4 apa kau tidak mengerti?

"Kau kira aku keberatan dengan orang yang tidak berbahasa Prancis?" Balas Fanny jengkel. "Aku hanya.... Ah, sudahlah! Lupakan saja." fanny menunduk kecewa.

Stefen memperbaiki letak kacamatanya dengan bingung.

"aku hanya ingin mengobrol berdua saja denganmu, sudah lama kita tidak bertemu. memangnya stefen tidak bisa menemui orang itu setelah makan malam? Memangnya stefen tidak mengerti perasaanku?" Gumamku dalam hati.

"Tapi kupikir...." stefen baru akan menjelaskan ketika ponselnya berbunyi.

"Hallo? Oh, Tatsuya. Kau sudah sampai?" Stefen berpaling ke arah pintu dan Fanny dengan enggan mengikuti arah pandangannya. Ia melihat seorang pria berwajah Asia memasuki resto sepi itu sambil memandang ke sekeliling ruangan. Stefen melambaikan tangan. Pria itu melihatnya dan tersenyum.

"Aku akan berkenalan dengannya, tapi aku tidak akan lama, hari ini aku tidak ingin berbasa-basi, aku capek" Kata Fanny cepat.

Stefen tidak menjawab karena temannya sudah tiba di meja mereka.

"Stefen, apa kabar? Senang bertemu lagi." Sapa tatsuya gembira. Bahasa prancisnya lancar, tidak terdengar logat asing sedikitpun.

Stefen pun berdiri, merangkul dan menepuk-nepuk punggung temannya, "Aku juga senang bertemu denganmu lagi."

Fanny memperhatikan tatsuya dengan cermat. Laki-laki itu masih muda, usianya pasti sebaya dengan Stefen, sekitar akhir dua puluhan. Bertubuh jangkung setinggi stefen. Dan sedikit lebih kurus dibandingkan Stefen. Rambut hitamnya agak panjang tapi sangat bergaya. Mungkin itu model yang trendi di Jepang. Cocok dengan bentuk wajahnya. Matanya kecil, hidungnya mancung, dan dagunya kecil. Secara keseluruhan tatsuya memiliki wajah yang menyenangkan dan menarik.

Namun, ada sesuatu yang mengganggu...

Fanny mengerutkan kening. Laki-laki bernama tatsuya ini seperti tidak asing. Tidak, fanny yakin betul ia tidak pernah bertemu laki-laki itu sebelumnya. Tetapi ada sesuatu yang terasa asing dari diri tatsuya.

"Kenalkan, ini temanku, fanny septyani."

Fanny mengalihkan pandangannya dan mendapati stefen sedang menatapnya.

"Fanny, ini tatsuya gujinawa," stefen melanjutkan "teman baikku dari Jepang."

Fanny memaksakan seulas senyum dan menyambut uluran tangan tatsuya.

"Hallo," sapa Fanny pendek.

"Panggil aku tatsuya saja." Kata tatsuya. Ia tersenyum lebar, sambil sedikit membungkuk.

"Senang berkenalan denganmu, Fanny."

"Kuharap aku tidak mengganggu acara kalian," kata tatsuya membuyarkan lamunan Fanny.

"Tidak, tidak" sahut stefen cepat sebelum Fanny bereaksi.

"Kau tidak tersesat kan? Resto ini memang agak terpencil."

Tatsuya menggeleng. "Sopir taksiku hebat," katanya sambil tersenyum lebar.

"Duduklah, kau sudah makan?" Lanjut Stefen.

"Kuharap kau tidak keberatan makan makanan indonesia. Fanny ini penggemar fanantik sate kambing."

"Oh ya? Aku bersedia mencoba makanan apapun. Aku bukan orang yang pemilih soal makanan."

Fanny senang mendengarnya, karena ia tidak memilih milih makanan.

"Dia juga penyiar radio," stefen melanjutkan, seolah membanggakan anak kesayangannya.

"Kalian punya acara yang membacakan surat-surat dari pendengarkan?" Tanya Tatsuya.

Fanny tidak menyahut, hanya mengerjapkan matanya dan mengangguk acuh tak acuh.

Stefen menoleh ke arah Tatsuya dan menepuk bahu temannya. "Dengar, bukankah kau punya cerita bagus? Kau bisa menulis surat ke acara itu."

Tatsuya tertawa kecil dan menggeleng-geleng.

"Apa? Cerita apa" tanya Fanny

Oke, stefen berhasil membangkitkan rasa penasarannya. Ia menumpukan Kedua tangan di meja dan mencondongkan tubuh ke depan.

"Dia belum menjelaskan detail ceritanya" sahut stefen.

"katanya dia bertemu dengan gadis Prancis yang membuatnya terpesona. begitu datang dari Jepang langsung tertarik dengan gadis Prancis. hebat sekali."

tatsuya tersenyum malu. "dia melebih-lebihkan," katanya pada Fanny. "aku tidak bilang begitu."

"jangan hiraukan Stefen, kalau kau punya cerita menarik, silahkan tulis surat ke acara kami. siapa tahu kami akan membacakannya saat siaran." sahut Fanny.

"akan aku pikirkan," kata tatsuya.

tiba-tiba Fanny merogoh tas tangannya dan mengeluarkan ponsel. ia menatap benda itu sejenak, lalu berkata kepada kedua laki-laki dihadapannya itu dengan nada menyesal.

"maaf, aku tidak bisa tinggal lebih lama. ada urusan mendadak. aku harus pulang sekarang."

"kenapa buru-buru?" tanya stefen bingung.

"aku akan meneleponmu lagi nanti, stefen." ia menoleh ke arah tatsuya, mengulurkan tangan dan tersenyum singkat.

"senang berkenalan denganmu. Aku minta maaf karena tidak bisa mengobrol lebih lama. mungkin lain kali."

tatsuya menyambut uluran tangannya dan tersenyum. "tidak apa-apa. sampai jumpa."

"sampai jumpa." Fanny merangkul stefen dan menempelkan pipinya di pipi stefen dengan cepat, kemudian ia melambai kepada tatsuya dan keluar dari restoran.

avataravatar