7 Eight. Untung hari libur

"Ayo Cassa!" Seru Lexci yang sudah berada didalam mobil bersama para senior.

Sekarang aku bingung, kedua belah pihak mengajakku untuk pulang bersama. Aku tidak enak menolak salah satu diantara mereka, ya Tuhan tolong aku.

"Maaf Lexci, tapi Cassa pulang bareng kita, wlee." Ucap Maria yang sekarang menaruh tangannya dipundakku dan menunjukan jari telunjuk beserta jari tengahnya kearah Lexci.

Lexci hanya memutar bola matanya malas, sambil berdecak lalu berkata. "Rese." Ucapnya dengan nada kesal, dan menutup pintu mobil dengan terpaksa.

Aku beralih menatap Wanita yang masih setia dengan posisinya. Dengan style rambut yang sedikit dikuncir gelung diatas, dan poni tipis yang menutupi keningnya. Style rambut yang baru kulihat ditahun 2019 ini.

Kulit khas orang Australian membuat wajah cantik nan manis berpadu dengan sempurna. "Nanti Cassa duduk disebelah gue sama Mela." Ucapnya sambil menarik lengan Alexi.

"Ganggu orang mau ngeship aja lu 'ia'." Balas Bagas dengan menyebut kata terakhir dari nama Mar'ia'.

"Aduh Bagas, udah malem kali, tahan dong temennya." Ledek Alexi sambil menjulurkan lidahnya.

Aku hanya menggelengkan kepala melihat tingkah teman temanku ini. "Jangan berantem terus, lama lama kalian yang goshting." Ucapku sambil menaik turunkan kedua alisku.

"Idieh, ogah banget Cas." Balas empat orang itu, keculai Rafael secara bersamaan.

"Kan kan, jodoh tuh pasti." Kali ini Rafael yang menggoda mereka.

Aku hanya membalasnya dengan senyuman, sedangkan yang lain masih mengumpat satu sama lain. Minggu depan, kami akan melakukan pelatihan bab seorang agent sungguhan.

Halusinasiku membayangkan bahwa aku dan teman temanku akan menggunakan alat alat yang lebih canggih dari yang aku miliki. Dan menggunakkan mobil yang terpajang rapih didalam gedung canggih ini.

*****

"Assallamualaikum." Ucapku pelan saat sudah memasuki rumah.

Aku seperti seorang maling, mengunci pintu diam diam, dan menyelinap masuk kedalam kamar. Jam diponselku menunjukkan angka 21.45, dan semua pekerjaanku belum selesai sampai disini.

"Hufftt, masih ada kerjaan yang harus lo selesaikan Cas." Ucapku pada diri sendiri.

Setelah berganti baju dan melakukan ritual sebelum tidurku, aku mengambil laptopku lenkap dengan camilan malam yang aku siapkan. Ayolah, kalau urusan makan aku nomor satu, jangan munafik, perut itu tidak pernah bisa untuk dibohingi.

"Jadwal buka anak perusahan I*E Group." Gumanku sambil mengetikkan sesuatu dilayar deskopku.

07.30 pagi. Dengan senyum diwajahku, aku berbekal tekad untuk ijin lari dari sekolah. Kesampingkan dulu masalah kelulusanku, hal ini lebih penting untuk aku lakukan.

Jam masih berputar dengan selayaknya, sembari aku mencari cari alasan untuk bisa pergi dari sekolah besok. Aku masih memfokuskan diri pada pekerjaanku, tidak dibayar, hanya saja difasilitasi oleh klienku.

Setelah rencana untuk besok pagi selesai, aku menggerakan jariku untuk membantu jiwa stalkerku bekerja. Bermodal wifi rumah dan ilmu dari salah satu kariawanku, aku dengan mudah bisa keluar masuk website apapun.

"Yohannara Malikan." Ujarku seraya mengetikkan nama Pak Yohan.

Deskop Google menunjukkan kata, 'Mungkin yang anda maksud adalah, Yohhannara Malikkan Houre.' Sontak aku membelalakan mataku, melihat satu marga yang sangat aku kenal. Marga Houre.

Sejauh aku menelusuri tentang CEO Secret Agentku, aku tidak tahu bahwa dia menyandang status 'Adik sepupu' dari tuan James. Yang aku temukan sekarang, dia adalah CEO dari salah satu perusahaan, yang sialnya tidak bisa aku ketahui namanya.

Lahir di Indonesia, bernotabe sebagai anak Kedua dari empat bersaudara, membuat dirinya dilatih untuk melanjutkan bisnis keluarga. Mengingat dia satu satunya bujang Pria dalam keluarga Malikkan.

"Satu orang lagi yang harus aku jarakki." Ucapku seraya menghembuskan nafasku.

'Bujang?' Terkaku kembali. Dalam benakku, kenapa bisa? Seorang bujang setampan ini belum menikah? Apakah tidak ada yang mau dengannya? Atau dia terlalu malas untuk menjalin sebuah hubungan?

Entahlah, apapun yang terjadi, sepertinya itu bersangkutan dengan masalah pribadinya. "Oohh, ternyata dia masih memiliki ikatan pertemanan dengan tuan Reoden." Batinku.

Katakanlah aku ini seorang stalker tingkat dewa. Sekarang deskopku menunjukkan laman Instagram, dengan berbekal nama asli dari para seniorku, aku berhasil menemukan akun mereka. Salah satunya, Daniel dan Davial.

Dari akun instagram merekalah aku bisa menukan akun instagram agen senior lain. Dengan bermodal second account yang memang sengaja kubuat untuk jiwa stalkerku, dan dengan 'pede' aku memfollow mereka.

"Lexciannara Halther. Eh tunggu, Ha-Halther?" Ucapku berulang kali saat melihat margaku ada dalam namanya.

Marga Halther memang bukan Marga yang terkenal dikalangan atas. Namun marga kami juga tidak bisa diremehkan begitu saja. Berawal dari Kakek moyangku, yang masih kuingat namanya adalah Kakek 'Jordan', Marga halther mulai dikenal sebagai Marga yang sukses tanpa ada ancaman untuk bangkrut. Pria yang memang memilki keturan Arab-Belanda itu juga yang membuat generasi Halther yang selanjutnya berada dalam posisi yang layak. Kira kira kelahirannya 100 tahun lalu, mungkin lebih. Jauh sebelum aku terlahir sebagai turunan ketujuh. Baiklah lanjut saja pada pekerjaanku.

Aku mengalihkan deskopku ke laman Google, mengetikkan nama lengkap Lexci, dan menemukkan identitas dirinya dari data Sekolah Menegah Pertamanya. Dari situ aku mencari tahu tentangnya dengan kode baru, seperti alamatnya, atau hal sebagainya.

Saat aku merasa bahwa yang kulakukan ini sudah cukup, aku menutup Laptopku, menaruhnya kembali pada tempatnya, dan sebisa mungkin menutup mataku dengan Fantasy yang terus berjalan.

*****

Suara alarm untuk yang kesekian kalianya bergema diseisi kamarku. Dengan malas aku bangun dari tidurku dan melihat jam diponselku menunjukkan angka 05.15 A.m. Tunggu tunggu? Jam lima pagi?! dan lebih limabelas menit?!

"Damn!" Umpatku dalam batin.

Dengan nyawa yang belum terkumpul, aku lari menuju lantai bawah, dengan perlengkapan mandiku, yang kini menjadi perhatian orang rumah. 'Telat solat subuh' belum lagi telat bangun, itu menjadi alasan dari sikapku pagi ini.

Setelah selesai mandi, aku disambut dengan wajah bingung dari Rehan dan Nenekku. Aku menautkan kedua alisku, seraya menaikkan daguku keatas untuk mewakilkan kata 'Ada apa?'.

"Bukannya lo libur?" Satu kalimat itu berhasih membuatku jatuh sejatuhnya.

Bagaimana aku bisa lupa jika hari ini libur?! Jelas alasannya adalah UTS angkatan Rehan. Dengan susah payah aku mengatur alasan sampai tengah malam hanya agar bisa pergi dari sekolah. Tau taunya aku baru ingat kalau hari ini libur.

"Lu kenapa gak ngomong dari tadi!" Jitakku kesal.

"Hilih, lu aja pelupa!" Ucapnya sambil mengusap ngusap kepalanya.

"Udah ah, pagi pagi ribut. Sandra solat dulu, hari ini mau pergi lagi kan?" Ucap Nenek yang kubalas dengan anggukkan.

Dengan hati gembira aku naik keatas menuju kamarku. Setidaknya hari ini tidak jadi aku tambahkan ke list hari tidak beruntungku. Aku menset satu baju untuk hari, Celana pants bersaku banyak warna hitam, hoodie berwarna hazel polos, dan kerudung yang menyelaraskan warna celanaku.

Dengan perlengkapan seadanya, aku yakin bisa menyelinap masuk kedalam anak perusahaan itu. Bergabung dengan pekerja pamanku, aku menyamar menjadi pengantar barang kali ini. Nanti aku tinggal menyusun rencana, untuk kembali dan mengambil barang yang aku tinggalkan.

"Yeah! You ready for this girls." Ucapku seraya melihat pantulan wajahku dicermin.

~~~~

avataravatar
Next chapter