1 Aku, Kamu dan Dia

Kadang, kita lupa bahwa masih ada hal positif yang terdapat di dunia. Hanya saja, terkadang nasib tak membiarkan kita membuktikannya.

Semuanya berawal ketika aku mengenalnya. Seorang lelaki yang tampan dan memiliki segalanya di dalam hidupnya. Dialah Darma. Sebenarnya Darma adalah orang yang cukup baik dan asik. Namun sayang, semua yang dimilikinya membuatnya begitu sombong dan angkuh.

Ya, aku seorang anak yang berasal dari keluarga yang sederhana. Seiring berjalannya waktu, ketika sikap dingin dan acuhnya mulai meleleh, bahkan dia mulai mengajakku ke dunianya. Membuatku sedikit mengenal seorang teman dekat-nya.

Tanpa aku sadari aku mulai merasakan perasaan tak nyamanyannya ketika bersamaku dan teman-temanku. Entah apa yang membuatnya seperti itu. Namun akhirnya waktu memberitahuku bahwa ia tak ingin hidup berdampingan bersama orang-orang seperti kami. Bahkan tak jarang dia menghina orang lain.

Begitu berbeda dengan teman dekatnya Alfi. Menurutku Alfi adalah seorang lelaki yang cukup sederhana dan baik terhadap orang lain. (walaupun sedikit sensitif)

Alfi, awalnya aku sedikit meragukannya namun dia berhasil menunjukan bahwa dia lelaki yang baik, murah hati, murah senyum, suka membantu orang lain, jujur, dan pengetahuannya luas. Walaupun terkadang dia sedikit menyakiti orang lain, tapi dia laki-laki yang polos.

Seiring berjalannya waktu, aku merasa cukup nyaman ketika bersama Alfi. Ketika bersamanya dia selalu mengajarkanku sesuatu yang belum aku ketahui. Memberitahuku semua yang ingin aku tahu. Dia selalu membuatku tersenyum. Bagiku dia sempurna. Tidak, apa yang aku pikirkan? Apa aku menyukainya? Tapi apakah harus dia? Tidak. Aku tak pantas untuknya.

Ketika aku baru mengenal Alfi, dia adalah laki-laki yang berbeda. Dia sederhana yang selalu marah-marah ketika ada orang yang menertawakannya termasuk aku. (walaupun cuma bercanda). Dia bisa kesal dan marah padaku hingga tiga hari. Entah apa yang mebuatku berbaikan dengannya.

Untuk pertama kalinya aku dan beberapa temanku berkunjung ke rumah Alfi untuk mengerjakan tugas.

" Pi emang rumah lu dimana? " tanyaku.

" Ntar lu juga tau." Jawabnya singkat.

Semua yang aku lihat begitu mengejutkan. Rumahnya begitu besar seperti sebuah Istana yang mewah. Seisi rumahnya seperti sengaja di tata serapih dan sesederhana mungkin. "Aku tak pantas untuknya, bagaimana aku bisa betharap?" kataku dalam hati.

Sejak itu, selama beberapa hari setelah itu teman-teman ku menceritakan semua tentang Alfi kepada yang lain, bahwa Alfi begitu kaya dan hampir memiliki segalanya (melebihi Darma). Meskipun Alfi selalu mengelak ketika ditanya tentang kebenaran hidupnya. Hingga sejak itu, beberapa temanku yang sepertinya sangat tidak suka padaku (walau mereka menutupinya aku tahu) selalu mendekati Alfi. Namun ada satu orang yang sepertinya ingin aku menjauh dari Alfi. Dialah Naya. Dia mendekati Alfi tepat dihadapanku. Banyak orang yang bilang kalau sikap Naya selalu membuat para laki-laki luluh. Entah mengapa hati ini begitu sesak melihat semua yang terjadi. Ditambah lagi Dira yang selalu saja mencari perhatiannya. Ya, dia emang cantik dan pinter (tapi banyak yang bilang dia matre). Belum lagi ketika Alfi begitu merespon perempuan-perempuan yang mendekatinya.Namun setahu ku, Alfi selalu bersikap ramah terhadap semua orang. Entahlah. Sejak saat itu aku menjauhi Alfi.

Aku tahu sebenarnya dia tahu aku menjauhinya. Tapi apa yang terjadi justru sikapnya biasa aja, masih sama kaya dulu. Meskipun aku merasa karena Dira dia sekarang jadi jarang komunikasi sama orang biasa di kelas, tapi dia masih sama seperti dulu. Seorang yang tidak pernah menyombongkan apa yang dia punya dan selalu ramah terhadap orang lain. Aku senang setidaknya sifat itu masih ada dalam dirinya.

Baru kali ini aku menemui orang sepertinya. Dia yang memiliki segalanya tapi tak pernah lupa bahwa dirinya juga manusia yang diciptakan oleh Tuhan. Bahwa dia dan yang lainnya sama di mata Tuhan. Dan bagiku itu sesutau yang tidak biasa.

avataravatar
Next chapter