7 When See You (Again)

Luka!

Kenapa kau terasa lagi saat bertemu dengannya? Dia yang telah menciptakanmu.

When See You (Again)

Aku, Jung Jaehyun. Kalian pasti mengenalku bukan? Ya, aku adalah pemeran utama dalam cerita ini. Inilah kisahku, dengan seorang gadis yang tak peka terhadap rasa asin -Hypogeusia.

Pertemuan pertama kami, mungkin saat aku baru memulai bekerja di restoran milik Appa-ku. Kalian tahu bukan, kalau aku adalah seorang koki? Memasak masakan yang dicintai orang lain adalah tujuan profesi yang kujalani.

Tidak hanya itu, untuk kedua kalinya aku bertemu dengan gadis itu dan dia masih mengkritik masakanku. Hhhh sungguh menyebalkan!

Dan pada akhirnya, kami bertemu lagi di parkiran restoran dan bar tempatku bekerja -La Bosseade. Pertemuan yang tak disengaja. Kami hampir bertubrukan, lucu sekali!

Kalau kata orang 'tidak ada yang namanya kebetulan, semua sudah di atur oleh Tuhan.' Mungkin, malam ini aku ditakdirkan untuk bertemu dengannya lagi, tapi dalam suasana yang berbeda.

Ah, kalian tahu bagaimana kesan pertamaku saat bertemu dia? Sombong! Tentu saja! Karena, dia telah mengkritik masakanku yang kumasak dengan sepenuh hati.

Namun, untuk saat ini kata 'sombong' itu sedikit hilang. Itu karena dia telah berkata jujur kalau masakanku membuatnya merasa lebih baik. Juga, alasan kenapa dia mengkritik masakanku.

Ya, karena gadis itu mengidap gangguan indera pengecapan yang tidak bisa merasakan rasa asin -hypogeusia.

"Kalau boleh aku tahu, sejak kapan kau tidak bisa merasakan asin?" tanyaku, karena penasaran.

Gadis bernama lengkap Aya Park itu, langsung menoleh. Kebetulan kami sedang berjalan bersama menuju restoran dan bar La Bosseade.

"Sejak aku kecil. Maka dari itu, aku sering meminta Doneus..."

Hah? Siapa Doneus? Nama yang aneh.

Aya mengerjap sekali. "Ah, maksudku Jeno. Aku sering meminta Jeno memasak untukku. Kebetulan kami bersahabat dari kecil."

Hmm, mungkinkah itu panggilan sayang untuk Chef Jeno? Baiklah...

"Masakan chef Jeno memang luar biasa. Aku pun mengakuinya. Beruntung kau memiliki sahabat sepertinya." Oke, aku berlebihan sepertinya.

Akhirnya kami sampai di restoran dan bar La Bosseade. Aku kembali bersama Aya. Padahal tadi, aku sudah pergi dari sini karena insiden dengan Mingyu.

Ah, aku lupa! Apakah Mingyu masih di sini? Entahlah...

"Hey brother! Kau kembali, eoh?" sapa Johnny. Aku tahu, dia terlihat agak terkejut melihatku kembali bersama seorang gadis.

"Siapa dia?" Johnny berbisik dan kuyakini Aya mendengarnya.

Aku hanya membalasnya dengan menyikut lengan Johnny. "Aya-ssi, kenalkan ini Johnny, manager di restoran ini."

"Ini Aya, teman chef Jeno," lanjutku.

"Johnny, senang bertemu denganmu." Dia mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

Aya menggapai uluran tersebut. "Aya," jawabnya sambil tersenyum.

"Mingyu masih di sini?" tanyaku sambil mengedarkan pandangan ke ruangan yang cukup luas ini.

Baru saja Johnny ingin menjawab, tiba-tiba ada Mingyu di belakang kami. Tapi, tunggu... kenapa dia menyapa Aya?

"Aya?" tanya Mingyu.

Aku melihat Aya diam tak bergeming, bahkan raut wajahnya berubah tegang. Ada apa sebenarnya?

"Benar, kau Aya!" lanjut Mingyu. Kini dia berdiri di hadapan Aya.

Aya terlihat berusaha untuk tersenyum. "Hai Gyu!" sapanya balik.

"Kalian saling kenal?" tanya Johnny, aku yakin dia pasti penasaran. Sama, aku juga.

"Iya, dia adalah-"

"Dia temanku Johnny-ssi." Aya seperti memotong ucapan Mingyu. Oh, ayolah aku semakin penasaran.

Aku melihat kesedihan di mata Mingyu, tapi berbeda dengan Aya. Dia seperti risih dan tidak suka dengan kehadiran Mingyu.

"Ah, dunia sempit memang," sahut Johnny.

Aku sebenarnya sangat malas berurusan dengan urusan orang lain, tapi entah kenapa aku penasaran dengan Aya dan Mingyu. Sepertinya mereka bukan hanya sekedar teman?

"Ayo, Aya-ssi nikmati pestanya. Chef Jeno ada di bar sebelah sana," ucap Johnny.

Aya mengangguk sekali. "Aku ingin bertemu dengan pemilik acara ini untuk mengucapkan selamat dan terima kasih."

"Kau tidak tahu? Ini adalah acara Jaehyun," jawab Mingyu.

Aish! Kenapa malah kau yang menjawab Gyu! Baiklah, aku malas untuk memperpanjang masalah ini.

"Ah, kenapa tidak bilang dari tadi Jaehyun-ssi. Selamat ya atas pencapaianmu, sukses selalu," ucap Aya sambil tersenyum.

Aku hampir tidak fokus. "Terima kasih Aya-ssi. Ayo, nikmati pestanya."

"Baiklah, aku akan menemui Jeno lebih dulu. Permisi," jawab Aya.

Ah, aku lupa. Dia ke sini bersama dengan chef Jeno. "Silahkan."

Aya berjalan mengikuti Johnny.

Baiklah, aku penasaran. Aku akan bertanya pada Mingyu! "Ekhem! Kau mengenal Aya sudah lama?"

"Kau sebenarnya tahu siapa Aya, Jae.."

Hah? Apa maksudnya?

"Dia adalah kekasihku, ah bukan maksudku dia sudah menjadi mantan kekasihku..."

What the hell! Pantas saja terlihat sangat canggung tadi di antara mereka.

"Sampai saat ini, aku masih mencintainya. Kalau bukan karena perjodohanku dengan Yuri, mungkin aku akan bersamanya saat ini. Bukan dengan sahabatnya itu."

Oh, baiklah. Kenapa Mingyu malah curhat? Aku hanya bertanya sekali tapi dia menjawab berkali-kali. Pusing, hhh.

"Kalau begitu, jangan dekati dia lagi. Karena sama saja kau akan membuat luka untuk kedua kalinya, Gyu," ucapku. Sebijak inilah diriku, astaga aku bercanda.

Mingyu mengangguk pelan sambil menatap Aya yang sedang tertawa lepas bersama Jeno. "Seandainya posisi itu adalah aku."

Tunggu! Apa-apaan ini! Beberapa menit lalu, kami bertengkar hebat. Sekarang malah berdiri berdampingan, salimg bercerita dan memandang satu gadis yang sama.

Tanpa berkata-kata lagi, aku melangkahkan tungkaiku menuju meja bar yang ada Johnny.

"Really? Are you sure?" tanya Jeno berulang kali. Ia tak percaya kalau laki-laki yang telah membuat Aya menangis adalah teman Jaehyun.

Aya menepuk pundak Jeno. "Aku bosan doneus! Kau sudah berkali-kali bertanya."

"Ternyata dunia memang sempit ya? Ah, bagaimana hatimu when see him, again?" tanya Jeno sedikit meledeknya.

"Kau mengejekku 'kan! Kau tahu aku selalu gagal move on! Luka ini belum sepenuhnya sembuh!" protes Aya pada Jeno.

Jeno mengacak pelan pucuk kepala Aya. "Tenang saja, nanti akan ada seseorang yang tulus menyembuhkan lukamu itu. Aku misalnya?" sahutnya dengan tatapan serius.

"Kau? Hhh big no! Kau sahabatku, bagaimana dengan penggemarmu yang sebanyak biji jagung di perkebunan? Mereka bisa patah hati internasional Jen!"

Deg!

Sahabat? Baiklah, aku sangat mengerti.

Jeno tertawa terbahak-bahak sampai matanya menyipit. "Itu kau tahu! Mana mungkin aku memiliki kekasih sepertimu yang setiap tidur selalu membuat pulau!"

"Aish! Kau ini! Kau juga! Tidur selalu membuka mulutmu. Awas saja, nanti akan kumasukkan kaos kaki Jaemin yang tidak dicuci selama sebulan!" pekik Aya.

Detik berikutnya mereka tertawa bersama. Dengan Jeno, Aya bisa menjadi dirinya sendiri. Dan Aya adalah alasan mengapa Jeno menjadi koki.

avataravatar
Next chapter