2 First Appetizer ❤

•••

Dibalik sikap cuek, banyak perhatian yang tersalurkan dalam diam.

- LOVE CHEF -

(Seollongtang l'oignon)

Musim dingin; musim yang akan dilalui oleh salah satu pria bermarga Jung di Korea - Jung Jaehyun, setelah kembalinya ia dari negara di mana terciptanya juru masak ternama di dunia - Perancis.

Kini, pria itu sedang menelungkupkan kepalanya di atas meja. Sesekali helaan napas pelan keluar dari mulutnya. Ia sangat malas -tidak, lebih tepatnya tidak memiliki semangat untuk bereksperimen mengenai menu baru yang akan dipresentasikan pada restoran La Bosseade, cabang Gangnam.

"Jaehyun-ah," sapa Nyonya Jung - Ibu pria itu, dari ambang pintu.

Jaehyun mengangkat kepalanya dan menghadap Ibunya. "Hm."

"Ada apa denganmu? Ini sudah lewat jam tengah malam, kenapa belum tidur?" tanya Nyonya Jung sambil menghampiri putranya itu.

Pria itu menegapkan punggungnya dan berkata, "aku bingung eomma. Aku seperti tidak bersemangat."

Sang Ibu mengusap pelan surai hitam milik putranya itu. Walau Jaehyun terlihat mandiri, tapi ia begitu manja saat di hadapan Ibunya. Maklumi saja karena ia anak tunggal.

"Apa yang membuatmu tidak bersemangat?" tanya wanita paruh baya - Nyonya Jung.

Jaehyun memeluk pinggang Ibunya sambil memejamkan mata. "Aku tidak tahu pasti eomma." Ia melepaskan pelukannya dan duduk dengan posisi tegap.

"Tadi, aku dikritik habis - habisan oleh tamu VIP saat menghidangkan makanan penutup french apple pie untuknya. Entah kenapa, aku langsung tidak bersemangat," lanjutnya lagi, sambil membayangkan kejadian tersebut.

Nyonya Jung tersenyum mengerti, lalu ia duduk di kursi yang menghadap Jaehyun.

"Begini Jaehyun-ah, wajar saja kau seperti itu. Karena selama ini belum ada yang mengkritik masakanmu bukan?-"

"-Namun, jangan jadikan kritikan itu sebagai titik lemah dirimu sayang. Justru kau harus lebih bersemangat lagi untuk bisa menciptakan hidangan yang disukai banyak orang," jelas Ibunya.

Jaehyun mengangguk mantap. Entah kenapa, setiap nasehat atau pun saran yang keluar dari mulut Ibunya adalah penyemangat yang nyata baginya.

"Eomma benar. Baiklah, aku akan mencoba resep baru untuk besok siang. Kupikir makanan yang menghangatkan tubuh akan cocok untuk musim dingin tahun ini," sahut Jaehyun sambil tersenyum senang.

Ya, berhubung musim dingin telah menyapa penduduk Korea. Masakan yang bisa membuat tubuh hangat, bukan ide yang buruk. Ditambah dengan aura positif yang terpancar dari sang juru masak - menjamin kesan yang baik untuk masakannya.

Sang Ibu mengangguk, seraya tersenyum sambil bangkit dari duduknya. "Baiklah, kalau begitu sekarang kau harus tidur. Seorang chef membutuhkan fokus yang tinggi untuk menciptakan makanan lezat," ucapnya.

"Ya eomma. Terima kasih selalu menjadi penyemangat nyataku selama ini," sahut Jaehyun.

Nyonya Jung menepuk pelan pundak putranya dan melangkahkan tungkainya keluar kamar.

Jaehyun mulai menuliskan beberapa bahan - bahan apa saja yang akan digunakan untuk resep barunya. Kemungkinan, besok ia akan meminta asistennya untuk berbelanja semua bahannya.

Keesokan hari, pada hari Sabtu jam sepuluh waktu Korea Selatan. Jung Jaehyun, tengah sibuk di dapur restoran La Bosseade.

Memperlihatkan tangan yang begitu cekatan dalam hal memotong sayuran, bahkan seperti sedang menari saat menggunakan spatula atau putty knife.

Pemuda itu sangat menikmati kegiatannya saat ini. Hingga ia tidak sadar kalau waktu telah berjalan mendekati waktu jam makan siang. Di mana ia harus mempresentasikan menu baru di hadapan Ayahnya.

"Maaf chef, Jung sajangnim sudah menunggu Anda di ruangannya," ucap salah satu chef.

Ya, Jaehyun adalah executive chef di restoran tersebut. Semua yang menyangkut cita rasa makanan atau pun menu baru sudah menjadi tugas utamanya.

Chef Jaehyun mengangguk mengerti. "Tunggu lima menit, aku harus menghidangkan menu baru ini dengan sangat cantik," sahutnya sambil terus menyelesaikan misinya itu.

"Baik chef, ada yang bisa saya bantu?" ucap sous chef atau asisten executive chef bernama Jeno.

Jaehyun menggeleng cepat. "Tidak, cukup lihat saja. Aku tidak biasa ada campur tangan orang lain," jawabnya.

Lee Jeno; sous chef paling muda di restoran tersebut, mengangguk mengerti. Ia memerhatikan sang executive chef yang kini mulai menghidangkan masakannya ke atas mangkuk.

Dengan lihai, tangan Jaehyun mulai menghias makanan tersebut menjadi sebuah karya seni yang begitu memukau. Bahkan membuat chef muda itu - Lee Jeno, terpana dengan hasilnya.

"Ini, bisa kau bawa sekarang ke ruangan Jung sajangnim. Aku akan menyusul," ucap Jaehyun setelah sentuhan terakhir yaitu menaburkan sedikit daun bawang.

•-----•

Seollongtang l'oignon; menu baru yang akan menjadi andalan restoran La Bosseade pada musim dingin tahun ini.

Masakan tersebut, adalah perpaduan antara Soupe a l'oginon masakan Perancis - sejenis sup dari bawang merah dan kuah daging sapi yang dihidangkan dengan crouton serta keju. Dan Seollongtang makanan khas Seoul yang terbuat dari rebusan tulang sapi.

Kedua cita rasa makanan tersebut jika disatukan akan menjadi satu menu yang sangat cocok untuk musim dingin.

Tok-tok-tok!

Jaehyun mengetuk tiga kali pintu ruangan direktur utama - Jung Yunho. Ia pun masuk ke dalam, dan menunduk hormat pada pria paruh baya itu.

"Bagaimana sajangnim? Menu baru itu adalah Seollongtang l'oignon atau bisa disingkat dengan Seollnon," ucap head chef - Jung Jaehyun.

Tuan Jung telah selesai mencicipi menu baru yang dibuat oleh chef andalannya sekaligus putranya itu. Ia memindai Jaehyun, lalu menyodorkan mangkuk yang telah kosong di atas meja kerjanya.

Jaehyun mengernyit. "Maksud Anda?"

Tuan Jung mengangguk pelan dan seutas senyum mengembang di wajah dingin-nya. "Kita akan memasukkan menu barumu sebagai hidangan utama, pada musim dingin tahun ini. Rasanya sangat lezat dan menghangatkan tubuh," ucapnya.

"Jinjja? Woah daebakk! Terima kasih sajangnim," sahut Jaehyun sambil membungkuk sembilan puluh derajat di hadapan Ayahnya itu.

Pria itu pun pamit untuk kembali ke dapur. Tentunya dengan wajah yang berseri - seri. Pengakuan semacam itu adalah salah satu hal yang paling membahagiakan dalam hidupnya.

Di ambang pintu dapur, Johnny selaku manager menyilangkan kedua tangannya di dada sambil tersenyum. Ia sudah menebak kalau chef kebanggannya itu mampu mendobrak citra juru masak di restoran tersebut.

"Dari raut wajahmu, aku bisa menebak kalau masakanmu telah diakui dan dicintai," ucap Johnny.

Jaehyun tersenyum simpul dan mengangguk. "Ah, ini jam berapa? Tamu VIP itu akan datang lagi bukan? Aku akan membuktikan kalau masakanku tidak ada yang kurang dalam hal rasa," ujarnya berambisi.

Pria itu langsung masuk ke dalam dapur dan menyiapkan hidangan utama dengan menu baru itu. Johnny hanya menggelengkan kepalanya melihat sahabatnya itu sangat antusias kalau menyangkut soal masak memasak.

Sedang, di ruang VIP. Gadis kemarin yang telah mengkritik soal rasa dessert chef Jaehyun itu terlihat sedih. Entah karena apa, ia bahkan menitikkan air mata.

"Aku akan makan banyak hari ini. Lupakan masalah itu!" gumamnya sambil mengusap sisa air mata.

Sederhana saja, jika air mata jatuh sesaat setelah kau mengingat dia. Itu artinya, dia masih segalanya.

avataravatar
Next chapter