7 7•Kenyataan pahit?

Happy reading

|

|

|

|

|

_______________________

Kalian tau? Yang pahit didunia ini hanya satu. Yaitu kehilangan semuanya.

-Mia-

_______________________

Mia menghindar dari sahabat sahabatnya dan berbicara pada seseorang melalui hpnya. Selang beberapa menit tampak jelas Mia memegang hpnya dengan tangan yang bergetar dan ia menutup mulutnya tak percaya.

Arfka yang melihat itu langsung menghampirinya dan tak sengaja Mia langsung terjatuh. Dengan sigap Arfka langsung menangkapnya dan memeluknya

"Mia" lirih Arfka menatap Mia sendu.

Mia masih menunduk dan berada dipelukan Arfka. Rasanya pelukan itu benar benar ia tak pedulikan saat ini. Ia sangat terpuruk mengetahui semuanya. Kenapa kenapa hari ini ibu? Kenapa? Kenapa ibu tidak ada disini lagi? Ibu kenapa?

Flashback of

"Mia"

"Iya ini siapa"

"Aldi"

Mia menjauhkan hpnya dan melihat layarnya yang tertulis nama Aldiano.

"Kak Ali ada apa"tanya Mia

"Mia ma- mama"terdengar dari sebrang sana Aldiano tengah menahan tangisnya.

"Ibuk kenapa kak"

"Ma- mama. Sekarang kamu cepat kerumah sakit"

"Kenapa ibuk kenapa"tanya Mia mulai panik.

"Mama meninggal Mia mama udah nggak  ada disini lagi Mia mama pergi"kata Aldiano tak sanggup

Mendengar itu rasanya ia langsung tertimpa beribu ribu ton dan hambruk begitu saja.

"Nggak ibu nggak mungkin ninggalin Mia" lirih Mia mematikan sambungannya secara sepihak

Flashback on

Arfka semakin mengeratkan pelukannya. Melihat Mia seperti ini benar benar mencabik cabik hatinya.

Mia langsung melepaskan pelukan Arfka dan berlari menjauhi mereka.

Liana, Angel, Kayla, dan Andra yang dari tadi hanya memperhatikan mereka lalu menghampirinya.

"Ada apa dengan Mia"tanya Andra.

Arfka pun berbalik dan mengedikkan bahunya lalu ia pergi begitu saja menghiraukan orang orang yang memperhatikannya dari tadi.

Baru kali ini gue lihat Arfka kayak gitu.

Bukannya Mia emang dari dulu suka sama Arfka ya.

Masa' iya sih Arfka sama Mia  udah pacaran.

Paling kan secara otomatis Mia nya juga suka Arfka.

Dari dulu kali kalau Mia suka Arfka maksudnya tuh Arfka nya.

Mungkin dia juga suka paling.

Begitulah kata kata orang. Ya... Ini memang pertama kalinya terlihat Arfka memeluk gadis lain kecuali Liana kembarannya.

Liana langsung menghampiri Arfka begitu juga dengan kawan kawannya.

📍📍📍

Mia berlari lari di koridor rumah sakit. Dari arah yang jauh sana ia melihat ayahnya dan juga Aldiano yang sedang terduduk dan menutup wajahnya. Sangat terlihat bahwa mereka sedang menahan tangis.

"Ayah ibuk dimana"ucap Mia hati hati.

Arham pun melihat Mia dan memeluknya erat.

"Nak maafin ayah ya yang tidak bisa membuat semuanya bahagia"lirih ayah ditengah tengah pelukannya dan menangis.

"Ayah jawab Mia dulu yah ibuk dimana"ucap Mia memberontak Arham agar melepaskan pelukannya.

"Ibuk udah nggak ada Mia. Ibuk udah bahagia"sedih Arham terlihat jelas membuat Mia semakin tak percaya.

"Ayah jangan bohong sama Mia ayah pasti bohong kan? Iya kan?"protes Mia.

Mia pun berdiri dan menghampiri Aldiano yang tengah menatapnya sendu.

"Kak Ali ibuk didalam kan? Iya kan?"kata Mia memastikan. Aldiano hanya bisa mengangguk dan pasrah. Tantenya yang selama ini menjaganya telah hilang selama lamanya didunia.

Mia pun langsung memasuki ruang UGD yang berada disampingnya. Ia melihat seseorang yang sudah ditutupi kain putih beserta para suster yang mengurusnya.

"Mba ap-"kata suster terputus.

Mia tak mempedulikan apa yang suster itu katakan. Ia langsung mendekat kearah mayat yang sedang mereka urusin.

Perlahan lahan ia membuka kain putih yang sudah menutupi tubuh mayat itu. Mia masih ragu untuk membukanya ia masih saja membukanya pelan pelan dan masih terlihat dahi yang berwarna putih pucat itu.

Dahi itu. Tidak tapi itu pasti bukan ibuknya ia iya sangat yakin kalau itu bukan ibuknya. Iya pasti bukan

Tak kuat sudah menahannya Mia langsung membuka kain itu dan terlihat jelas wajah pucat itu. Mia langsung memeluk tubuh mayat itu dengan erat dan menangis di pelukannya.

"Ibuk bangun buk. Ibuk jangan bercanda sama Mia ini nggak lucu buk ini nggak lucu"kata Mia sesegukan menggoyang goyangkan tubuh Astrid agar terbangun.

"Ibuk bangun"terika Mia membiarkan air matanya menurun deras.

"Mia ayok pergi"ucap Arham memasuki ruangan itu dan tak kuasa melihat wajah istrinya.

Arham menarik pundak Mia agar menjauh dari mayat istrinya dan memeluknya erat.

"Tak apa apa nak ibuk pasti sedih kalau lihat kamu kayak gini"kata Arham menenangkan Mia.

Arham melihat wajah Astrid lalu tersenyum kecil dan menyakiti hatinya.

"Yang sabar ya nak. Masih ada ayah disini"

Mia membiarkan pelukan itu berlangsung selama beberapa menit. Lalu ia melepaskannya dan pergi begitu saja.

Saat keluar ruangan UGD ia sempat melihat Aldiano yang sedang menatapnya sendu. Namun ia tak peduli ia langsung berlari dan membiarkan Aldiano yang saat ini menatapnya benci dan tersenyum miris.

Habis Lo

Mia terus berlari dan membiarkan orang orang yang sesekali ia tabrak. Sesekali ia juga sempat minta maaf meskipun orang itu marah marah. Ya saat ini memang ini salahnya. Ia ingin sendiri ia tak ingin ada yang mengganggunya.

Berhentilah Mia ditempat danau yang kecil. Danau ini terbilang dekat dengan rumah sakit.

Mia memandang danau dengan tatapan kosong. Ya semuanya rasanya kosong.

Bagaiman bisa ibuknya pergi begitu saja disaat tadi pagi saja ibuknya baik baik saja. Bahkan teraws dan tersenyum bersama. Tapi sekarang itu semua hanya tinggal kenangan.

Mia berdiri dari duduknya. Rasanya percuma bila ia harus sepeti ini. Bila ia terus begini lalu siapa yang akan membahagiakan  ayahnya.

Tidak tidak ia Tidka boleh seperti ini. Ia harus kembali dan menenangkan ayahnya yang saat ini membutuhkannya.

Mia pun berlari kembali kerumah sakit. Setelah ia sampe dirumah sakit tak ada satupun orang yang ia kenal berada disana. Sempat ia melihat seorang laki laki berbaju hitam yang terlihat tersenyum kearahnya.

Laki laki itu berjalan kearahnya membuat Mia merinding. Tanpa Mia sadari bahwa laki laki itu telah memasukkan sesuatu didalam kantong rok seragam Mia.

Mia tak peduli dengan hal itu. Lalu ia mencari cari ayahnya keseluruh ruangan. Namun, ia tak kunjung juga mendapatkan ayahnya. Alhasil ia kembali keluar rumah sakit dan menghentikan taksi tujuannya adalah kerumahnya.

Setelah sampa dirumah Mia langsung memasukinya dan tak terlihat siapa pun disana kecuali rumahnya yang berantakan.

"Apa tadi rumah lagi dirampok?"gumam Mia bertanya pada diri sendiri. Ia melihat sekeliling rumahnya dan tergeletak pisau dilantai yang penuh darah.

Mia menutup mulutnya tak percaya.

"Jangan jangan ib-"gantung Mia tak percaya "tidak tidak itu tidak mungkin. Lalu siapa yang melakukan ini semua. Nggak mungkin kan orang Setega itu melakukan ini pada ibu"lanjut Mia berjalan hati hati untuk mengambil pisau itu.

Bruk

Dorr

Jdar..

Pring ring...

Mia menghentikan aktivitasnya untuk mengambil pisau itu. Ia melangkahkan kakinya untuk mencari sumber air itu yang asalnya dari mana. Tapi ia juga tidak mengetahui suara apa itu.

Berhentilah Mia ditempat gudang yang ia rasa sumber itu datangnya dari sana. Ia memutar kenop pintu dan terlihat jelas tidak ada benda atau apapun itu jatuh didalam ruangan itu. Kemudian Mia kembali ke dapur untuk mengambil pisau itu lagi.

Eh? Tunggu?? Dimana pisau itu???

Mia terkejut setelah ia sampe didalam dapur pisau yang penuh darah itu sudah tidak ada. Ia masih mencerna termakan pemikirannya.

"Apa tadi ada orang disini selain gue?"

"Tapi siapa. Apa selama ini ayah punya musuh atau semacamnya. Tapi nggak mungkin deh"

Mia tak mau ambil pusing meskipun ia agak takut. Seseorang membuka pintu dan terlihat jelas Aldiano yang masuk kedalam rumahnya dan menghampirinya.

"Mia ayok kita kepemakaman"ajak Aldiano

"Pemakaman. Bukannya ibuk baru aja tadi- tapi kok secepat ini"batin Mia heran

"O, iya iya"jawab Mia asal meskipun didalam hatinya masih dipenuhi dengan rasa aneh dan curiga.

"Bentar kak Mia Ganti baju dulu"ucap Mia memasuki kamarnya ayang berada diatas dan segera mengganti baju.

Perasaan Mia saat ini ia merasa tidak bersedih seperti tadi. Setelah kembali kerumah sakit rasanya ibuknya masih berada disekitarnya dan tak meninggal.

Ya ia yakin hal itu. Meskipun nampak jelas tadi ia melihat mayat ibuknya.

Tapi... Entahlah.

TBC

avataravatar
Next chapter