan bulang.

(Author:Pengalaman.kakakku dlu hamil anaknya kmbar. Usia 5 bulan udh gdee perutnya 😂)

Ethan yang sudah meletakkan koper ke kamarnya. Kembali menemui Luna yang katanya mau rebahan tapi malah sedang asik mengobrol dengan keluarga.

"Katanya mau rebahan"ucap Ethan menatap Luna

"Iya ini lagi ngobrol sebentar" balas Luna. Sebenarnya dia ingin ke kamar sejak tadi, tapi karena Alexa terus mengajaknya bicara, terpaksa dia tetap tinggal, meski sudah sangat pegal.

"Yasudah istirahat dulu, pasti pegel kan,"

"Iya ma"

Ethan segera mengantar Luna ke kamar, karena Luna belum tau dimana letak kamar Ethan, rumah itu cukup megah dan ada beberapa kamar yang sengaja Dina sediakan untuk keluarga karena sering reuni.

Luna memasuki kamar Ethan. Matanya tertuju pada foto di dinding yang cukup besar, itu adalah foto Ethan dan Edward. Meski saudara tiri, Ethan dan Edward nampak sangat dekat.

"Itu foto kapan?" Tanya Luna seraya menunjuk foto itu

"Belum lama, sebelum Edward menikah, dia kesini meminta restu, kami sempat foto bersama" jawab Ethan seraya mendudukkan di ranjang king size nya

"Oh, kalian sangat dekat"

"Tentu, aku kasihan padanya, sejak kecil ibunya sudah meninggal, mama menyayanginya seperti menyayangiku juga"

"Kenapa dia tidak tinggal serumah denganmu? Maksudku, aku kan berteman dengan Edward, tapi aku tidak pernah tau kamu adiknya, dan kamu tidak pernah bersamanya saat di Jakarta sebelumnya" tanya Luna yang penasaran dengan takdir yang ternyata Ethan adalah adik Edward.

"Aku ke Jakarta baru beberapa bulan, ya saat David akan menikah, sebenarnya aku baru pindah, dan..." jawab Ethan namun terhenti, karena teringat insiden salah kamar

"Dan kamu menghamiliku"

"Tidak sengaja" sergah Ethan dengan rasa bersalah

"Padahal aku sedang semangat meniti karirku" gumam Luna seraya mendudukkan dirinya di ranjang lalu merebahkan tubuhnya. Meluruskan pinggangnya yang terasa pegal.

Ethan mulai tidak tenang saat Luna mulai membahas soal karir. Dia takut Luna akan tetap berusaha menjadi seorang model setelah melahirkan, tetap meminta cerai, atau bahkan anak mereka nanti hanya akan di asuh oleh baby sister. Ethan tidak suka itu, karena sejak bayi, dia hanya dirawat oleh ibunya. Bukan dengan bantuan baby sister. Dia ingin anaknya mendapat kasih sayang dari ibunya,Bukan baby sister.

***

Di tempat lain, Shandra yang baru pulang kerja, tampak murung di kamar sembari menunggu Arsha pulang kerja. Dia terus memikirkan nasib rumahtangga adìknya.

CEKLEK

Pintu kamar terbuka, terlihat Arsha baru pulang. Dia menghampiri Shandra yang masih dengan pakaian kerja rebahan di ranjang.

"Kenapa, apa kamu sakit?" Tanya Arsha dengan mengernyitkan dahinya menatap istrinya yang tampak lesu itu.

"Tidak, aku hanya sedang banyak pikiran saja" jawab Shandra seraya mendudukkan dirinya di ranjang denfgan bersandar pada bantal

"Apa yang kamu pikirkan?" Tanya Arsha seraya melepas Tuxedonya

"Aku kepikiran soal Luna, aku tidak ingin dia bercerai, kasihan anak-anaknya nanti" jawab Shandra dengan nada sendu. Arsha mendudukkan dirinya di samping luna lalu merangkul istrinya yang sedang galau itu.

"Nanti aku bantu nasehati dia. Aku yakin dia bisa berubah pikiran, Ethan pasti membuatnya senyaman mungkin dan dia akan merasa tidak perlu bercerai, jangan terlalu di pikirkan" ucap Arsha meyakinkan Shandra. Sebagai kakak ipar, Arsha di beri tanggungjawab untuk menjaga dan mengawasi Luna oleh mertuanya.

***

Saat malam tiba waktu singapura. Semua keluarga Ethan berkumpul di taman samping rumah. Mereka mengadakan pesta barbeque.

Ethan bersama ibunya dan juga Doni beserta istrinya memanggang sosis dan daging, memanggang jagung, sedangkan Luna duduk dikursi sembari benyanyi di iringi petikan gitar dari jari jemari Alexa. Mereka tampak asik dan akrab. Siapa sangka, Alexa pandai bermain gitar dan Luna juga hobi bernyanyi.

Sesekali Ethan menoleh menatap Luna yang terlihat ceria malam itu.

"Mereka berdua baru kenal, langsung akrab," gumam Maura, ibu Alexa.

"Iya Ra, sepertinya seumuran. Ya kan Luna menikah muda dengan Ethan karena insiden. Tapi aku berharap pernikahan ini bukan sekedar tanggungjawab Ethan," balas Dina sembari fokus memanggang sosis.

"Kamu cinta kan sama istrimu" Timpal Doni seraya melirik Erthan

Ethan hanya menanggapinya dengan tersenyum dan mengangguk, Doni menepuk pundak keponakannya itu, "kalau begitu, buat dia mencintaimu juga, jangan sampai dia meninggalkanmu, kasian anak-anak kalian nanti jika kalia sampai berpisah."

"Maaf aku terlambat" ucap Seseorang yang baru datang bersama seorang wanita di sampingnya.

Luna dan semua yang sedang berpesta barbeque itu menoleh menatap seseorang itu. Dia adalah Edward dan juga Viona yang selau mengikutinya.

"Dia lagi, kenapa mesti bawa istrinya yang judes itu" decak kesal Alexa.mood nya bermain gitar pun menghilang begitu saja ketika melihar kedarangan Viona.

Luna menatap malas mantan kekasihnya itu, dia baru ingat bahwa Edward juga bagian keluarga Ethan, pasti dia ikut reuni. Dan kenapa Alexa juga tidak menyukai Viona? Namun dia memilih tetap diam.

"Tidak apa-apa Ward, yang penting kamu datang, Viona juga" ucap Dina seraya melemparkan senyum ramahnya pada Edward dan Viona.

"Kenapa telat Ward, apa terlalu sibuk?" Tanya Ethan.

"Iya Than, Viona juga sibuk, iya kan sayang?"jawab Edward lalu melirik Viona.

"Iya Than, aku membantu mengurus perusahaan ayahku"ucap Viona menguatkan alasan Edward datang terlambat.

"Sayang, aku mau sosisnya, udah mateng?" Timpal Luna yang sekarang dengan manja memanggil Ethan dengan sebutan sayang,sembari menyandarkan tubuhnya ke tubuh Ethan. karena dia kesal pada Edward yang sok memanggil Viona dengan sebutan sayang padahal kemarin sempat bilang masih mencintainya  Edward semakin buruk di matanya.

Ethan yang sedikit aneh dan terkejut dengan panggilan itu pun agak gugup, namun merasa senang, tanpa curiga bahwa hanya karena faktor kesal pada Edward,"sudah, tapi masih terlalu panas"

"Em, biar aku tiup," Luna meraih sosis yang sudah matang itu dengan garpu lalu meniupnya.

Setelah sudah tidak terlalu panas, Luna memakan sosis itu sembari menyuapi Ethan juga. Semua tersenyum melihat kemesraan Ethan dan Luna. Kecuali Edward dan Viona.

Edward tidak senang melihat Luna mesra dengan Ethan, sedangkan Viona tidak senang karena dia tidak terlalu suka dengan keluarga Edward, Viona terlalu naif dan tidak ramah.

avataravatar
Next chapter