One

Aku lahir di Britain Country, atau yang sekarang dikenal sebagai Negara Inggris. Dibesarkan di Indonesia, tepatnya di DKI Jakarta, didalam keluarga yang memang cukup terpandang.

Aku Cassandra Halther Dewi, orang orang biasa memanggilku dengan sebutan Dewi atau Sandra. Namun aku memiliki nama panggilan untuk diriku sendiri, yaitu Cassa. Mungkin sedikit terdengar aneh ditelinga kalian, akan tetapi aku menyukai nama panggilan itu.

Semenjak Sma, aku dikirim tinggal dengan Nenekku di Jakarta Pusat, memang tidak terlalu jauh dengan Depok tempat orang tuaku dan adik adikku tinggal dulu.

Mereka meninggalkanku di Indonesia, dengan asalan bahwa tidak ada yang menjaga Nenekku disini. Ayah, Ibu, dan kedua adikku pergi ke Inggris, untuk melanjutkan Bisnis Ayah yang sempat tertunda.

Selama SMA, aku memutuskan untuk sambil berbisnis, aku memang hanya melanjutkan Bisnis Ayah dan Ibu, tapi tetap saja, aku masih awam. Alhasil saat aku lulus, aku sudah memiliki banyak Cabang di Indonesia, tapi itu tidak mengurungkan niatku untuk bekerja dalam bidang lain.

Inteligent contohnya, aku bergabung dengan komunitas ini ketika aku duduk dibangku kelas 12 Sma. Memasuki dunia yang sangat bertolak belakang dengan kehidupan sehari hariku. Komunitas ini bukan didirikan di Negeri Hindia Belanda ini, Namun didirikan di Negeri Paman Sam, yaitu Amerika serikat.

Namun anggotanya pun bukan dari negeri itu sendiri. Aku memiliki rekan dari berbagai negara, sedikitnya negara Korea, China, Australia, dan Afrika. Mereka yang tergabung adalah orang orang yang menjalani kehidupan secara mandiri seperti ku.

Besok, aku akan memulai tugas pertamaku, sebagai seorang mata mata, disalah satu gedung tinggi di Kota ini, bersama timku yang belum pernah bersapa salam satu sama lain.

*****

"Nek besok Sandra ada urusan, jadi pagi pagi udah harus pergi." Ucapku pada Nenek.

"Yaudah, tapi jangan lupa urusan Cafe kamu, jangan sampe manager kamu bolak balik nyariin kamu lagi." Balasnya sambil terkekeh.

Aku hanya mengangguk, dan berjalan menuju kamarku untuk mempersiapkan barang apa saja yang akan bawa besok.

"Kak, senin gue Uts nih." Ujar Rehan adik sepupuku saat berada didepan pintu kamarku.

"Terus?" Tanyaku sinis pada laki laki kelas 1 SMA ini.

"Ya kakak bantuin gue lah, emangnya mau adik kakak yang ganteng ini bodo sendiri?" Jawabnya balik bertanya.

Aku menarik nafasku panjang dan tersenyum padanya. "Ga ada orang bodoh didunia ini, cuma ada orang malas, orang yang malas mencari pengetahuan, orang yang malas dalam berbisnis, usaha, masak-"

Sebelum aku menyelesaikan ocehanku Rehan terlebih dulu memotongnya dan berkata. "Udah kak simpen aja ceramah lo, dari pada gue cape dengerin lo ngoceh, mending gue belajar sendiri aja." Ucapnya lalu pergi dari kamarku.

Aku hanya tersenyum sambil geleng geleng kepala melihat tingkah most wanted baru di SMAS Bintang Jakarta tempat kami bersekolah. Bakatnya memang bukan dalam bidang academi, namun dia memiliki bakat lain yang lebih bisa dia banggakan.

Setiap orang pasti pintar dalam bidangnya mereka masing masing, kita hanya perlu melihatnya sebagai dirinya, tanpa tuntutan dari orang lain. Karena mereka harus menjadi apa yang mereka inginkan, bukan menjadi apa yang orang lain inginkan.

'You have my heart...'

Aku segera mengambil ponselku saat nada deringnya berbunyi, menunjukkan Managerku sebagai penelfonnya.

"Assallamualaikum, ada apa?" Tanyaku saat mengangkatnya.

"Besok, kakak jadi pergi?" Tanya Ello.

"Iya, minggu libur aja, tapi kalo kalian mau buka boleh, sekalian jalan jalan aja, bawa aja Cafe Roadnya." Jawabku.

"Beneran kak? yaudah deh kalo gitu, makasih banget loh kakk!!" Ucapnya sambik berteriak diseberang sana.

Karena aku tidak mau kupingku terasa sakit, aku segera mematikannya secara sepihak. Mariello pasti sedang mengumpatiku ditempatnya, namun sedetik kemudian berterimaksih padaku.

Jam di dindingku menunjukkan waktu 08:30 P.m.. Aku memutuskan untuk melatih beladiriku dan sedikit berolahraga dimalam hari.

Dengan mengantongi Izin dari Nenek aku pergi keluar untuk melakukan lari, tidak jauh, hanya mengelilingi komplek tempatku tinggal. RT RW disini juga menyediakan tempat latihan fisik disalah satu taman kompleku.

"Salto dari tempat tinggi seru juga." Ujarku, dan aku mengambil ancang ancang untuk melakukan salto dari ketinggian 1,5 meter.

"Wahh! kakak hebat bisa loncat sambil muter gituu" Teriak salah satu anak yang sepertinya baru pulang dari majelis.

"Kalo kamu udah gede pasti bisa kok dek." Ucapku sambil mengelus kepalanya. "Pak satpam mana? gak anterin kalian?" Lanjutku.

Belum satu menit aku mengatakannya, pak satpam dengan lari cepatnya menghampiri kami. "Anak anak nakal nih, mau dianterin malah ngerjain bapak!" Gerutu pak Satpam.

"Udak pak, jangan marah marah, udah malem. Lagian kalian kenapa iseng banget, gaboleh kagak gitu, itu demi kebaikan kalian juga tau."Ucapku.

" Maaf kak, maaf juga pak, kami gak akan gitu lagi kok." Ujar mereka yang kubalas dengan senyuman.

Pak satpam mengantarkan mereka pulang. Aku masih ingin melanjutkan pelatihanku, saat aku memutar badanku 'brukk' Tubuhku menabrak sesuatu, dan menjatuhkan beberapa barang.

Aku mencoba untuk memperjelas pandanganku, dan yang aku dapatkan adalah seorang pria gagah dan tegap, dengan postur tubuh yang ideal, berdiri dihadapanku sambil memegang ponsel ditelinganya.

"So-sorry" Ucapku seraya mengambil buku buku yang berjatuhan.

"No problem litte girls, lain kali lebih hati hati." Ucapnya sambil mengambil alih buku yang ada ditanganku.

Aku terdiam sejenak, berpikir sebenarnya siapa yang salah disini. Dia berdiri tepat dibelakangku, atau memang aku yang tidak berhati hati? Kenapa orang asing selalu membuatku berpikir.

*****

Aku merentangkan tubuhku, sambil membuka ponselku, seraya mencari tahu tentang seorang bernama 'Reoden Holter' Seorang mafia terkenal yang berbisnis dalam bidang arsitektur antik maupun modern dan tak luput dari penjualan senjata perang.

Dia Pria berdarah Arab-Inggris-Indonesia, yang lahir 27 tahun lalu di London. Aku mencari tahu tentangnya hanya untuk sekedar mengambil ilmu beladiri, bisnis, dan pengetahuannya.

Namun aku tidak pernah berharap untuk bertemu dengannya dalam mimpi sekalipun. Cukup melihatnya dari interview dan membaca tentang dirinya dalam buku buku yang dia ataupun orang lain tulis.

'Ting'

Notifikasi ponselku berbunyi, lagu Believer yang sedang kudengarpun terhenti sejenak karena bunyi notifikasinya.

Alexi

Jangan lupa besok.

Hanya tiga kata itu saja yang dia kirimkan padaku. Setelah membalasnya, aku kembali pada kegiataku lagi, masih membaca artikel tentang Tuan Reoden sampai membuat halusinasiku terbangun lagi karena Visualnya yang begitu sempurna.

Setelah puas, aku mematikan ponselku, dan memastikan barang yang kubawa sudah siap. Besok, adalah hari pertamaku memasuki Shadow world dengan jerih payahku sendiri.

Hidup in bukan film, drama atau apapun itu. Kalian bisa menemukan apa yang kalian inginkan, ketika kalian benar benar mencari tahu tentangnya. Siapapun bisa menjadi apapun, dan apapun dapat mengubah siapapun.

"Awal baru, jalan baru, dan akhir yang baru. Welcome back to new world Cassa." Ucapku pada pantulan cermin dengan smirk khasku.

~Cassa, Sabtu 9 Maret 2019~

avataravatar
Next chapter