9 9•Bolos

"Arfka"gumam Mia heran.

Saat ini Arfka tengah mengobrol bersama ayahnya diruang tamu. Bayangin coba selama hidup ini Mia kagak pernah dah denger laki laki yang ia cintai ngobrol bersama ayahnya. Ayahnya. Ih beneran ini kagak percaya Mia. Nggak jadi calon mertua aja ya?.

Mia menghampiri ayahnya dan Arfka ragu. Tepat sampe dia dihadapan Arham dan Arfka ia ingin memulai pembicaraan namun Arfka sudah duluan mengatakan sesuatu pada ayahnya.

"Om kalau gitu saya berangkat sekolah dulu ya"ucap Arfka to teh point setelah Mia sampe kerahnya.

Arfka berdiri dari duduknya dan menyalimi punggung tangan Arham. Arham meraih tangan Arfka dan tersenyum kearahnya. Begitu juga dengan Mia tapi ayahnya malah menggodanya dengan menyentil pipinya.

"Ayah"gerutu Mia ditinggalkan Arfka yang sudah berjalan duluan keluar rumah.

"Nggak peka banget sih"gumam Mia kesel menatap punggung Arfka yang sudah berada diambang pintu.

Mia pun menghampiri Arfka. Gadis berponi itu lalu mensisihkan poninya kebelakang menggunakan jepit rambut sepeti yang ia ingat awal masuk SMA.

Arfka memasuki mobilnya begitu juga dengan Mia yang merasa dongkol karena sikap Arfka yang tidak peka. Dibukain pintu kek apakek cowok nyebelin.

Lihat saat ini Mia sudah memasuki mobil Arfka tanpa izin yang punya. Ia duduk didepan dan memakai sabuk pengaman. Arfka belum juga menjalankan mobilnya. Ia masih menatap ke depan tanpa menghiraukan orang yang sekarang berada disampingnya.

"Arfka"panggil Mia lirih yang masih didengar oleh Arfka. Cowok itu tak mempedulikannya ia terus mengarah ke dan merasakan kepalanya yang terasa saat ini pusing.

Tidak tidak saat ini. Lo nggak boleh keluar. Tidak.

"Arfka"lirih Mia menarik lengan baju Arfka pelan. Cowok itu belum juga menggubrisnya ia terus menatap ke depan.

"Arfka"sudah cukup. Mia tak akan menahan emosi lagi kali ini ia harus bergerak dihadapan cowok ternyebelin dihidupnya ini tapi cintanya.

Arfka menatap Mia dengan wajah datarnya tanpa merasa bersalah sama sekali. Ia lalu menjalankan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah Mia.

Arham yang sedari tadi berada didepan pintu dan melihat anaknya dari kaca mobil hitam itu dengan sendu.

"Maafin ayah Mia. Ayah harus lakuin semua ini demi kebaikan kamu"gumam Arham pelan.

Seorang wanita yang masih terlihat cantik dengan daster bunga bunga yang ia kenakan datang dari gerbang ruang Arham dan tersenyum kearahnya.

Wanita itu melangkah mendekati Arham begitu juga sebaliknya. Arham mendekati wanita itu. Ya wanita yang sangat ia cintai rela melakukan semua itu demi kebaikan anaknya.

"Astrid"lirih Arham setelah berhadapan dengan wanita itu. Ia memeluknya dengan sangat erat tak ingin kehilangan. Begitu juga dengan wanita itu ia balas memeluk Arham dengan sangat erat berharap inilah jalan yang terbaik demi anaknya.

Arham melepaskan pelukannya dan menjauhi pundak Astrid dan menatapnya sayang. Astrid tersenyum kearah Arham lalu mengangguk.

"Anak kita udah besar ya mas"

Arham mengangguk lalu memeluk kembali tubuh istrinya yang saat ini dikira anaknya sudah tiada.

📍📍📍

Arfka menghentikan mobilnya ditengah jalan karena lampu lalu lintas yang berwarna merah.

Hening

Diantara Arfka dan Mia mereka hanya saling diam dan tak ada satupun yang membuka suara. Hingga lampu hijau, Arfka membelah jalan tanpa bersuara sedikitpun begitu juga dengan Mia.

Sesampainya disekolah Arfka langsung memarkirkan mobilnya dan keluar begitu saja tanpa peduli dengan gadis yang dibawanya.

"Ck"decak Mia kesel. Dengan terpaksa ia membuka sabuk pengaman dan keluar dari mobil menghampiri Arfka yang menunggunya di depan pintu mobil.

Mia mensejajarkan kakinya dengan Arfka. Senyum kecil Arfka terbit begitu saja melihat Mia yang terlihat dongkol.

Dengan sengaja lagi Arfka melangkahkan kakinya lebih lebar lagi agar Mia tak bisa menyamainya.

Beberapa kali Mia berdecak kesel. Tanpa ia sadari seorang laki laki yang ada disampingnya menerbitkan senyum karena bahagia bisa mengerjai gadis sepertinya.

"Arfka nungguin napa"gerutu Mia terus mensajajrkan kakinya dengan Arfka.

"Hufftt"Mia meniup poni didahinya yang jatuh beberapa helai. Padahal udah dia jepit masih aja ada yang jatuh. Kan panas. Gerah lagi. Ngejar ngejar Arfka baginya iya tapi bagi Arfka b. Aja. Menyebalkan.

"Arfka"lirih Mia mengambil nafasnya dengan tidak teratur.

Arfka berbalik melihat Mia yang saat ini sudah dipenuhi keringat dipelipisnya. Segitu capeknya ya dia sejajarkan kakinya. Ya capek kali bang.

Arfka menunduk menyamai tubuhnya agar sejajar dengan Mia. Cie.. gantian nih ye..

Mia gelagapan. Jantungnya saat ini benar benar berdebar kencang. Oksigen oksigen saat ini ia butuh oksigen. Ayok... Bantu cari oksigen hwuuu...

Arfka mendekatkan wajahnya ke wajah Mia ia mengambil sapu tangan di saku bajunya lalu mengelapkan keringat Mia.

Deg... Oh.. tidak rasanya saat ini ia benar benar tidak bisa bergerak. Jantungnya mau copot.  

"Arf-"Mia memutuskan perkatannya sebelum Arfka meninggalkannya lagi. Cuih ditinggal lagi. Percuma mesra mesraannya. Kagak ada malah

"Arfka tungguin gue na-"Mia menabrak punggung Arfka yang berhenti. Bukannya belok ke kanan untuk memasuki kelasnya Arfka malah berbalik arah lalu meninggalkan Mia lagi yang lagi-lagi berdecak kesal. Arfka yang melihat tingkah Mia dari belakang tersenyum.

Entah mengapa Mia malah mengikuti langkah Arfka lagi. Lagi lagi dan lagi. Ia ikut berbalik dan mensejajarkan kakinya. Kali ini benar benar sudah sejajar.

Mia berhenti lalu mendongakkan kepalanya bingung melihat Arfka yang berhenti diparkiran Arfka pun mengambil kunci mobilnya dan menyalakannya. Mia hanya diam Ia melihat Arfka yang masuk ke mobilnya dan duduk dikemudi.

"Mia"panggil Arfka dari jendela mobil.

Sadar akan lamunannya Mia pun langsung memasuki mobil yang Arfka masuki dan duduk didepan. Ia melirik sebentar Arfka yang main hp. Tapi kenapa dirinya disuruh masuk juga? Perasaan kagak pernah tuh gue diajak kemana mana.

"Arfka"panggil Mia memperhatikan Arfka yang masih main hp. Arfka melirik Mia sebentar dan berdehem lalu ia melanjutkan main hpnya.

Mia menghela nafas lelah. Ia membuka sabuk pengaman yang baru saja ia pakai. Pergerakannya terhenti saat tangan Arfka memakaikan sabuk pengaman lagi untuknya.

"Kenapa sih Arfka. Gue pingin masuk kelas. Nih nih Lo nggak lihat udah jam berapa nih nih."ucap Mia memperlihatkan jam tangan biru kearah Arfka.

Arfka menatap Mia tajam. Mia langsung tersentak dan menarik tangannya menjauhi dari wajah Arfka. Ia menyembunyikan wajahnya takut akan ketajaman Arfka. Tapi baginya itu hal yang sangat menyenangkan.

Mia balik menatap Arfka tajam. Ngapain gue mesti takut. Yang mereka lakukan saat ini hanya saling tatap tatapan dengan tajam.

"Udah"kata Arfka yang melihat Mia sudah tidak menatapnya tajam.

Mia memiringkan kepalanya mencerna perkataan Arfka yang baru saja ia katakan. Udah ngapain?

"Udah tatap gue"mengerti akan apa yang Mia pikirkan. Tapi menunggu Mia lama berpikir lagi, Arfka pun mengeluarkan mobilnya dari dalam parkiran

Tau apa yang akan terjadi Arfka langsung melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan sekolah.

"Hidih... Lo yang mul-"sadar akan dimana posisinya Mia langsung membulatkan matanya yang sudah melihat dirinya diluar gerbang sekolah.

"Hei Arfka Lo mau bawa gue kemana"berontak Mia menggedor gedorkan pintu kaca mobil.

"Keluar aja"suruh Arfka bercanda. Nggak mungkin juga kan Mia mau mati ditengah jalan.

Mia diam ditempat. Ia melirik Arfka yang fokus menatap didepan meskipun jalanan yang tampak sepi.

"Mia"lirih Arfka yang masih didengar oleh Mia.

"Hem.."dehem Mia kesel. Ia memutar bola matanya mengalihkan pandangannya setelah Arfka menatapnya.

"Bolos yuk"

Mia menangkap wajah Arfka yang sengit kehadapan nya. Ok fine.. ini untuk pertama kalinya ia melihat Arfka tertawa aneh kearahnya. Jadi, ia harus berusaha untuk tidak terbawa suasana.

"Udah bolos juga"jual mahal Mia membuat Arfka tertawa pelan.

"Napa sih lo tawa Mulu dah".

"Ya udah kalau mau bolos"Arfka menatap lagi arah jalan dan melajukan mobilnya.

"Yang bawa gue elo"ketus Mia Arfka menahan tawanya gemes melihat Mia yang cemberut.

"I Love you"-batin Arfka

"Too"

Arfka tersentak ia menghentikan mobilnya mendadak dan menatap Mia. Refleks Mia pun hampir tersungkur ke depan.

"Arfka apa apaan sih elo"

"Mia"panggil Arfka menatap Mia penuh selidik.

Mia yang ditatap Arfka langsung mengalihkan pandangannya. Asem.. ganteng banget. Gue nggak kuat.

"Tadi Lo ngomong apa"lanjut Arfka

Mia nampak berpikir. Emang ngomong apa?. O.. yang too itu kali.

"Emang kenapa"balik tanya Mia. "Ituloh gue tadi bilang too rasanya gue kayak denger orang ngomong i love you gitu"kata Mia. Entahlah Mia juga mendengar itu tapi ia tidak tau siapa.

Arfka mendekatkan tubuhnya dan menatap Mia lagi dengan selidik.

"Mia"lirih Arfka.

Mia tak menatap Arfka ia mengalihkan pandangannya asal bukan Arfka.

"Hem"

"I love you"

Deg...

TBC

avataravatar
Next chapter