2 I Hate It so much

Masa lalu adalah sesuatu yang berharga. Ia menjadi sebuah kenangan yang indah namun memberikan pelajaran dalam hidup ini. Entah sebaik atau seburuk apapun masa lalu tetap saja, di masa yang akan datang ia akan menjadi sebuah ingatan yang indah. Seperti dia.

Aku adalah seorang gadis remaja biasa yang baru saja memasuki sebuah sekolah yang selalu aku impikan. Aku tidak kaya, apa lagi terkenal. Hanya memiliki kehidupan biasa yang sedikit monoton. Punya masa lalu yang kelam dan hidup penuh dengan kesendirian.

Namun, hari itu di sebuah tangga yang tidak terlalu jauh dari kelas yang aku tempati saat aku bergegas untuk pulang aku melihatnya. Entahlah. Ia terlihat begitu menarik. Berjalan dengan wajah yang begitu khas. Aku rasa.. aku menyukainya hingga aku terus memperhatikannya. Namun karena banyaknya orang yang berebut untuk pulang aku kehilangan visualnya dari pandanganku. Dan aku tidak pernah melihatnya lagi setelah itu.

Tapi hari itu, ketika aku sedang terdiam di sebuah pembatas di depan kelasku tiba-tiba ia kembali terlihat olehku. Jauh di sebrang sana. Di depan sebuah kelas bersama beberapa orang lagi sedang berbincang dan tertawa bersama.

Lama setelah hari itu, aku mulai punya banyak teman. Entah kenapa aku bisa tepilih menjadi ketua kelas. Lucu sekali. Kemudian aku mulai mengenal beberapa orang yang sangat baik yang akhirnya menjadi temanku. Ah tidak. Teman dekatku. Tapi tetap saja hanya ada satu orang yang benar-benar dekat denganku. Sebut saja Yana.

Aku dan Yana dekat dan semakin dekat setiap harinya. Hingga suatu hari ia bertanya padaku tentang seseorang yang aku sukai. Aku bilang padanya bahwa jika aku mengatakannya dia juga harus memberitauku hal yang sama.

"Jadi, siapa? Penasaran nih gue"

"Gue gatau namanya. Anak kelas 7A"

"Serius? Yang mana coba yang mana?"

Yana langsung menarikku keluar kelas saat bel istirahat dan memintaku untuk memberitahunya. Memang kelas ku, 7I dan 7A berhadapan tapi dengan jarak yang sangat jauh.

Setelah memberitahu Yana aku lupa menanyakan hal yang sama padanya. Namun berminggu-minggu setelah itu aku mulai ingat hingga aku menanyakannya pada Yana. Ia awalnya tidak mau memberitahuku namun akhirnya ia mengatakannya. Ternyata orang yang disukainya adalah lelaki yang duduk tepat dibelakangnya. Namanya Bayu. Menurutku tidak tampan dan hitam tapi tidak jelek. Biasa saja.

Sampai tiba-tiba satu ide gila terlintas di pikiranku. Aku ingin memanfaatkan jabatanku untuk mendekati Bayu kemudian mencomblangkannya dengan Yana. Awalnya aku tidak ingin mengatakan apa-apa pada Yana tapi sepertinya ia mulai mencurigaiku yang mulai sedikit dekat dengan Bayu. Akhirnya aku mengatakan semuanya dan Yana setuju.

Sampai sore itu di depan kelas kami saat sekolah sudah sedikit sepi aku menjadi saksi bisu atas hari jadi mereka. Ya Tuhan. Tidak ku sangka rencanaku berhasil.

Kemudian kami bertiga akhirnya menjadi sangat dekat. Dan Yana dengan lancangnya mengatakan tentang orang yang aku sukai pada Bayu. Aku sangat marah hari itu. Namun, Bayu bialng ia mengenal lelaki itu dan akan memberitahuku namanya. Hilang sudah rasa marahku dan berganti menjadi rasa senang.

"Siapa namanya? Gila gue udah lama banget suka dia"

"Niko"

Yaa sejak saat itu aku akhirnya tahu namanya. Aku semakin sering memperhatikannya. Hingga tiba-tiba Yana mengatakan sesuatu kepadaku. Ia bilang bahwa Bayu memberitahu Niko bahwa aku menyukainya.

Flashback on

"Hahahahaha"

"Eh eh by the way, temen gue ada yang suka sama Niko nih" ucap Bayu

"Hah serius lo" jawab seorang teman.

"Iya" kata Bayu

"Cieee Niko cieee huuuuu"

"Siapa emang?" akhirnya lelaki bernama Niko itu berbicara.

"Itu tuh yang itu" kata Bayu sambil menunjuk seorang perempuan di sebrang sana"

"Ah jelek"

Flashback off

Aku marah sekali hari itu. Bukan marah pada Bayu ataupun Yana. Tapi pada diriku sendiri. Entahlah. Aku pikir, kenapa bisa Niko mengatakan itu? Jahat sekali dia.

Hingga setelah hari itu akhirnya aku memendam rasa sukaku dalam-dalam. Tidak peduli jika rasanya begitu sakit. Tapi yang aku benci adalah ketika berita bahwa aku menyukai Niko mulai tersebar hingga hampir satu angkatan kami mengetahuinya.

Aku tidak tahu siapa yang menyebarkannya. Malu sekali rasanya. Tapi aku memilih diam dan memasang wajah tembok untuk menghadapi hal itu. Namun, semakin sering orang-orang meledekku aku semakin mengingat kalimat Niko di pikiranku.

Jelek

Jelek

Jelek

Hal itu seakan menghantuiku.

Hingga aku berada di titik ter-frustasiku ahirnya aku memutuskan sesuatu. Aku akan merubah diriku. Aku akan membuat semua orang hanya melihatku. Hanya menatapku dengan pandangan iri. Aku akan membuat mereka lebih rendah dariku.

Dan ya, aku benar-benar melakukannya. Selama dua tahun terkahir di sekolah itu aku benar-benar menjadi sorotan semua orang.

Bukan hanya angkatanku, bahkan kakak kelas, adik kelas, guru dan banyak orang di luar sana. Ada yang melihatku dengan pandangan kagum dan terpesona namun yang kusuka ketika lebih banya orang memandang iri pada diriku. Senang sekali rasanya.

Dan satu hal yang selalu aku sadari. Ketika aku tidak sengaja berpapasan dengan dia, aku masih menyempatkan 5 detikku untuk menatapnya. Memandanginya sesukaku walau singkat. Karena sebenarnya, aku tidak pernah benar-benar berhenti menyukainya. Lagi pula aku hanya memendamnya kan?

Dan aku tahu, ada saat-saat dimana juga dia memperhatikanku. Karena kadang aku menyadarinya. Tapi yang aku benar-benar tidak suka adalah ketika aku menyadarinya ketika ia menatapku tapi aku tidak pernah tahu arti tatapannya. Bahkan hingga saat ini. Dimana aku dan dia tidak pernah bertemu lagi.

I hate it so much.

avataravatar
Next chapter