1 Two. Hari Pertama

"Sandra! Ayo turun dulu nak! nenek udah beli sarapan nih!" Teriak Nenek dari bawah.

"Iya nek, aku turun bentar lagi." Ucapku menjawab seruan Nenek.

"Nenek beli sarapan dimana? tumben banget nenek keluar." Batinku.

Satu demi satu anak tangga aku pijak, berjalan menuruninya yang langsung dihadapkan dengan ruang keluarga. Aku berjalan kearah ruang makan, dimana hanya ada tiga kursi dan satu meja yang terpajang disana.

"Ini San, tadi nenek beli nasi kuning di si Ibu yang suka keliling." Kata Nenekku sambil memberikan bungkusannya padaku.

"Tumben? Biasanya kan Sandra yang masak nek," Balasku sambil mengambil sendok.

"Kamu kan hari ini mau pergi, jadi biar kamu ga repot lagi." Ucap Nenek yang kubalas dengan senyuman.

Aku membuka bungkus nasi kuning ini, wanginya enak. Itu yang terilintas dalam benakku saat mencium aromannya.

"Rehan dimana nek? belum keliatan dari tadi." Tanyaku pada Nenek.

"Rehan tadi keluar beli telur, stok telur kita udah mau habis." Jawab Nenek.

"Tumben dia mau, biasanya balik nyuruh. Kenapa Nenek ga suruh dia buat bertelor aja sekalian Nek, mumpung lagi rajin." Ucapku membuat kami berdua tertawa.

"Enak aja lo kak, dipikir gue Ayam apa bertelor." Sahut Rehan yang baru datang.

"Bukannya ngucap salam ya lu, malah ngedumel." Balasku diikuti gelengan kepala Nenek.

"Iya iya Assallamualaikum, kak Sandra yang Cantik." Ucapnya menekan kata Cantik yang membuat nenek terkekeh.

"Waallaikumsalam anak ganteng." Ucapku kompak dengan nenek.

"Mana nih bagian Rehan? Rehan juga laper tau nek!" Rengeknya.

"Cuci piring dulu baru dapet hahaha" Balas Nenek meledeknya.

"Jahat banget punya Nenek." Ucap Rehan kesal.

"Itu punya lu, makan cepet, abis itu gue titip Nenek ya, mau keluar soalnya." Kataku membereskan bekas makanku.

"Lo mau kemana kak?" Tanyanya spontan.

"Ada urusan, lo gak akan ngerti." Jawabku singkat sambil tersenyum padanya.

Rehan hanya memanyunkan bibirnya karena kesal, sedangkan Nenek hanya geleng geleng kepala melihat tingkahnya. Aku menyiapkan bekal makanku untuk makan siang nanti, karena dari kecil aku terbiasa memakan makanan rumah, terkecuali kepepet akan something.

Mengenakan Cardigan rajut berwarna cream, celana berwarna darkblue, dan baju dalam menyamakan cardigan yang kukenakan. Dengan Pasmina yang menutupi rambutku, beserta tas gendong serut serba guna favoritku, aku turun kebawah untuk berpamitan.

"Nek, Sandra pergi dulu ya, pastinya bakal pulang malem sih, jadi Sandra udah bawah kunci biar Nenek gausah nungguin Sandra pulang." Ucapku sebelum pergi.

"Iya, kamu hati hati ya Sandra dijalan, kalau tempatnya jauh kamu sewa hotel aja buat satu malam, Nenek takut kamu kenapa kenapa." Ucap Nenek sambil menerima saliman dariku.

"Pasti nek, Sandra bakal baik baik kok, Sandra pamit ya nek," Ucapku. "REHAN JANGAN LUPA BELAJAR LO! LAGI UTS KAN LO" Teriakku dari ruang tengah.

"IYA KAK RIBET BANGET LO!" Balasnya berteriak.

"Yaudah ya nek, Sandra pamit, Assallamualaikum." Ucapku lalu berjalan keluar.

Sekarang pukul 08.00 Pagi, masih banyak waktu untuk sedikit berbincang bincang dengan teman baruku. Sekarang aku kelas 12 Semester 2, setelah 1 semester kemarin aku di uji kepantasan oleh CEO komunitas kami, dan sekarang dipercayai untuk menjalankan First Mission-ku.

*****

Aku berdiri tepat disebuah ruko berlantai dua, lokasi dimana aku dan timku akan bertemu untuk pertama kalinya. Dari luar ruko yang ada dihadapanku seperti gedung lusuh dan tua yang sudah lama tidak terpakai, sangat tidak terawat dan dihuni.

"Cassa?" Seru seseorang dibelakangku.

Spontan aku langsung berbalik kearah sumber suara itu, dan melihat seorang Pria yang hmm, tampan. Tingginya mungkin sekitar 175 dengan berat badan yang ideal, dan tampang yang tadi kubilang, tampan.

"Rafael." Ujarnya seraya mengulurkan tangan padaku.

Aku menjawab uluran tangannya dan tersenyum ramah padanya. "Salam kenal Rafael." Ucapku yabg dibalas senyuman olehnya.

"Apa kau sudah menunggu lama?" Tanyanya.

"No, aku baru saja datang." Jawabku. "So, how about you?" Tanyaku kembali.

"Same too, oh ya Cassa sepertinya kau dan aku pernag bertemu sebelumnya, tapi aku lupa dimana itu." Jawabnya.

"Simpan modusmu Rafael, aku bukan tipe perempuan yang suka gombalan." Ucapku menghela nafasku.

"Bukan itu maksudku, kau pemilik Cafe Road itu kan?" Ucapnya bertanya lagi.

"Yes that's me, kau pernah kesana?" Balasku balik bertanya.

"Dulu kau memberiku makan gratis saat aku sedang ngojol." Ucapnya tersenyum sambil menaikkan alisnya.

Aku hanya tertawa kecil mendengarnya, ternyata dunia sesempit ini. Dulu aku bertemu dengannya saat dia menjadi ojol, sekarang aku bertemu dengannya sebagai rekan kerjaku. Sungguh, tuhan memang maha kuasa.

Rafael fokus dengan kegiatannya. Di daun telingaku tepajang dua earphone mamacaron hitam yang mengeluarkan lagu Diamonds ciptaan Rihana sebagai suaranya.

"Hei kalian!" Seru seseorang dari kejauhan kearah kami.

"Who is that?" Ujarku disebelah Rafael.

"Sepertinya tim kita." Bisik Rafael disebelahku.

Aku hanya mengangguk, dan terus memperhatikan wajahnya dari kejauhan. Sialnya, aku tidak bisa melihatnya dengan jelas.

"Udah nunggu lama? Mr. Daniel udah nunggu kita, jadi langsung masuk aja." Ucapnya begitu sampai.

"Emm, masuk kemana?" Tanyaku bingung.

"kesini lah." Jawabnya menunjuk ke ruko tua dibelakangku.

"Gue kira pajangan doang." Celetuk Rafael yang kubalas dengan menginjak kakinya.

"Kamu duluan emm," Ucapku seraya ingin tahu siapa namanya.

"Lexci. Kalian bisa panggil gue Lexci." Ucap perempuan yang berbobot kecil dengan tinggi badan dibawah 160.

Lexci berjalan kedepan ruko, dan mengeluarkan ponsel miliknya. Ia memainkan ponselnya, lalu menghadapkan Ponselnya kearah tembok. Lima detik kemudian Tembok itu naik keatas memperlihatian bagian dalam ruko yang terpajang rapih motor dan mobil, yang membuatku terkejut dan diam tidak berkutik.

"Ayo masuk." Ucap Lexci pada kami berdua.

"Heh udah bengongnya, ayo masuk." Seru Rafael menarik lengan kananku.

Lexci hanya tertawa sebagai respon dari sikap kami berdua. Dia berjalan mendahului kami dan menekan tombol merah yang berada di tembok. Seketika pintu tertutup kembali, lampu lampu menyala, menerangi ruangan yang sangat indah ini.

"Jangan menilai sesuatu dari luar Rafael." Ujarku kecil sambil melihat sekelilingku sekarang.

"Ini kantor kami, memang bukan kantor pusat, ini hanya cabang. Pusatnya ada di Amerika dan Inggris." Ucap Lexci pada kami.

"Cabang saja semewah ini, apalagi pusatnya." Kata Rafael.

"Kau akan tahu jika kau melihatnya, masuklah, kita akan kesudut ruangan yang lain." Ucap Lexci menunjuk kearah ruang sebesar 2x3 meter.

Tanpa basa basi aku masuk, disusul Rafael Dan Lexci. Lexci menekan tombol yang terpajang di dinding, pintu tertutup dengan sendirinya, dan lift INI melaju kearah belakang, yap, belakang.

"Tidak ada lantai atas?" Celetuk Rafael.

"Ada, namun bukan ini jalan untuk naik keatas." Balas Laxci selalu ramah.

"Mmm, Lexci, maaf aku langcang, sudah berapa lama kau bergabung dengan organisasi ini?" Tanyaku.

"Satu tahun atau kurang, semenjak lulus SMA aku bergabung dengan organisasi ini." Jawabnya dengan nada sedikiy serius.

"Apa kau menyesal bergabung dengan mereka?" Kini giliran Rafael yang bertanya.

"Tidak. Ini sebuah keberuntungan, hidupku, berubah 180 derajat." Balasnya masih menatap kedepan. "Aku yakin, kalian juga akan mengetahuinya cepat atau lambat juniorku." Lanjutnya sambil tersenyum tipis.

******

Wait next capt guys!

avataravatar
Next chapter