1 Satu malam

Aroma parfum menusuk hidung Kyra, ia membuka mata. Ketika ia menjauhkan selimut dari tubuhnya, ia berteriak kencang. Tak ada pakaian yang melekat pada tubuhnya. Beberapa pria menatapnya dengan tatapan lapar.

"Sayang, kamu sudah bangun, ya?" ucap Cavero, mengarahkan lidahnya pada wajah wanita itu.

"Si-siapa kamu?" tanya Kyra. Keringat dingin membasahi wajahnya.

"Kamu begitu mempesona saat bangun tidur," kata Xyever menggodanya, seraya mengecup lembut rambut Kyra.

"Kenapa kalian bisa…"

"Kamu tidak puas, ya semalam?" Suara berat nan sexy dapat menghipnotis perempuan manapun. Pria itu bernama Harrison. Dia mengedipkan mata sambil tersenyum miring.

"Suaramu begitu menggema di hatiku. Jantungku berdebar mendengar suara seksimu," kata Devano. Pria itu pandai bermulut manis, menggetarkan setiap hati perempuan di sekitarnya.

"Kamu membuatku tidak bisa tidur," ujar sang casanova sejati bernama Keenan. Dia terbangun sambil mengusap mata. Dia pria yang berhati dingin, namun tak sedikit wanita tunduk padanya.

"Si-siapa kalian? Bagaimana mungkin…" Kyra menutupi kembali tubuhnya. Ia masih mengingat jelas, semalam ia diputusin dengan pacarnya. Karena ia patah hati, ia mengajak Vanny dan Mandha untuk bertemu di rumah Mandha.

Disana, mereka berkaraoke, melepaskan kesedihan yang Kyra rasakan. Setelah itu, ia tak mengingat apa-apa lagi. Kini, ia dikejutkan dengan keberadaan kelima pria tampan di dekatnya. Dia berpikir semua itu mimpi. Mungkin, jika ia menutup mata kembali, semuanya akan baik-baik saja.

Dia menutup mata, seakan tak peduli dengan kehadiran mereka. Harrison menarik selimut yang menutupi tubuh Kyra, lalu menariknya kedalam dekapannya. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Kyra dengan suara lantang.

"Cantik, aku hanya ingin menyadarkanmu tentang kejadian semalam," bisik Harrison. Dia tersenyum miring.

"Aku enggak tau kenapa kalian bisa ada disini. Tetapi, bi-biarkan aku pergi."

"Kamu nggak akan bisa pergi dari sini," kata Keenan bernada dingin. Ia memakai pakaiannya.

"Kenapa?"

"Karena kamu sudah menjadi milik kami," jawab Cavero.

"Hah? Apa maksud kalian? Siapa yang milik kalian? Kita enggak saling kenal."

"Sayang, kamu beneran lupa ya tentang kejadian semalam?" tanya Cavero seraya mengerutkan kening.

"A-aku sungguh enggak ngerti apa-apa. Bisakah kalian memberitahuku?"

"Biarkan aku menjelaskannya," sahut Keenan.

"Bersikaplah lembut dengannya. Jangan menakutinya!" Devano menepuk pundak Keenan. Ia tak begitu memedulikannya.

"Kamu mendatangi kami semalam. Kamu berpakaian bikini seakan menantang kami," ungkap Keenan.

"Tidak mungkin! Kamu pasti bohong! Aku tidak mungkin melakukan perbuatan sehina itu."

"Kamu enggak percaya? Aku punya videonya," bisik Keenan. Ia menatap Kyra.

"Vi-video apa?" Perasaan Kyra semakin tak tenang.

"Video kedatanganmu pada kami. Apa yang kamu pikirkan?"

"A-aku tidak memikirkan apa-apa."

"Apa kamu memikirkan sesuatu yang liar?"

"Ti-tidak. Aku…"

"Tenang, bukan gaya kami yang suka merekam adegan yang seperti itu." Keenan menyeringai. "Kamu ingin melihat videomu yang mendatangi kami?"

"Tidak! Itu pasti sangat memalukan. Kalau begitu, anggap saja semalam tidak terjadi apa-apa." Kyra berdiri. Ia turun dari kasur tanpa membiarkan selimut menjauh dari tubuhnya.

"Cantik, kamu tidak akan bisa pergi dari sini," kata Harrison.

"Kenapa? Apa kalian ingin menjualku pada pria hidung belang?"

"Kami tidak sejahat itu." Harrison membelai rambut Kyra dengan lembut. Ia menarik tangannya. Kecupan ringan mendarat pada bibir Kyra. Gadis itu mengusap bibirnya dengan kasar.

"Jangan sentuh aku! Kalau tidak, aku akan…"

"Akan apa, Sayang?" tanya Cavero.

"Aku akan melaporkan kalian ke polisi."

"Hahaha…" Mereka tertawa hampir bersamaan.

"Kenapa kalian tertawa? Apa kalian pikir itu lucu? Aku tidak akan tinggal diam."

"Jangankan ke polisi, kamu akan kesulitan pergi dari kami," kata Cavero.

"Daripada kamu bingung, kenapa tidak menetap dihatiku saja? Aku akan memberikan semuanya untukmu," goda Devano seraya mengedipkan mata.

"Aku enggak mau. Aku hanya ingin pergi dari sini. Kumohon, lepaskan aku! Aku akan mencari wanita lain untuk kalian."

"Tetapi, kami mau kamu, Cantik. Bagaimana dong?" ucap Harrison.

"Jangan! Biarkan aku…"

Harrison menarik Kyra agak kasar. Ia menatapnya, lalu menempelkan bibirnya pada bibir wanita itu. Kyra meronta-ronta. Ia berusaha mendorongnya, namun Harrison terlalu sulit untuk didorong. Segala cara ia lakukan agar terlepas dari jeratan itu.

Harrison mendorong Kyra hingga jatuh ke lantai. "Cantik, aku masih belum merasa puas semalam, kamu harus bisa membuatku tergila-gila hari ini." Harrison semakin mendekat.

"Tidak! To-tolong jangan seperti ini. Aku enggak mau!" Air mata Kyra membasahi wajahnya.

"Sudahlah, jangan sok suci! Kamu harus mau!" ujar Harrison. Ia tak ingin melepaskan Kyra.

"Jangan! Aku mohon." Kyra begitu rapuh. Walau ia sudah tak suci, ia tak mau ternodai lagi. Akankah, air mata itu hanya hiasan semata tanpa ada yang menolongnya?

"Cukup!" seru Keenan tiba-tiba. Akan tetapi, Harrison mengindahkannya. Ia tak peduli dengannya. "Aku bilang cukup!" suara Keenan yang kencang, menghentikan Harrison seketika.

"Sial!" Harrison mengepalkan tangan.

"Kalian semua pergi! Dia menjadi urusanku!" ucap Keenan.

Jika Keenan bersuara lantang seperti itu, tak ada satu orang yang berani membantahnya. Mereka pun pergi membiarkan Keenan dan Kyra. Kyra menundukkan kepala. Ia ketakutan. Keenan menatapnya cukup tajam.

"Jangan cengeng! Ikuti aku!"

"Ka-kamu ingin mengajakku kemana? Kamu tidak…"

"Tenang, aku enggak sebuas mereka," bisik Keenan. Gadis itu bersemu merah. Keenan melempar salah satu pakaian pria pada Kyra. "Pakai itu dan jangan banyak tanya!" seru Keenan. Kyra menundukkan kepala.

Walau itu pertemuan pertama mereka, Kyra tak bisa berkutik di hadapan Keenan. Sepertinya, pria itu memberikan dampak yang luar biasa bagi dirinya.

Mereka duduk berhadapan. Kyra melihat puluhan ikan cupang dalam aquarium. Ia mengaguminya. "Siapa yang menyuruhmu melihat ke arah lain?" kata Keenan sambil mengangkat salah satu alisnya.

"Aku hanya…"

"Sudahlah, cepat tanda tangani ini."

"Apa ini?"

"Ini adalah surat kontrak."

"Surat kontrak? Apa maksudmu? Aku tidak mengerti."

"Apa kamu tidak bisa membaca semua tulisan ini? Baca baik-baik dan jangan banyak tanya!" Keenan melipat kedua tangan. Ia menatapnya dingin.

Gadis itu bergetar. Rasa takutnya bermunculan saat membaca surat kontrak itu. Air matanya membasahi wajahnya yang cantik. "Apa-apaan ini?"

"Kenapa? Protes?"

"Aku hanya tidak mengira ini semua bisa terjadi dengan cepat. Apa kalian sungguh tidak membiarkanku pergi?"

"Kamu telah memasuki area terlarang. Itu semua salahmu."

"Area terlarang?"

"Kamu memasuki green house kami. Lalu, mencoba merayu kami satu-persatu. Apa kamu tidak tahu aturan dari green house kami?"

"Apa itu?"

"Jika seorang pria masuk kemari, maka salah satu organ tubuhnya tidak akan lengkap. Akan tetapi, jika itu seorang perempuan…"

"Apa itu? Katakanlah!"

"Jadilah pelayan kami atau…"

"Atau apa?"

"Mungkin, kami akan mempersiapkan peti matimu. Saat itu terjadi, tidak ada satu orang yang tahu tentang penyebab kematianmu. Mereka hanya tahu kalau kamu bunuh diri karena depresi."

"Bagaimana mungkin itu terjadi? Apa kalian ini manusia atau binatang?"

"Siapapun kami, kamu tidak punya pilihan lain." Keenan menyentuh dagu Kyra. "Hidup dan matimu, berada ditangan kami."

"Ini tidak adil! Mimpi apa aku semalam, sehingga aku berada diposisi seperti ini? Mereka sungguh biadab!" batin Kyra. Ia mengepalkan tangan. "Aku punya satu syarat, sebelum aku menandatangani surat ini," ucapnya.

"Gadis ini berani mengatakan syarat padaku. Dia tidak tahu siapa aku," batinnya. "Baiklah. Katakan, apa syaratmu?"

"Aku ingin kalian membiarkanku pulang hari ini," ucap Kyra.

Saat ini, pilihan terbaiknya hanya melarikan diri dari sana. Ia tak memedulikan surat kontrak itu sama sekali. Keenan menyeringai. Apa yang akan pria itu lakukan?

avataravatar
Next chapter