3 Four. Membongkar Fakta

Maria menoleh kearahku, dan menunjukkan gerakan bibir mengatakan 'how'. Aku menaikkan bahuku untuk menjawabnya. Perempuan berumur 18 tahun itu hanya memutar bola matanya.

"Pertanyaanku, jika semua barang ini didapatkan secara ilegal, apakah aman untuk kami memakainya?" Tanya Maria akhirnya.

"Aku tidak mengatakan ini Ilgeal Maria. Yah aku akui ini juga tidak didapatkan secara legal, namun ini sudah resmi milik kami." Jawab Lexci tetap tersenyum.

"Kau bisa beritahu kami peraturan organisasi ini?" Tanya Joe pada Lexci.

"Masalah peraturan, akan dijawab oleh Davial. Sekarang beri aku pertanyaan yang lain." Ucap Lexci dengan wajah yang sedikit serius.

"Mmm, apakah kita bekerja untuk kejahatan?" Ujar Famela.

Lexci hanya tersenyum mendengar pertanyaan dari Famela. seolah olah ini hal mudah baginya. Kursi yang berada disebelahku ditarik oleh Lexci, lalu dia duduk menghadap kami sambil tersenyum kecil.

"Aku sudah bilang, kita bekerja untuk siapun yang membutuhkannya." Jawabnya dengan smirk khasnya.

"Berarti, tidak bisa disangkal bahwa kalian bekerja untuk kejahatan." Ucapku seraya menoleh kearah Lexci.

Lexci hanya membalas dengan senyuman. Dia berdiri dari kursinya, dan berjalan kearah layar dihadapakan kami. Dia menekan tombol tombol itu, dan setelah itu muncul gambar gambar yang bisa kutebak adalah hasil dari pekerjaan mereka.

"Itu, beliau bukannya salah satu tokoh publik di Amerika?" Ucapku begitu melihatnya.

"Yeah, you know him girls." Balas Davial yang sudah berada di belakang kami."Aku akan menjawab beberapa pertanyaan dari kalian sekarang.

"Yang pertama, mengenai peraturan, itu kan yang ingin kalian tahu?, So.." Davial mengambil salah satu kursi dan duduk diatasnya.

"Peraturannya, kalian yang sudah dalam lingkungan pekerjaan tidak bisa menolak apa yang harus kalian kerjakan. Kalian tidak boleh menukar tugas satu sama lain, terkecuali itu penting. Setelah kalian mentandatangani kontrak, kalian tidak bisa keluar begitu saja tanpa syarat. Kalian tidak bisa menolak permintaan klien kalian, kalian tidak boleh bertemu dengan klien secara langsung. Privasi kalian, privasi kita semua." Jelas Davial.

"Apa kalian pernah dipekerjakan oleh seorang penjahat?" Ucap Famela sambil melihat kearah Davial dan Lexci secara bergantian.

Davial mengangguk sambil tersenyum, memutar kursinya kearah layar ukuran 50 inch dihadapan kami. "Tapi bukan berarti, apa yang kami kerjakan adalah tindakan kriminal." Ujarnya seraya berhasil membuat layar dihadapan kami menunjukkan Vidio dokumentari mereka.

"James Houre" Lirihku pelan.

Dari yang ku baca, James Houre, dia adalah seorang mafia kalangan atas, yang dengan kejamnya membunuh siapapun yang mengganggu kehidupan atau bisnisnya. James sendiri berbinis menjual senjata senjata api kepada negara negara terkenal, seperti USA, Israel, Korea Utara, China, dan yang terakhir Inggris.

Bukan hanya dudunia Mafia, Bisnis, namun namanya terkenal didunia enterteint sebagai produser sekaligus sutradara perfilman. Mustahil jika banyak orang tidak mengetahui siapa dia.

"Tugas kami, diawali dengan James Houre, ia meminta kami untuk mengamankan bisnisnya, yaitu mengirim Senjata senjata yang ia jual ke negara tetangga, Singapura." Ucap Davial.

"Dia juga merekomendasikan kami kepada rekan rekannya, awal mula kesuksesan kami adalah kerenannya." Lanjut Lexci.

"Tuan Houre juga yang memberi kami kesempatan kerja ini, dia membuat organisasi ini, karena dia tahu, banyak orang diluar sana yang sulit untuk mendapatkan pekerjaan, entah itu normal ataupun abnormal." Davial menggeser halamannya ke halaman lain, seraya menunjukkan Mr. James dan Mr. Daniel sedang berbincang.

"Jadi, organisasi ini, dibawah pimpinannya?" Tanya Bagas seraya menunjuk kearah Pria berusia 32 tahun itu.

Lexci dan Davial mengangguk untuk menjawab pertanyaannya. "Ada pertanyaan lain?" Ucap Lexci.

"Banyak. Yang ingin aku tanyakan adalah, apa kalian pernah ditugaskan untuk berbuat kejahatan?" Tanyaku datar.

Davial mengangguk, lalu mengambil posisi yang tepat untuk menjawabku. Melihat semua rekanku sudah membuat mimik wajah terkejut, dia segera menarik napas dan menjawab pertanyaanku.

"Mr. Altan, dia mempekerjakan kami untuk mencelakai lawan bisnisnya." Ucap Davial sambil melihat kearah bawah.

"Namun bukan berarti, kami tidak boleh menolongnya." Lanjut Lexci. "Kalian tahu, klien kami tidak mengetahui identitas kami, jadi dia tidak akan tahu, siapa yang menolongnya. Siapapun bisa menolong seseorang, jadi tidak akan tahu, bahwa kami yang menolongnya." Jelas Lexci.

"Lagipula, kami diajarkan untuk selalu berbuat baik, walaupun berada dalam lingkungan yang jahat." Ujar Davial sambil tersenyum.

Aku merasa lega dengan jawaban dari mereka, setidaknya aku tidak salah melangkah sekarang. Dan akupun mendapatkan pengalaman dari pekerjaan yang sama tapi tak serupa.

*****

Aku berjalan masuk kedalam toilet, membuka keran air dan membersihkan wajahku yang sudah terasa berat. Sekarang jam makan siang, ternyata mereka sudah mempersiapkan makan siang untuk kami, banyak staf yang hilir pergi didalam sini.

Aku mengambil air wudhu karena ini sudah waktunya untuk sholat dzuhur. Pintu dibelakangku terbuka, menunjukkan Famela sebagai pelakunya.

"Cassandra?" Serunya yang membuatku diam sejenak.

"Namaku Cas Sandrina disini." Balasku melihat wajahnya dicermin.

"Aku mengerti Cassa, aku hanya ingin memastikan itu benar dirimu." Ucapnya sambil membuka keran air. "Bagaimana pendapatmu tentang organisasi ini sekarang?" Lanjutnya bertanya.

"Kita menginjakkan kaki dijalan yang benar Alexa." Jawabku seraya kembali memakai pasminaku.

"Yah, setelah sekian lama kita hanya berbincang lewat layar ponsel, akhirnya kita bertemu juga." Ucapnya lagi.

"Yah, kau benar Famela, tempat ini benar benar sudah mempertemukan kita." Balasku

Famela hanya mengangguk, seraya mengambil air wudhu seperti yang aku lakukan tadi.

"Apa tidak masalah bagimu jika aku pergi terlebih dahulu?" Tanyaku begitu Famela selesai Wudhu.

"Pergi saja," Jawabnya sambil tersenyum.

"Eh, emang disini ada musholla ya?" Batinku.

Aku berjalan seraya mencari orang yang bisa kutanyai. Namun sayangnya, tidak ada satupun orang yang aku temukan, aku ingin pasrah saja rasanya.

"Cassa!" Seru seseorang.

Aku menoleh ke sumber suara itu, dan menampilkan Joe lekaki yang setahun lebih tua dariku, dengan tinggi normal 172 centimeter.

"Ma-mau kemana?" Tanyanya sedikit terbata karena efek dari larinya.

"Nyari musholla, kalo ada sih." Jawabku sedikit menjauh darinya karena memilki wudhu.

"Oohh, gue tau, yu ikut!" Ucap Joe dan berjalan mendahuluiku.

Aku hanya mengangguk dan mengikutinya dari belakang. Dengan langkah gagahnya dia berjalan bak seorang pangeran didalam dongeng. Aku akui, sepertinya ini adalah organisasi titisan SM Enterteint yang visual idolnya bak Raja dan Ratu.

"Lo Cassandra?" Ujarnya sedikit menoleh kebelakang.

"Call me Cas Sandrina Jordan." Balasku seraya menghela nafasku.

"Oke oke, gue paham Cassa." Ucapnya sedikit tersenyum.

Kami berhenti didepan pintu yang ditempel sebuah tulisan 'INI TEMPAT SHOLAT'. Kamipun masuk kedalam Mushola dan melakukan apa yang seharusnya kami lakukan.

Aku keluar dari Musholla setelah selesai. Berjalan menuju ruangan yang Davial katakan padaku. Kepo. Itulah diriku, karena bukan Cassandra jika tidak ingin banyak tahu.

Aku memperhatikan sedut demi sudut disekelilingku. Yang dapat kulihat adalah emas, perak, tembaga, dan hal hal lain yabg tebilang mahal, terpasang disetiap plafon lorong ini.

Tuhan, ingin sekali aku mencurinya. Aku hanya mengetahui hasil dari apa yang mereka perjuangkan, yaitu kepercayaan orang orang kepada mereka. Pekerjaan ini pasti bukan hal yang mudah, namun setidaknya aku tidak salah melangkah. Selama ini aku bekerja sebagai detektif yang bekerja sendiri, tidak ada rekan, atau apapun itu.

Menjadi bagian dari Shadow World itu bukanlah hal yang mudah, banyak hal yang harus aku lewati dan jalani. Walaupun aku sukses dalam berbisnis dan usaha, tidak bisa dipungkiri, pengalaman bekerja itu sangat penting dari hal apapun.

"Cassa, bisa aku meminta tolong padamu?" Ucap Lexci begitu aku membuka pintu ruangan.

avataravatar
Next chapter